webnovel

KAUM REBAHAN

Sudah satu minggu Zanna berada di apartemen sewaannya. Pekerjaannya hanya tiduran setiap hari. Untung sekarang banyak aplikasi online yang bisa dia gunakan untuk memesan makanan. Zanna semakin merasa yakin jika dia akan jauh dari pantauan Kenan.

"Nikmat mana lagi yang kamu dustakan? Menikmati hidup tanpa harus mengeluarkan uang banyak? Ya seperti ini! Tiduran sambil melihat drama Korea! " Ucap Zanna sambil menikmati keripik pedas kesukaannya. Hidup Zanna saat ini hanya untuk makan, tidur, makan, tidur selama satu minggu. Dia juga mengganti nomor ponselnya sehingga Kenan tidak bisa tahu dimana keberadaannya.

"Ma'afkan aku ya semuanya! Aku ingin menikmati hidupku sebelum menjalani peperangan kembali dengan manusia laknat itu!" Zanna berteriak sambil meremas bantal yang tadi ada di pangkuannya. Dia menyaksikan televisi yang sedang menanyangkan berita tentang Kenan yang baru muncul kembali di perusahaan setelah beberapa saat.

"Lihat pria jelek itu! Dia sama sekali tidak resah atau bingung, berusaha mencari atau apalah! Dia sama sekali tidak kebingungan dan masih segar-segar saja!" Ucap Zanna kembali sambil memukul bantal yang tidak berdosa itu lagi.

"Eh, bukannya aku ya yang nggak mau dia cari? Kenapa sekarang aku jadi sentimen seperti ini? Tapi, dia kan seharusnya tetap harus mencari aku dong? Secara aku ini istrinya. Istrinya!"

"Ah... Bodo' dasar Kenan jelek! Kenan brengsek! Kenan penjahat kelamin!!!"

Zanna mematikan televisinya masih dengan marah-marah dan membuang remote control ke sembarang tempat. Dia berjalan menuju dapur lalu menyiapkan panci, mengisinya dengan air dan mulai menyalakan kompor.

"Masak saja! Buat mie, telur sama cabe yang banyak biar mulutku bisa mengeluarkan lava panas agar bisa menghancurkan tubuh Kenan brengsek. Hahaha.... Mampus kamu suami biadab!"

Makanan Zanna sudah tersaji di atas meja setelah beberapa saat dan Zanna mulai memakannya dengan kesal, dia memasukkan mie rebus kesukaannya kedalam mulutnya sambil berkali-kali mengumpat kepada Kenan yang tidak perduli kepadanya.

Setelah melampiaskan segala sumpah serapah yang dia pendam sambil memakan mie hasil masakannya, Zanna berniat untuk pergi ke kantor Kenan. Dia ingin melihat apa yang sebenarnya pria itu lakukan sehingga sudah tidak memperdulikan Zanna sama sekali. Tidak mencari dia sama sekali.

***

Zanna kini sudah berada di dalam taksi yang dia pesan. Zanna menyamarkan pakaiannya agar orang-orang yang berada di kantor Kenan tidak ada yang mengenalinya. Zanna harus masuk kedalam kantor Kenan tanpa harus gagal karena ada yang mengenalinya.

Zanna memakai wig pendek, kaca mata hitam dan masker agar teman sekantornya tidak ada yang tahu jika yang datang adalah Zanna. Zanna harus menyembunyikan identitasnya agar Kenan tidak tau dia datang ke kantor.

"Ma'af ibu, ibu ada keperluan apa disini?" Tanya satpam yang menghentikan langkah Zanna saat dia akan memasuki lobby.

"Ekhem! Saya ingin bertemu dengan bapak Kenan. Bisa saya masuk bapak?" Zanna berusaha membuat suaranya terdengar lain agar tidak diketahui.

"Ibu sudah membuat janji?" Tanya satpam lagi sambil menilai wanita di depannya.

"Sudah, dan saya sedang buru-buru. Kalau nanti saya ketinggalan pesawat, bapak yang akan kena masalah. Saya ada tanda tangan kontrak dengan bapak Kenan." Mendengar ucapan Zanna yang sangat meyakinkan tentang kontrak kerja akhirnya satpam itu mempersilahkan Zanna masuk setelah memberi tanda pengunjung untuk Zanna.

"Terimakasih." Zanna membungkukkan kepalanya dan segera pergi dari depan satpam yang berada di pintu masuk. Zanna terus melihat kanan-kiri takut ada yang mengenalinya dan dia bisa menghembuskan nafasnya lega setelah dia masuk ke dalam lift.

"Ya, Tuhan. Dosa apa aku dulu, kok sekarang aku bisa seperti ini? Buat apa juga aku harus memakai pakaian seperti ini? Mana gatal ini wig." Zanna menggerutu kepada dirinya sendiri sambil mengamati penampilannya dari bilik lift yang sudah seperti teroris.

Pintu lift berdenting, ada beberapa orang masuk kedalam lift membuat Zanna bergeser dan mundur kebelakang. Lift dipenuhi karyawan Kenan yang akan naik ke lantai atas, sebagian dari mereka adalah teman Zanna dan dekat dengannya. Zanna memberingsutkan tubuhnya ke belakang, mencoba menjauh dari jangkauan teman-temannya.

