webnovel

JEPANG

Bunga sakura bermekaran menghiasi setiap sudut kota di Jepang. Zanna dan Kenan sampai di Jepang pada malam hari mereka memutuskan pergi keliling Tokyo esok hari. Mereka saat ini sudah berada di dalam kamar hotel yang tidak bisa dibilang biasa saja. Hilton TokyoHotel, tempat dimana mereka beristirahat. Zanna yang awalnya marah dengan Kenan karena pria itu memakai jet pribadinya kini berubah sumringah saat matanya menangkap desain interior yang ada di dalam kamar hotel yang mereka tempati.

"Ini tempat kita? Bukankah ini terlalu mewah?" tanya Zanna yang kagum dan juga bahagia.

"It's oke, semua hanya untukmu. I love you." Kenan membisikkan kata-kata cinta-nya tepat di telinga Zanna membuat Zanna merasakan desiran yang mulai timbul. Kenan tersenyum saat melihat Zanna memejamkan matanya dan tidak ingin melewati kesempatan ini. Dengan perlahan Kenan melepas kancing kemeja yang Zanna pakai, bibirnya mulai menjelajahi leher Zanna yang ditengadahkan ke samping, membuat Kenan semakin leluasa melakukan aksinya. Perlahan namun pasti, pakaian Zanna semakin terbuka dan kini dia hanya memakai pakaian dalam.

"Kamu menikmatinya. Aku menyukai kamu yang pasrah seperti ini, sayang." Ucap Kenan sambil meremas dada Zanna lembut. Zanna yang sudah terbuai dengan sentuhan Kenan semakin menikmatinya sampai suara desahan mulai terdengar dari bibir mungil Zanna.

"Kamu menikmatinya? Saatnya permainan dimulai Sayang."

Zanna sudah terhanyut dengan semua yang dilakukan Kenan, apa yang akan dilakukan Kenan selanjutnya dia sudah tidak perduli. Pria itu membawa Zanna keatas ranjang dan mulai menutup mata Zanna menggunakan kain. Pria itu tersenyum miring saat melihat kepasrahan Zanna. Wanitanya terlihat cantik dengan tubuh yang sudah tidak tertutupi dengan apapun lagi.

Kenan menuju koper yang tadi dia bawa, mengambil kain panjang seperti syal dan kembali ke sisi ranjang. Dengan lembut Kenan kembali mencium bibir Zanna dan mulai merambat ke bawah menuju dada Zanna. Kenan menggigit kecil dada Zanna membuat ujung payudaranya mengeras karena pengaruh gairah yang sudah menyelimuti Zanna.

Eeeerrrggghhh.....

Lenguhan semakin keras terdengar. Kenan mulai membawa tangan Zanna keatas. Pria itu dengan pelan namun pasti mulai mengikat tangan Zanna dengan kepala ranjang. Kenan melakukan semuanya dengan pelan dan tanpa sadar Zanna mematuhi semua yang filakukan Kenan pada tubuhnya. Setelah terikat kuat, Kenan kembali berdiri di sisi ranjang dan menikmati pemandangan yang dia buat.

"Beautiful, Sayang. Sungguh indah."

"Please, Ken...." Tubuh Zanna menggeliat minta untuk segera dipuaskan.

"Please what? I like this, ini sungguh indah."

Zanna kembali menggeliat, tubuhnya semakin terasa panas karena sudah terbakar gairah. Mata yang tertutup membuat fantasinya melayang, membayangkan apa yang akan Kenan lakukan dengan tubuhnya.

Bel kamar berbunyi, Zanna panik. Keadaan tubuhnya yang telanjang, terikat dan mata tertutup membuatnya sedikit was-was siapa yang datang berkunjung.

Suara pintu yang terbuka lalu ditutup kembali membuat Zanna sedikit waspada. Apa yang sebenarnya Kenan rencanakan? Suara langkah perlahan terdengar, suara air yang dituang kedalam gelas mengisi gendang telinga Zanna.

"Ken? Kenan?"

"Iya Sayang. Aku disini. Aku sedang menyiapkan kejutan untuk istriku tercinta." Jawaban Kenan sedikit membuat takut Zanna, Kenan bisa menjadi pria yang sangat romantis tapi dia juga menjadi sangat sadis, Zanna hanya tidak tahu Kenan dalam posisi yang mana saat ini.

Zanna terkejut saat Kenan duduk di atas perutnya. Dari sana Zanna tahu jika Kenan hanya memakai boxernya. Kulit mereka bersentuhan membuat Zanna sedikit bisa membaca situasinya.

"Kita mulai permainannya sayang. Coba tebak minuman jenis apa yang aku minum. Jika salah hukuman menantimu sayang."

Kenan meneguk minuman yang dia tuang didalam gelas. Setelah minuman didalam mulutnya habis, Kenan melumat bibir Zanna.

"Minuman apa?" Tanya Kenan setelah melepaskan ciumannya.

