webnovel

04 : Hampir

•••

Hampir tercium bangkainya, sepertinya...

•••

Jungkook menggeliat di kasur miliknya karena merasa tidak enak dengan tubuhnya sendiri, ia malah sering terbangun ketika detak jantungnya mulai tidak stabil, dan semakin hari semakin memburuk.

Hari ini adalah hari Sabtu, Jungkook akan lebih memilih menetap di tempat tidurnya, tentunya mengistirahatkan tubuhnya yang terlalu lelah karena olimpiade kemarin tepatnya hari Jum'at.

Suara batuk itu selalu menggema di kamar Jungkook, entah kapan akan berhenti. Rasanya leher Jungkook seperti di cekik.

"Uhuk! Uhuk!" Jungkook batuk untuk yang kesekian kalinya.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu itu terdengar cepat.

Nasib sial sepertinya lebih memilih Jungkook hari ini, sebuah ketukan pintu menyadarkan Jungkook untuk berhenti terbatuk-batuk.

Jungkook bangkit dari tempat tidurnya dengan lunglai, ia membuka pintu itu dengan perlahan.

Jungkook mendapati kakak keempatnya yang berdiri di depan pintu, Jungkook bingung sebenarnya ada apa beberapa hari ini?

"Ada apa, kak?" Tanya Jungkook pelan, namun pandangannya ke arah lain.

"Kakak dari tadi mendengar suara batuk, apa kau sakit Jung?" Namjoon balik bertanya.

Jungkook terdiam, ia membeku. "Bodohnya, kau Jungkook! Bisa-bisanya kau lupa kalau kak Namjoon akan berada di studio pada hari sabtu dan batuk terus-menerus." Batinku kesal.

"Ahh, itu tadi aku cuman keselek liur sendiri, iya kak hanya keselek liur... Hehe," kekeh Jungkook, berharap Namjoon akan mempercayainya. Sayangnya itu tidak semulus yang Jungkook perkirakan.

Namjoon menggeleng pelan, "Tidak, Jung... Kakak tau. Kau pasti sakit, kan? Kakak bukan hanya mendengarmu batuk satu atau dua kali aja, ini sudah yang kesekian kalinya." Aku membeku mendengar penuturan miliknya.

Aku menggeleng pelan, "kak, kalau aku udah bilang nggak. Ya, nggak!" Kesalku, lalu menutup pintu dan menguncinya.

Namjoon terdiam, ia tida bisa berkata apapun ia bingung dengan tingkah laku adiknya.

"Jungkook, buka pintunya! Tidak sopan menutup pintu seperti ini!" Decak Namjoon, menggedor pintu Jungkook cukup keras.

Jungkook menutup telinganya, sakit di dadanya semakin bertambah. Sekarang semakin sakit, Jungkook berusaha bangun dan berjalan dengan lunglai ke arah nakas meja. Untungnya obat penahan rasa sakit itu masih terlampau banyak, Jungkook langsung menelan 4 pil sekaligus. Sungguh sakit ini benar-benar luar biasa sakit dari pada serangan kemarin malam.

"Haish, lemah sekali kau Jungkook..." Gumamku merasa iba pada diri sendiri.

Yoongi yang baru saja dari dapur, dan lekas ke lantai dua untuk berniat melanjutkan pekerjaannya. Namun, ia menemukan Namjoon yang tengah menggedor pintu milik Jungkook.

Yoongi buru-buru mendekati Namjoon, "Hey, hey! Jangan di gedor terlalu kuat, bisa rusak pintunya. Nanti kakak lagi yang di suruh buat benerin," panik Yoongi menahan tangan Namjoon.

Namjoon yang melihat Yoongi langsung, menghempas pelan tangan miliknya.

"Jadi ada apa ini, Namjoon?" Tanya Yoongi menginterogasi Namjoon.

