webnovel

Rencana Selanjutnya

Setelah seharian bekerja sembari merencanakan langkah selanjutnya, Hagin dan Buya pulang ke Apartemen Ichidori, mereka berdua telah menyepakati beberapa hal termasuk mengambil alih kelas lain sebelum kelas tersebut dikuasai oleh seseorang atau sebuah kelompok. Hagin terbujuk oleh Buya, setelah dia diyakinkan dengan begitu kuat.

"Bro... apa kau pikir gerakan kita ini terlalu cepat dan mungkin menarik perhatian para senior?" tanya Hagin, dia tidak terlalu memikirkan hal ini sebelumnya, namun tetap saja hal ini mengkhawatirkan sehingga dia menanyakannya pada Buya.

"Hahaha... sudah pasti, Bro. Namun semua itu sepadan... jika kita tidak mengambil langkah sekarang... kapan lagi? Ini adalah saat yang paling tepat untuk kita melakukan hal ini, dengan begitu di waktu ke depan kita tidak akan kesulitan lagi jika memang harus dihadapkan dengan sebuah pertarungan," seru Buya.

Hagin tidak langsung membalas perkataan Buya, dia memikirkannya sejenak lalu membalasnya, "Ya... sepertinya akan begitu, Bro. Hanya saja masalah yang akan datang di hari itu... pasti akan lebih besar dari seharusnya bukan? Apakah semua sepadan? Ini terlalu samar-samar, Bro... kita mengetahui dengan jelas seberapa kuat para senior ini, bukan hanya dua orang itu, penguasa dari kelas tiga saja kita belum bertemu dan telah mendengar rumor kekuatannya."

"Hahahaha... itu—itu hal yang berbeda, Bro... bagaimana kau bisa memikirkan sosok itu, Bro. Orang itu berada di luar liga kita, Bro, dia sudah menguasai mereka dalam waktu yang lama dan dari cerita yang terus beredar di sekolah... kau akan mengerti sekuat apa dirinya dan aku yakin jika kalian berdua bertarung... kau yang akan kalah, Bro."

Ketika mendengar dirinya disandingkan dengan penguasa kelas tiga, Hagin sedikit mengernyit, dirinya tahu jika mereka berdua bertarung, dia sudah pasti akan kalah. "Aku tahu, Bro. Jika aku bertarung dengannya... pasti kekalahan yang akan aku dapatkan, bukan berarti aku pesimis, hanya saja setiap kali aku mendengar cerita tentang orang itu... Bro, dia terlalu kuat."

"Ya, mau bagaimana lagi, orang itu memang terlalu kuat bahkan mereka berdua tak bisa menghadapinya. Hiroma dan Karano di tahun kedua, sampai detik ini mereka belum bisa menandinginya... jelas, bukan? Kekuatan yang dia miliki pasti berada di tingkat paling atas di sekolah ini, selain itu aku yakin jika dia cukup dilihat sebagai ancaman besar oleh sekolah lain," seru Buya.

Hagin menghabiskan makanan yang ada di meja lantas dia mengambil minum dan kembali ke meja makan, "Bro... untuk saat ini kita akan fokus untuk mengambil alih salah satu kelas, tentunya kita juga harus mengawasi pergerakan dari dua kelompok itu, untuk kelompok kelas tiga, kita akan mengabaikannya karena aku yakin mereka akan lebih fokus pada area luar sekolah."

Buya telah menyantap habis makanannya dan dia duduk sambil menggenggam buah apel dan dia dengan santai menggigitnya sambil memikirkan ucapan Hagin, setelah cukup lama memikirkan hal tersebut dia membicarakannya dengan Hagin. "Bro, jika semua sesuai dengan apa yang kau katakan... maka ini menjadi sebuah keuntungan untuk kita, terlebih lagi jika kita dapat menjadikan para peserta di Freshman War menjadi anggota kelompok, itu pasti akan meningkatkan kekuatan serta pamor HB Gang."