"Kamu lihat pacar bos tadi? Cantik banget! Kayak model!" Ucap salah satu dari mereka.

"Yang datang tadi pacar bos? Bos kita? Bapak Kenan?"

Pertanyaan salah satu pegawai yang ada di depan Zanna membuat Zanna menoleh dengan cepat.

Pacar? Kenan punya pacar! Hei! Dia tidak punya pacar tapi istri! ISTRI!!! BRENGSEK!! !

Zanna mengepal tangannya dengan erat. Hatinya sudah terasa panas. Dia ingin segera sampai di ruangan Kenan saat ini juga. Dia ingin melihat siapa wanita yang menjadi pacar suaminya itu dan menghajar kedua insan yang sedang berpacaran itu.

Zanna sudah sendirian di dalam lift karena karyawan yang tadi ada di lift sudah sampai di lantai tempat tujuan mereka berada, tanpa memperdulikan kehadiran Zanna di dalam lift. Zanna benar-benar merasa marah saat mengingat apa yang dikatakan teman-temannya tadi tentang pacar Kenan yang katanya super cantik.

"Ini saatnya, aku melihat buaya buntung kena tembak." ucap Zanna saat dia sudah sampai di lantai tempat Kenan seharusnya berada. Zanna membetulkan penampilannya sebelum dia keluar, berharap tidak satupun karyawan yang bisa mengenali penampilannya.

Zanna keluar dari dalam lift, dia sudah sampai ditempat tujuannya. Meja sekretaris kosong dan tempat yang biasanya digunakan Beny, tangan kanan Kenan juga kosong. Zanna semakin curiga, pria itu didalam sendirian atau memang sedang pergi?

Zanna mendekat ke arah pintu dan menempelkan telinganya di daun pintu. Terdengar suara samar dari dalam. Tidak begitu jelas meski Zanna sudah seperti lintah yang menempel di daun pintu. Ada suara memaksa terdengar dari luar.

Semakin lama seperti terdengar keributan dari dalam, Zanna semakin penasaran apa yang sedang terjadi di dalam. Dengan cepat Zanna menarik gagang pintu, dan...

"Apa ini? Inikah yang dinamakan kerja?" Tanya Zanna kaget. Suaminya sedang berciuman dengan seorang wanita? Gila!

"Kamu?" Tanya Kenan kaget.

"Wow! Hebat! Berapa lama kita tidak bertemu kamu sudah melupakan aku?" Zanna memotong ucapan Kenan sebelum pria itu menyadari siapa wanita yang ada di depannya ini.

Laura, gadis yang sedang berada di pangkuan Kenan berdiri dan menghampiri Zanna. Langkah kakinya pelan seolah ingin mengintimidasi Zanna, tapi Zanna sama sekali tidak terusik. Dia menatap Laura dengan tatapan membunuh.

"Kamu fans dari pacar saya?" Tanya Laura sambil memutari Zanna, menilai penampilan Zanna. Sedangkan Kenan, pria itu masih bingung siapa wanita yang ada di depannya itu. Kenan tidak pernah melihat wanita dengan penampilan super aneh seperti saat ini.

"Ma'af, saya bukan fans dan mulai detik ini saya juga bukan siapa-siapa pria yang sedang duduk di sana!" Zanna menunjuk Kenan yang masih berusaha mengingat siapa wanita yang berada di depannya itu.

"Suara ini sangat tidak asing. Tapi siapa?" Batin Kenan bertanya-tanya. Kenan masih belum mengetahui siapa wanita yang marah-marah di dalam kantornya. Penampilan Zanna sangat jauh berbeda membuat Kenan tidak mengenalinya sama sekali.

"Kamu? Gadis dengan penampilan seperti ini Kenan tidak akan pernah tertarik, pria itu hanya membutuhkan tubuh seksi pasangannya, dan mampu melayani nafsunya. Kalau kamu? Melihat saja sudah muak bagaimana mau nafsu?" Zanna mengepalkan tangannya, ejekan wanita itu pelan dan hanya seujung lidah tapi Zanna sudah merasakan sakit hati yang sangat luar biasa. Hatinya terasa panas saat mendengar apa yang dikatakan Laura.

Zanna sendiri merasa pernah melihat wanita yang sedang berdiri di dekatnya, tapi dimana? Otak Zanna terus berputar mencari jawaban, ingatan Zanna kenapa tidak bisa diandalkan ketika situasi seperti ini? Tapi semakin dia berusaha mengingat, kepalanya semakin terasa sakit.

"Terimakasih anda sudah membuka mata saya lebar-lebar untuk mengetahui siapa pria yang ada di sana. Dan pria yang di sana tidak pantas memiliki wanita seperti saya. PERMISI!" Zanna membanting pintu dan melepas semua samaran yang dia pakai dengan kasar. Zanna membuangnya dan segera pergi dari sana.

Kenan mengingat suara terakhir yang dia dengar, dia ingat betul wanita yang sedang berteriak dan pergi. Kenan berlari mengejar wanita itu dan sempat melihat Zanna membuang semua penyamarannya sebelum lift tertutup.

"SIAL!"

Próximo capítulo