Namjoon langsung menatap Yoongi, "Jungkook sepertinya dia sakit, karena dari tadi aku mendengarnya batuk-batuk... Tapi pas aku tanya ke dianya, dia malah bilang dia cuman keselek air liur. Aneh kan? Terus aku bilang lagi ke Jungkooknya, kak... Kalau aku dengar dia batuk bukan cuman satu atau dua kali, tapi sudah yang kesekian kalinya. Terus dianya ngambek, kan aneh tuh... Udah gitu banting pintu pula," Jelas Namjoon seperti nge-rap namun sedikit ngedumel diakhir kalimat, membuat Yoongi hanya bisa melirik pintu bernuansa coklat Jungkook.

"Kau pergilah ke studiomu, biar hal ini kakak yang urus..." Namjoon mengangguk.

"Makasih kak, hati-hati yaa soalnya dia cukup menyebalkan akhir-akhir ini," ucap Namjoon membuat Yoongi hanya acuh tak acuh.

Yoongi menatap pintu itu dengan rasa khawatir miliknya, sebenarnya ada apa dengan Jungkook? Baru saja Yoongi ingin mengetuk pintu kamar Jungkook.

Suara bising dari lantai bawah mengalihkan perhatiannya, bukannya mengetuk pintu Jungkook. Yoongi malah buru-buru ke bawah, untuk mengecek kondisi sekitar.

Tentu saja suara bising itu berasal dari Kim Hyunbin, ia kambuh lagi. Nafasnya tersengal-sengal, dan Ibu ada di sampingnya menemaninya untuk bernafas dengan pelan-pelan.

"Ada apa, Bu? Apa Hyunbin kambuh lagi?" Tanya Yoongi datar.

Kim Yuna menatap anak keduanya itu dengan sendu, "iya, nak... Kau ambilkan obatnya di laci dapur," Yoongi mengangguk dan lekas mengambilkan obat milik Hyunbin di laci dapur.

PRANG!

Langkahnya terhenti ketika mendengar suara benda pecah belah dari lantai dua, jantung Yoongi berdetak kencang bahkan sampai terdengar degupannya, Yoongi menatap sebentar ke lantai dua. Lalu, kembali melangkah walau rasa khawatir tengah menghantuinya.

Jimin dan Taehyung menemani Hyunbin yang tengah kesusahan bernafas, mereka menyemangati dan menghibur Hyunbin dengan penuh semangat. Yoongi hanya datar melihat hal itu.

"Aku pergi ke atas dulu, ya..."

"Kak Yoongi tidak ingin menemaniku?" Tanya Hyunbin dengan wajah berseri-seri.

Sebenarnya Yoongi tidak terlalu suka dengan keberadaan Hyunbin di matanya, entah apa yang terjadi dalam beberapa Minggu ini.

Hanya saja perasaan miliknya terasa aneh.

"Kakak ada pekerjaan yang perlu di urus, Hyun..." Jawab Yoongi tersenyum tipis.

Yuna menatap anak keduanya itu, "nak, sebentar saja kau disini... Ibu ingin memasakan sesuatu untuk Hyunbin," ucapan Yuna tidak bisa Yoongi tolak mentah-mentah.

"Baik, Bu..." Walau begitu perasaan khawatirnya, tengah berputar dengan suara bising dari lantai dua.

Yoongi tidak tahan, ia harus cepat ke lantai dua. Yoongi bangkit dari duduknya.

"Kak kau mau kemana?" Tanya Jimin bingung.

"Kak jangan mencoba untuk kabur!" Ejek Taehyung.

"Kak, tinggallah sebentar lagi sampai Ibu datang..." Ucap Hyunbin, membuat Yoongi terdiam.

Hyunbin memegang lengan Yoongi dan memintanya untuk tinggal sebentar lagi sampai Ibu datang. Namun Yoongi menepis tangan Hyunbin, dan berlalu keluar.

"Tidak, Hyun... Ini penting!" Kesal Yoongi.

