Aku meminta semua orang untuk turun juga ke bawah, aku gak mau jika harus menghadapi pocong itu sendiri. Pak Burhan mempersilahkan aku untuk jalan terlebih dulu, curang sekali dia.
Sesampainya di lantai bawah, semua orang langsung berhenti dan diam di bawah tangga. Aku melempar pandangan ke mereka, begitu juga sebaliknya. Pak Burhan mengacungkan jarinya ke pintu kamar Icha, memberikan isyarat supaya aku lekas memeriksanya.
Aku menarik nafas panjang, tanganku perlahan memegang gagang pintu dengan gemetar. "Cekleekk" suara pintu sudah terbuka, aku mendorong pelan tapi belum berani melongokkan kepalaku ke dalam.
Baru saja beberapa senti pintu terbuka, tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki yang menangis pilu. Sontak tubuhku langsung bergidik ngeri, ditambah lagi tercium bau pandan bercampur aroma busuk menusuk penciumanku.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com