"Oh... itu akan menjadi hal yang menarik jika mereka bergabung... hanya saja itu bukan hal yang mudah. Lebih baik kita sudahi saja di sini tentang pembicaraan ini, kudengar kau mendapatkan masalah kemarin di tempat kerja? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Hagin yang cukup tergelitik dengan kejadian yang menimpa Buya di tempat kerjanya.

"Jangan bahas itu sialan...." ucap Buya yang kesal dengan peristiwa yang ia alami di tempat kerja dimana dirinya bertemu dengan seorang laki-laki yang sangat menyebalkan, mereka berdua hampir saja baku hantam karena masalah sepele dimana Buya mengambil barang bawaan dari pacar laki-laki yang terjatuh dan dia mengembalikannya ke si perempuan namun si laki-laki tidak melihat kejadian itu dan si laki-laki hanya melihat Buya yang menatap pacarnya dengan tajam.

"Hei... apa yang terjadi, Bro? Kau terlihat kesal, apa mungkin kau tertolak?" seru Hagin mencoba untuk menerka kejadian di tempat kerja, dia melihat wajah Buya yang terlihat kesal lantas dia menanyakannya dan mengambil kesimpulan sendiri jika Buya mengalami penolakan.

"Aku ditolak... hahaha apa kau bercanda, Bro. Sejak kapan aku ditolak wanita? Yang aku ingat dulu ada seorang bocah yang menyukai seorang wanita namun sayangnya bocah itu mengalami penolakan ketika menyatakan perasaannya pada perempuan itu di sebuah acara festival. Itu sangat menyedihkan... apa kau tahu siapa bocah itu, Bro?" ucap Buya sambil mencoba menahan tawanya yang hampir keluar, dia cukup senang menggoda Hagin.

"Kau... Kau.. ini, Tch. Lupakan... kalau kau memang tak ingin aku tahu, omong-omong tempat ini terlalu sepi bukan? Memangnya mereka sedang pergi kemana?" tanya Hagin yang merasa heran dengan situasi Apartemen yang cukup lapang, selain itu dia mencoba mengalihkan pembicaraan tentang bocah yang mengalami penolakan.

Buya juga merasakan hal yang sama, dia merasa hal yang aneh karena jarang sekali Apartemen Ichidori selapang ini, biasanya akan ada beberapa penghuni Apartemen lainnya yang masuk ke dapur seperti halnya si pria kribo, namun hari ini terlalu lapang dan itu memberikan perasaan aneh untuk mereka berdua.

"Mungkin saja ada acara atau hal lain yang mengharuskan mereka pergi, selain itu Hagin, apa kau tidak ingin mencoba sebuah acara yang tempo hari aku katakan?" tanya Buya, beberapa hari lalu dia menyodorkan sebuah selebaran poster tentang pertarungan jalanan pada Hagin, dirinya cukup tahu apa yang Hagin butuhkan saat ini sehingga dia memberikan poster tersebut.

Hagin teringat pembicaraannya dengan Buya beberapa hari lalu, mereka membahas sebuah pertarungan jalanan, Hagin memang ingin mengikuti hal tersebut namun dia merasa jika dirinya belum terlalu membutuhkan uang sehingga dia mengurungkan keinginannya dan akan bergabung di kemudian hari.

"Untuk saat ini... kurasa tidak, Bro. Gaji dari pekerjaan kita sudah lebih dari cukup untuk tinggal di sini. Mungkin ketika aku membutuhkannya... aku akan bergabung ke sana." Hagin kembali menolak ajakan Buya untuk bergabung dengan pertarungan jalanan, dia belum ingin masuk ke dunia itu dan ingin menikmati beberapa hal lain.

"Sepertinya kau pasti menjawab seperti, Bro. Tapi aku yakin kau akan bergabung ke tempat itu... apalagi jika kau ingin pergi dengan Yui," seru Buya, dia tertawa lirih sembari memalingkan mukanya, dia tidak tahan dengan ekspresi yang keluar di wajah Hagin pada saat dia membahas Yui.

"Sialan," gertak Hagin sambil memukul kepala Buya.

Próximo capítulo