webnovel

Story Dua Puluh Empat

"Kamu tau gak sekarang hari apa?" Deren duduk di atas meja kerja Callista.

"Em...enggak" Callista menatap Deren.

"Enggak?! Beneran gak tau?" Deren menaikkan kedua alisnya.

"Iya...emang apa?"

"Yaudah..." Deren lalu pergi meninggalkan Callista.

"Apasih...emang hari apa? Hari jadian gitu?! Kan gak pernah jadian...hari valentine? Bukannya udah?! Hari apa sihh?!" Callista menatap Deren dengan kebingungan.

*

   "Sayang...aku mau ketemuan sama Friska...kamu ikut?" Deren memakan makanannya.

"Iya...kapan?" Callista menyedot minumannya.

"Habis makan..."

"Oke"

  Sampai di tempat ketemu an Deren dan Friska, Deren berpelukan dengan Friska.

"Gua cemburu ya?" Callista bertanya pada dirinya di dalam hati.

"Sini duduk..." Deren menarik kursi untuk Callista.

  Callista tersenyum dan mengangguk.

"Deren...Happybirthday...ini kado buat lo...I wish you a long and happy life..." Friska menyodorkan kado nya pada Deren.

"Thankyou..." Deren menerima kadonya.

   Callista terkejut mendengar ucapan Friska.

"Kamu ulangtahun?!" Callista menatap Deren.

  Deren tersenyum tipis.

"I am sorry..." kedua sudut bibir Callista di tarik ke bawah.

"it's okay dear..." Deren memeluk Callista dan mincium keningnya.

   Friska yang melihatnya sedikit sumpek.

"Cinta tuh gak adil...gua yang deketin Deren, mencoba untuk memilikinya sekuat tenaga...tapi hasilnya?! Nol! Gaada yang sukses...bahkan saat gua bunuh semua rasa malu gua buat nyatain perasaan ke Deren pun itu juga gak membuahkan hasil...dan Deren malah milih cewek yang jelas-jelas perasaan cewek itu gak sebanding sama perasaan gua ke Deren...permainan macam apa sih ini..." Friska mengomel dalam hati.

"Tapi gua yakin, Der...lo belum sepenuhnya moveon dari Sherly...alright...maybe now you cover everything...but you have to remember...no matter how much you cover it...in the end everything will open, gua bakal ambil kesempatan saat semua itu terjadi..." Friska menarik senyum dari salah satu sudut bibirnya.

***

"Deren, aku mau keluar sebentar..."

"Kemana? Biar aku temenin..." Deren membereskan berkas² nya.

"Ehh...gak usah! Aku mau sendiri aja...aku mau beli sesuatu...cuma sebentar..."

"Yaudah biar aku temenin"

"Enggak mau...malah aku gak jadi keluar kalo kamu temenin"

"Yaudah...tapi ati-ati ya..."

  Callista tersenyum dan mengangguk.

°°°

   Tak lama kemudian Callista sampai di ruangan Deren.

"happy birthday dear" Callista tersenyum lebar dengan membawa roti kecil di tangannya.

"Ha?" Deren menaikkan kedua alisnya.

"Buat aku?" lanjut Deren.

  Callista mengangguk.

"Makasih..." Deren menerima rotinya dan menaruh di meja kerjanya, lalu memeluk Callista.

"I Love U Dear...Your presence a big gift to me...but you prepare a surprise for me...make me happier...I wish my long life and can live happily with you, have a sweet little boy from us" Deren memeluk Callista erat, tersenyum penuh makna.

"I hope the same...I hope you are the first and last man of my life...just you can open my rotten heart...that even nobody can open it all this time...Thank you because you make me believe it love...You make me know that love is real, and that's us" Callista membalas pelukan Deren.

***

"Assalamualaikum..." Callista membuka pintu apartemennya.

"Waalaikumsalam...baru balik...gimana hari ini? Makin rekat nih hubungannya?! Denger-denger...Deren ultah ya? Lo kasih suprise apa ke dia?" Karina langsung menyemprot Callista dengan banyak pertanyaan.

