Sinar matahari menelisik masuk melalui sela-sela dedaunan, Liffi terduduk di tengah Nakula dan Sadewa menikmati hembusan angin yang cukup hangat pada siang hari ini. Dedaunan mulai menguning. Pemandangan akhir musim gugur yang indah.
"Jadi begitu ceritanya." Liffi menyandarkan kepalanya pada pundak Sadewa sementara tangannya menggenggam tangan Nakula.
"Kau adalah Dewi Bulan? Wow, hal ini sungguh membuatku terkejut, Liffi," kata Sadewa.
"Kita belum tahu kebenaran dari dongeng itu, Sadewa. Bahkan aku tak mengenal siapa orang tuaku." Liffi menghela napas panjang.
"Yang pasti bila ramalan dalam dongeng itu benar. Darah Celline ada di dalam tubuhku, maka akan ada juga bencana besar yang terjadi." Liffi memejamkan matanya berusaha untuk tenang.
"Apa maksudmu bencana besar Liffi?" Sadewa tertegun.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com