webnovel

Sadewa (Chapter 33)

Dewa memutar roda di kursi rodanya dengan sedikit cepat. Di sekitarnya banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang, ada juga beberapa makhluk tak kasat mata yang memandanginya. Ia mencari-cari keberadaan Rusdiana, kira-kira ke mana perginya wanita itu? Ia tak tahu. Sejak ia menolak permintaan Rusdiana, arwah itu seolah-olah pergi untuk menghindari Dewa.

Beberapa saat kemudian, Dewa akhirnya menemukan sosok Rusdiana di bawah tangga. Arwah itu terlihat berusaha untuk menghindari Dewa namun. Namun, laki-laki itu mencegahnya.

"Tunggu!" seru Dewa. Rusdiana pun menatap laki-laki itu. "Kenapa tante harus meminta tolong padaku? Kenapa nggak ke orang lain aja? Padahal, aku belum tentu bisa membantu tante untuk menyelesaikan masalah tante,"

Pertanyaan Dewa membuat wanita itu tersenyum. Ia pun menjawabnya.

"Karena hanya kau yang bisa melihatku," sahut Rusdiana. Dewa merasa heran dengan jawaban arwah itu.

"Hanya karena itu? Nggak ada lagi?" tanyanya. Rusdiana pun menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat.

"Lalu, siapa nama anak tante? Apa tante bisa memberitahuku apa saja tentang anak tante?" tanya Dewa. Rusdiana terlihat seperti sedang berpikir sembari memijat-mijat pelipisnya. Entah kenapa, Dewa merasa tak asing dengan gaya berpikir Rusdiana. Tapi, ia tak ingat siapa yang memiliki gaya seperti itu. Hingga akhirnya, arwah itu pun berbicara.

"Jujur saja, aku tak ingat namanya," sahut Rusdiana. Dewa mendengus kesal mendengar jawaban itu, bagaimana mungkin ia tidak ingat nama anaknya sendiri? "Itu karena saat aku meletakkannya, aku menuliskan nama secara ototidak,"

"Terus tante nggak tahu apapun tentang anak tante sendiri?" tanya Dewa dengan sedikit frustrasi. Rusdiana kembali berpikir. Bagi Dewa, arwah ini benar-benar payah.

"Ah, iya! Dia punya tahi lalat di hidung! Dia juga lahir tanggal 30 desember," seru Rusdiana dengan antusias.

"Apa cuma itu yang tante ingat?" tanya Dewa. Wanita itu menganggukan kepala dengan pelan. Dewa menggaruk-garuk kepalanya dengan sedikit kesal. Ia tak menyangka bahwa ia akan berurusan dengan makhluk tak kasat mata yang begitu bodoh dan labil. Bagaimana mungkin ia bisa mencari anak laki-laki seusianya yang memiliki tahi lalat di hidung dan lahir di tanggal itu? Karena yang memiliki ciri-ciri seperti itu sangat banyak. Ia tidak mungkin membuang-buang tenaga untuk menggunakan kemampuan spesialnya, apalagi dalam kondisi seperti sekarang ini.

"Okay, aku bakalan penuhi permintaan tante," ujar Dewa. "Tapi ... kalau aku nggak bisa nemuin anak tante gimana?"

Mendengar pertanyaan Dewa, wanita itu pun tersenyum.

"Tante nggak akan bisa maksa kamu kalau kamu nggak bisa menemukannya. Kamu bisa berhenti melakukannya," sahutnya. "Tapi, tante nggak akan bisa pergi dengan tenang sebelum bisa bertemu dengannya,"

Melihat arwah itu, Dewa merasa kasihan. Bagaimanapun juga, Rusdiana tetaplah seorang ibu. Sangat wajar jika ia sangat ingin bertemu dengan anaknya meskipun hanya sekali.

Sejujurnya selain karena merasa bersalah, Dewa memiliki alasan lain yang membuatnya bersedia membantu Rusdiana. Alasan lain itu adalah, karena dirinya juga sangat ingin bertemu dengan orang tuanya, terutama ibunya. Ia sering mendengar istilah surga ada di bawah telapak kaki ibu.

Dewa memang sudah terbiasa tinggal sendirian. Namun, ia tidak bisa memungkiri bahwa dirinya juga ingin seperti seorang anak pada umumnya, bisa bertemu dengan orang tuanya setiap hari, dan mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Ya ... dia sangat menginginkan itu hingga tanpa sadar, ia meneteskan air mata di hadapan beberapa orang yang berlalu lalang saat ini.

*****

Beberapa hari kemudian, Dewa akhirnya bisa pulang ke rumahnya. Ia bahkan sudah bisa berjalan lagi meskipun belum bisa pulih seratus persen. Ia diantar pulang oleh Benny dan juga Amor. Bahkan, Rusdiana juga ikut. Tentu saja ia harus ikut, karena Dewa sudah berjanji untuk menolongnya.

Namun, Dewa merasa sangat terganggu dengan kehadiran Rusdiana. Bagaimana tidak? Rusdiana mengikutinya ke manapun laki-laki itu pergi. Mulai pada saat Dewa pergi ke dapur, hingga ke kamar mandi pun Rusdiana masih mengikutinya. Hingga akhirnya, laki-laki itu benar-benar merasa kesal.

"Jangan ikutin aku terus bisa nggak sih?!" seru Dewa. Bahkan suara Dewa terdengar hingga ruang tamu, di mana Amor dan Benny duduk di sana. Mereka berdua pun segera menghampiri Dewa ke kamar mandi.

"Wa, lo ngomong sama siapa sih?" tanya Benny.

"Nggak apa-apa," sahut Dewa dengan singkat. Laki-laki itu langsung memasuki dan menutup pintu kamar mandi. Benny yang sangat penakut itu tiba-tiba merasa bahwa bulu kuduknya berdiri.

"Duh ... kok gue jadi merinding ya ...?" tanya Benny pada Amor dengan raut wajahnya yang terlihat ketakutan. Tentu saja ia merasa seperti itu. Karena, Rusdiana saat ini tengah berdiri tepat di samping kanan Benny.

***** TBC *****

Próximo capítulo