"Kepo banget...pengen tahu banget nihh?"

"Iya...cepet jawab!"

"Gua kasih pelukan doang...sama doa..."

"Masa sih? Gak lo kasih ciuman juga?"

"Diem lo kantong plastik! Gua lakban mulut lo!" Callista melempar bantal ke Karina.

"Santai dong woyy!! Canda kali ah...di cium juga gak papa...gak ada yang liat juga kok...kalo ada yang liat paling cuma jadi bahan gosip terhangat..." Karina mengigit bibir bawahnya.

"Bawel lo! Otak mesum kek lo harusnya di bungkus tau gak!" Callista masuk ke kamarnya.

"Kenapa gak di museum in aja?!!! Kan otak langka" Karina berteriak.

"Gak ada yang peduli ama otak lo...jadi percuma aja di museum in!" Teriak Callista dari kamarnya.

***

    "Ra...gua suka sama orang tau...sumpah dia tuh baik banget sama gua...kemaren gua makan siang bareng dia..." Karina bercerita sambil menyetir mobilnya.

"Siapa sih?" Callista mengerutkan kening.

"Namanya Bram...dia foto grafer gitu...sumpah baik banget orangnya...humoris lagi...baik, ganteng, humoris, nikmat mana yang kau dustakan?!" Karina sambil membayang-bayangkan orangnya.

"Apaan sih, berlebihan lo!"

"Bodo amat..." Karina menjulurkan lidahnya ke Callista.

   Callista memutar bola matanya malas.

      Saat di tengah jalan, Karina menekankan mobilnya.

"Kok pelan, Na? Kenapa?" Callista mengikuti arah tatap Karina.

"Siapa?" Callista mengerutkan kening.

"Itu Bram, Ra...dia kok boncengin cewek sih?" Suara Karina melemas.

"Itu yang namanya, Bram?" Callista menatap peria yang memakai kan helm ke seorang perempuan.

"Iya..." Karina seakan membendung air matanya.

"Udah, Rin...kita jalan aja...kalo lo liatin malah lo makin sakit hati..."

   Karina menghela nafas pasrah, menatap ke arah jendela nya, menahan air matanya, lalu menjalankan mobil nya.

Simpan kau didalam

Mimpi indaku karena kau tlah datang

Dalam hidupku

Berjalan ku terima kenyataan...

Kau yang tak sayang...

Mendengar cerita

Kau kini bahagia...

Ku hanya bisa tersenyum mendengarnya...

Di dalam terluka

Dia luar tak terbaca

Memendam kecewa kau senang di sana...

"Lagu lo apaan sih, Na?! Kaya sampah tau gak!" Callista mau mematikannya, namun langsung di tepis oleh Karina.

"Biarin, Ra...gua suka kok..."

"Apaan sih! Dengan gini namanya lo nyiksa diri lo, Na! Sama aja lo bunuh diri lo sendiri dengan nyiksa dengerin lagu kaya gini!" Callista membentak Karina.

"Gua nyesek, Ra...bisa-bisanya dia seligkuh di belakang gua..." mata Karina berbinar membendung air mata.

"Yaudahlah...lo ikhlasin...cowok kaya dia gak pantes lo tangisin...lo gausah peduliin dia lagi...dia aja udah hianatin lo...mending lo lupain dia...dia gak pantes dapetin lo!"

"Tapi gua terlanjur jatuh cinta..." Karina menaruh kepalanya di setir mobil.

"Lo bisa moveon kok...asal lo yakin kalo dia bukan cowok baik buat lo, lo pasti bisa moveon..."

"Tapi kenapa dia baik ke gua?! Apa gak cuma ke gua doang dia baik?! Karena gua yang baperan aja?!" Karina menangis.

"Udah, Na...mending kita pulang aja..." Callista mengusap-usap punggung Karina.

   Karina mengusap air matanya dan menjalankan mobilnya.

Próximo capítulo