webnovel

FIRST LOVE | 44

Axel melepaskan tautan tangannya dengan Lova ketika sudah berada di depan mobil Aston Martin Vanquish Ultimate Volante Yellownya. Tangan kirinya terulur membuka pintu jok penumpang di samping jok pengemudi. Sementara tangan kanannya mendarat di atas kepala gadis itu.

"Masuk, my Lov." titah Axel dengan suara pelan sambil mengedikkan dagunya sekilas.

Lova tersenyum manis sambil mengangguk patuh. Perlahan masuk ke dalam mobil dengan warna mencolok milik Axel itu. Lova duduk dengan nyaman.

Axel menutup pintu mobil di samping Lova pelan. Lalu membuka pintu samping jok belakang dan memasukan backpack serta paper bag milik gadis itu. Axel berlari kecil memutari mobilnya setelah menutup lagi pintu itu. Yang tidak Axel sadari adalah setiap gerak geriknya tak luput dari perhatian Lova.

Kedua alis Axel terangkat naik ketika masuk ke dalam mobilnya langsung disambut dengan senyum lebar di bibir pink tipis Lova. Axel menutup pintu di sampingnya pelan. "Kenapa lo senyum-senyum gitu?" tanya Axel sambil menatap Lova bingung dan bergerak menyamankan posisi duduknya.

Lova tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. Menegakkan tubuhnya sambil mengangkat tangan kanannya menarik tali seat belt dan memasang melintang diagonal di depan dada sampai bawah pinggulnya. Lova memasukkan seat belt pada slot kunci hingga terdengar bunyi klik.

"Mau jalan dulu gak, my Lov?"

Lova langsung menoleh menatap Axel. Lalu mengangguk pelan. "Mau. Mau jalan kemana emangnya, Axe?"

Axel mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Lo mau kemana?" tanya Axel balik tanpa melihat Lova. Kedua matanya menatap ke dalam spion bagian tengah mobil. Axel sedang fokus mengeluarkan mobilnya dari parkiran.

"Emm ... kalau misalnya temenin Lova ke toko musik gimana? Axe mau gak?"

Axel melirik singkat ke arah Lova yang sedang menatapnya penuh harap. Lalu mengangguk kecil. "Oke." jawab Axel singkat sambil mengoper tuas perseneling mobilnya.

Lova tersenyum kecil. "Oke." gumam Lova lirih mengikuti ucapan Axel, namun masih bisa didengar telinga Axel.

Axel reflek kembali melirik singkat ke arah Lova yang kini sedang menoleh kembali melihat ke depan. Senyum tipisnya seketika terbit.

Lova merogoh saku jaket hoodie milik Axel yang sedang dipakainya. Tadi laki-laki yang duduk di sampingnya itu dengan sedikit memaksa memintanya memakai jaket hoodie itu untuk menutupi seragamnya katanya. Lova mengeluarkan ponsel dengan logo apel digigit miliknya. Mengutak atik benda canggih itu sebentar, lalu menempelkan di telinganya sebelah kanan.

Tut ... tut ... tut ...

"Lo telepon siapa, my Lov?" tanya Axel tanpa melihat Lova. Pandangannya lurus ke jalanan di depannya yang kini tengah macet.

Lova menoleh menatap Axel. "Aunty Zeva. Lova belum ada izin mau pulang telat."

Axel hanya mengangguk singkat. Kembali menekan pedal gas ketika mobil di depannya bergerak maju.

Tut ... Tu--

["Hallo, princess?"]

"Hallo, aunty?"

["Yah, princess. Is something wrong? Kamu sudah sampai rumah?"]

Lova tetap saja menggelengkan kepalanya. Walau tahu Zeva tidak akan melihatnya. "No, aunty. Jangan khawatir."

["So ...?"]

"Lova belum sampai rumah, aunty Zeva. Lova sebenarnya mau minta izin pulang ke rumah sedikit malam karena Lova sedang pergi bersama Axel. Is it okay, aunty?" tanya Lova hati-hati. Matanya melirik Axel bertepatan dengan laki-laki itu yang melirik singkat ke arahnya juga.

Terdengar suara kekehan renyah Zeva di seberang sana. ["It's okay, princess. Tapi, harus hati-hati, hm?"]

"Oke, aunty. Thank you ..."

["Welcome, princess."]

Lova tersenyum lebar. "Bye, aunty Zeva! I love you ..."

["I love you more, princess. Bye!"]

Tut!

Lova kembali memasukan ponselnya ke dalam saku jaket hoodie setelah Zeva sudah memutuskan sambungan teleponnya.