"Terlalu cepat, aku tidak bisa merasakannya. Boleh aku merasakannya lagi?" Kenan tersenyum nakal. Pancingannya untuk membangkitkan gairah Zanna mulai berhasil. Wanita itu sudah mulai melupakan kemarahannya kepada Kenan. Tanpa diminta untuk kedua kalinya, Kenan kembali melumat bibir Zanna, kali ini sedikit lebih lama.

"Wine?"

"No. It'a Brandy."

"Shit!" Umpat Zanna. Brandy dan Wine memiliki rasa yang hampir sama. Dua minuman ini sejenis anggur, dua minuman ini hanya berbeda proses pengolahannya. Brandy biasanya langsung diminum tanpa proses pematangan dalam tong kayu seperti Wine.

"Saatnya kamu menerima hukuman mu Sayang." Kenan beranjak dari atas tubuh Zanna. Mulutnya menahan es batu yang tadi mendinginkan Brandy didalam gelas.

Dengan perlahan Kenan mendekati leher Zanna. Es yang dingin menimbulkan sensasi yang aneh pada tubuh Zanna. Panas dicampur dengan dingin membuat gairahnya semakin meningkat. Zanna melengkungkan tubuhnya keatas saat bibir Kenan yang berisi es batu mulai berada di atas dadanya membuat payudaranya semakin dekat dengan Kenan. Zanna yang sudah diselimuti gairah merasakan putingnya mengeras, ditambah es batu yang terus berputar-putar disekitarnya.

Uuuhhhh....

Desahan Zanna terdengar saat es batu diletakkan tepat di atas puting Zanna yang sudah mengeras. Kenan semakin terobsesi melihat tubuh polos Zanna yang menggeliat penuh gairah. Dengan posisi tangan terikat dan mata tertutup kain.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Membuatmu meneriakkan namaku dengan keras Sayang."

Tangan Kenan tak mau kalah. Kedua tangan itu ikut aktif menjelajah tubuh molek Zanna. Membuat tubuh mulus itu menggeliat tak berdaya.

"Buka mata dan tanganku!" perintah Zanna, tapi langsung dijawab dengan gelengan kepala Kenan.

"Belum saatnya sayang." Setelah mengucapkan penolakan itu, Kenan menuju daerah pribadi milik Zanna. Es batu itu membuat milik Zanna terasa dingin. Lidah Kenan yang terus-menerus bergerak di atas klitoris Zanna membuat gairah Zanna semakin berkobar.

Tubuh Zanna bergetar, kakinya menegang dan teriakannya terdengar keras. Pelepasan itu tiba. Nafas Zanna yang terputus-putus membuat Kenan tersenyum bangga.

"Do you like it?"

"Yaaa." teriak Zanna senang.

"Kenan membalik tubuh Zanna dengan keras, kini Zanna dalam posisi telungkup membelakangi Kenan. Dengan keras dan aba-aba Kenan memasuki Zanna. Desahan bercampur dengan teriakan terdengar merdu ditelinga Kenan. Milik Zanna terasa penuh saat Kenan berada di dalamnya. Ini bukan yang pertama kali mereka berhubungan tapi Zanna selalu sempit untuk Kenan. Kenan selalu tergila-gila dengan tubuh seksi wanita yang sedang dia tindih itu.

Kenan terus dan terus memasuki tubuh Zanna, Saat ini Kenan membawa Zanna duduk di atas pangkuannya. Posisi yang seperti ini selalu membuat Zanna senang. Zanna bisa merasakan milik Kenan masuk lebih dalam sampai menyentuh dinding rahimnya membuatnya cepat mendapatkan pelepasan kembali.

"Kamu benar-benar wanita yang hebat, selalu bisa memuaskan hasrat ku." Puji Kenan kepada Zanna yang masih terus menggerakkan tubuhnya naik turun.

"Bagaimana dengan wanita yang kamu bawa ke bioskop waktu itu?" tanya Zanna yang mengingatkan Kenan kembali kepada Laura. Wanita yang tidak sengaja bertemu dengan Zanna di bioskop.

"Kamu yang terbaik dari yang terbaik. Lihatlah, kamu selalu sempit, bahkan aku tidak pernah puas jika hanya sekali dengan kamu." Suara Kenan terdengar tersengal-sengal. Kenan membantu Zanna bergerak dengan memegangi pantat Zanna berusaha untuk mendapatkan pelepasannya.

Desahan panjang terdengar dari bibir Zanna. Istri Kenan sudah mendapatkan pelepasannya lagi, bahkan ini sudah yang ketiga kalinya.

"Kamu benar-benar pria." Puji Zanna membuat Kenan besar kepala.

"Adakah pria yang bisa memuaskan kamu seperti aku?" Zanna menggeleng dan berteriak. Dengan tiba-tiba Kenan menggendong Zanna seperti sedang menggendong anak kecil dengan milik Kenan yang kembali menancap ke dalam milik Zanna.

"Setelah pergi dari kamu, beberapa kali aku menjalani hubungan pacaran. Tapi dari mereka tidak ada yang sebesar dan sekuat kamu." Kenan tersenyum puas mendengar pengakuan Zanna. Pria itu terus menerjang tubuh Zanna dengan keras membuat suara desahan dan rintihan Zanna menghiasi kamar mereka berdua.

Próximo capítulo