webnovel

Sadewa (Chapter 21)

Dewa keluar dari kamar gadis itu dan berlari mencari Amor. Ia berharap bahwa gadis itu masih belum terlalu jauh.

Dewa tak mengerti, kenapa ia merasa bersalah ketika Amor melihatnya bersama dengan gadis lain? Kenapa ia tak ingin Amor salah paham dengan kedekatannya dengan gadis itu? Entahlah, Dewa tak mengerti dengan perasaannya.

Setelah mencari di seluruh tempat yang ada di rumah sakit itu, akhirnya Dewa menemukan Amor. Perempuan itu terlihat duduk termenung di taman rumah sakit itu sembari memainkan tangan. Dewa pun duduk di samping gadis itu.

"Nggak usah mikir yang aneh-aneh, aku nggak ada apa-apa kok sama cewek itu," gumam Dewa. Perkataan laki-laki itu membuat Amor terkejut sekaligus malu, kenapa laki-laki itu bisa menebak jalan pikirannya?

"Siapa yang mikir aneh-aneh? Nggak kok," sahut Amor dengan sedikit salah tingkah. Dewa pun tersenyum tipis.

"Terus, kenapa kamu nggak jadi masuk?" tanya Dewa dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya. Dada Amor tiba-tiba bergemuruh tak karuan ketika melihat senyum itu. Meskipun tipis, tapi terlihat sangat manis. Gadis itu pun tak bisa menjawab pertanyaan Dewa.

"Ya udah, kita jalan-jalan aja. Biar nggak bosen," ajak Dewa. Amor tak menyangka bahwa Dewa akan mengajaknya pergi. Padahal, Dewa bukanlah tipe orang yang suka berjalan-jalan. Tapi sekarang, semua itu terlihat berubah ...

*****

Dewa telah mengganti pakaiannya dan mengajak gadis itu pergi ke sebuah kafe. Sebenarnya, ia ingin mengatakan sesuatu kepada gadis yang ada di hadapannya itu. Tapi, ia jadi sangat bingung, bagaimana cara mengatakannya? Jantungnya berdetak dengan ritme yang tak karuan, perasaannya sangat kacau, dan semua itu bercampur menjadi satu.

"Em ... aku boleh tanya sesuatu?" tanya Dewa kepada Amor.

"Apa?" jawab Amor.  Dewa jadi semakin bingung dengan dirinya sendiri. Apa yang harus ia lakukan? Apa ini yang namanya cinta? Ingin rasanya ia melarikan diri, tetapi ia tidak mungkin bisa lari dari cinta.

"Gimana kalau misalnya aku suka sama kamu?" tanya Dewa sembari menyembunyikan rasa gugupnya. Mendengar pertanyaan itu, Amor jadi sedikit bingung. Tapi di sisi lain, ia juga sedikit salah tingkah.

"E-eh? Kenapa tiba-tiba tanya kayak gitu?" tanya Amor. Kedua insan itu terlihat sama-sama gugup. Dewa berpikir, bagaimana cara mengatakannya? Ia pun mengembuskan napas panjang berkali-kali.

"Karena, aku suka sama kamu," jawab Dewa dengan penuh kemantaban. Amor terperangah mendengar perkataan Dewa yang begitu mengejutkannya.

"A-a-apa? Kamu serius?" tanya Amor untuk meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah dengar. Dewa pun menganggukkan kepalanya.

"Aku nggak tahu, sejak kapan aku ngerasain ini," ujar Dewa. "Tapi ... saat kamu ada di sini, aku merasa ... sangat bersyukur,"

"Kenapa bisa gitu?" tanya Amor yang terlihat masih bingung dengan ucapan Dewa. Laki-laki itu pun tersenyum tipis.

"Karena kamu adalah satu-satunya orang yang tahu tentang diriku, tapi kamu nggak pernah mempermasalahkannya," sahut Dewa. Hati Amor terasa bergetar hebat begitu mendengar jawaban dari Dewa atas pertanyaannya. Ia sangat bahagia atas pernyataan Dewa. Sejujurnya, ia tak peduli dengan kelebihan dan kekurangan Dewa yang mungkin bagi orang lain begitu menakutkan. Karena, ia merasa sangat nyaman bersama dengan laki-laki itu.

"Aku ... aku juga suka sama kamu," sahut Amor dengan pipi yang sedikit kemerahan. Dewa pun tersenyum dan jadi sedikit salah tingkah. Sebenarnya, ia sudah tahu jawaban Amor. Tapi tetap saja, ia merasa sangat bahagia. Dewa hendak memeluk gadis itu. Tapi, akhirnya ia tidak jadi melakukannya. Ia merasa terlalu malu jika semua orang memandanginya meskipun ia benar-benar ingin memeluk gadis itu.

*****

Dewa hendak mengantar Amor pulang. Tetapi, gadis itu hendak mampir ke minimarket dahulu untuk membeli kebutuhannya. Mereka pun masuk bersama-sama dan mulai berbelanja. Tetapi sialnya, Dewa justru bertemu dengan seorang wanita yang tak ingin ia temui.

"Kamu Dewa kan? Anak laki-laki yang tadi menyelamatkan putri saya?" sapa wanita itu. Benar, wanita itu adalah Emi, ibu dari gadis yang ia tolong. Dewa tak bisa berkutik melihat wanita itu, apa yang terjadi dengan Dewa? Kenapa ia selalu seperti ini jika berhadapan dengan wanita itu? Dewa hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Kalau begitu, kapan-kapan kamu harus main ke rumah kami," sahut Emi dengan senyuman. Dewa tak bisa bergerak, aura wanita itu sangatlah kuat, ia tak berdaya, tubuhnya terasa meriang ketika bertemu dengan wanita itu. Sebab, wanita itu telah dirasuki oleh roh jahat ...

***** TBC *****

Próximo capítulo