"Udah?"

Lova hanya mengangguk. Berpaling menatap pemandangan luar yang ternyata sedang turun gerimis sedang lewat kaca jendela di sampingnya.

"Gimana?"

"Boleh, kok sama aunty Zeva." jawab Lova atas pertanyaan singkat dari Axel sambil menggeser posisi duduknya lurus menghadap depan.

Axel manggut-manggut. Langsung menghentikan laju mobilnya ketika lampu lalu lintas di depannya berubah merah dan tanpa melepaskan pegangannya pada setir mobil, Axel memutar kepalanya menghadap Lova. "Lo mau beli apaan di toko musik, my Lov?"

Lova langsung mengalihkan pandangannya yang sedang menatap pada papan countdown ke arah Axel. Bergerak kecil membetulkan posisi duduknya. "Mau beli string gitar Lova. Tapi, gak tahu nanti kalau ada yang menarik, ya Lova beli juga."

Axel manggut-manggut. "String yang lama, kenapa?" tanya Axel sambil kembali melihat ke depan bertepatan dengan lampu lintas yang berubah warna hijau. Axel kembali menjalankan mobilnya.

"Gak kenapa-napa juga sih, Axe. Pengen ganti aja. Lova emang udah rutin ganti string. Biar selalu enak pas nanti dimainin." Lova menurunkan pandangannya pada head unit mobil Axel.

"Hmm,"

Lova menaikan pandangannya, kembali menatap pada Axel. "Lova boleh nyalain radio gak sih, Axe?" tanya Lova hati-hati.

Axel melirik Lova singkat. Lalu menganggukan kepalanya pelan. "Boleh. Lo nyalain aja. Gak perlu izin gue buat hal-hal kecil yang kaya gitu, my Lov."

Lova tersenyum lebar. Tak lupa menganggukan kepalanya juga. "Iya, thank you, Axe ..." kata Lova langsung memencet-mencet layar touch screen pada head unit mobil Axel mencari saluran radio yang dia inginkan.

Axel hanya terkekeh pelan.

Sisa perjalan mereka berdua menuju toko musik langganan Lova diisi dengan suara dari radio yang bercampur dengan suara merdu gadis itu yang bersenandung lirih mengikuti lagu yang diputar di siaran radio itu membuat perjalanan yang panjang itu menjadi tak terasa melelahkan bagi Axel.

-firstlove-

Axel mematikan mesin setelah mobilnya sudah terparkir rapi di pelataran toko musik paling lengkap di kota itu. Melepaskan seat beltnya bersamaan dengan Lova yang juga melakukan hal yang sama. Kedua tangannya menggulir kancing kemeja seragamnya satu per satu dari atas sampai bawah sambil memperhatikan Lova yang sedang meraih backpack gadis itu di jok belakang. Axel melepas kemejanya hanya menyisakan kaos putih polos.

Lova mengeluarkan dompet untuk menyimpan kartu-kartunya dari dalam backpack dan meletakkan di atas dashboard mobil Axel, lalu kembali meletakkan backpack warna hijaunya itu ke jok belakang. Menghela nafas pelan ketika melihat kemeja Axel yang teronggok di kolong jok belakang. Lova mengulurkan tangan kanannya meraih kemeja milik pacarnya itu.

"Lova boleh ikat rambut gak sih, Axe?" tanya Lova tanpa melihat Axel. Kedua tangannya dengan telaten Lova melipat kemeja laki-laki itu dan meletakkannya di dekat backpacknya.

Kegiatannya seketika terhenti. Axel langsung menoleh menatap Lova intens. "Barusan lo tanya apaan sama gue, my Lov?"

"Hmm?" gumam Lova sambil menoleh menatap Axel. "Lova boleh ikat rambut gak sih, Axe? Gitu, kenapa?"

Axel melanjutkan lagi kegiatannya. Menyugar rambutnya ke belakang sebelum memakai MLB Black Tiger Piercing Long Strap Curve Adjustable Detroit Cap. "Boleh, tapi jangan tinggi-tinggi. Dan lo, gak boleh jauh-jauh dari gue." kata Axel dengan suara datar.

Lova tersenyum manis dan menganggukan kepalanya setuju. "Oke. Gak ada masalah. Lova, kan senang dekat-dekat sama Axe. By the way, thank you, Axe ..."

"Hmm," balas Axel bergumam. Axel mengulum bibirnya mencoba menahan kedua sudut bibirnya yang berkedut-kedut.

Tbc.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Dewa90_creators' thoughts
Próximo capítulo