Jimin dan Taehyung menatap ke arah kakaknya itu dengan bingung, aneh sekali.

Hyunbin sendiri bingung dengan tingkah laku kakaknya itu.

"Yoon, kau mau kemana?" Tanya Ibu, yang tengah memasak sesuatu.

"Ke atas."

"Tapi nak, Ibu sudah bilang untuk-"

Namun Yoongi tidak menghiraukan perkataan Ibunya itu, adiknya saat ini adalah prioritas utamanya.

---

Tok! Tok! Tok!

"Jungkook! Kakak mendengar suara barang pecah, apa kau baik-baik saja?" Tanya Namjoon.

Ternyata dari tadi Namjoon sudah mendengar suara bising itu, walau sedikit samar-samar.

Tentu saja Namjoon segera keluar dan menanyakan hal itu kepada Jungkook, namun tidak ada sahutan.

Yoongi terengah-engah, "Namjoon, aku mendengar suara bising apa itu Jungkook?" Tanya Yoongi khawatir.

"Sepertinya iya, kak... Soalnya itu bukan aku, walaupun tanganku ini gampang membuat barang pecah atau rusak, tapi kali ini bukan aku. Suer!" Bela Namjoon kepada diri sendiri.

Yoongi mengangguk, lalu mengetuk pintu Jungkook dengan pelan.

"Jung! Kau baik-baik saja? Buka pintunya biar kami tau keadaanmu," ucap Yoongi khawatir, di sela-sela kepanikannya.

Namjoon hanya bisa diam, walau ia sama khawatirnya.

Mungkin sekitar 10 menitan kemudian, Jungkook baru menyahut seruan kedua kakak-kakaknya itu.

"JUNGKOOK! Suer jangan buat kami khawatir," kesal Namjoon.

Cklek'

Saat melihat wajah Jungkook yang kentara dengan kepucatan, membuat Yoongi maupun Namjoon tak kuasa menahan rasa khawatir mereka.

"Kak, kalian ini kenapa sih? Dari tadi teriak-teriak mulu, berisik ih..." Kata-kata yang terucap dari bibir Jungkook, membuat Yoongi maupun Namjoon naik darah walau perasaan mereka langsung lega.

"Jungkook, kau ini yang kenapa?! Tadi kita dengar suara pecah belah dari sini, sebenarnya ada apa?" Tanya Yoongi yang mulai meninggikan intonasi nada miliknya karena terlalu khawatir.

Jungkook menggidikkan bahu, "ohh tadi itu cuman ada barang yang pecah, itu aja... Jadi aku bersihkan deh," jawab Jungkook santai.

Namjoon menghela nafas panjang, "Jung, kami khawatir... Hargailah kami," ucap Namjoon sedikit kesal.

Jungkook menggidikkan bahunya lagi, "yahh, terima kasih atas perhatiannya..." Jawab Jungkook.

Yoongi sedari tadi memperhatikan gelagat milik Jungkook, ia langsung menarik tangan Jungkook.

"Kak, apa yang kau laku-" Jungkook membisu ketika Yoongi menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

Namjoon terkejut melihat tangan Jungkook, sayatan yang terlihat begitu menyakitkan terhias di beberapa jari Jungkook dan tangannya. "Astaga, Jung!?" Kaget Namjoon. Darah segar mengalir dengan deras, membuat Namjoon bergidik ngeri.

Sedangkan Yoongi hanya menatap dingin dan datar ke arah Jungkook, "kau tidak bisa membohongiku, Jung..." Dingin Yoongi menusuk ke tulang Jungkook.

Namjoon mengerti saat Yoongi melirik ke arah, Namjoon pergi ke studio untuk mengambil P3K, padahal Jungkook memilikinya sendiri karena ia selalu terluka walau itu sayatan ataupun apapun, namun tidak pernah ia memberitahu kepada siapapun.

TBC.

Próximo capítulo