"Tetap di belakangku."
Istvan berjalan ke depan Luna, membuat tubuh tingginya menjadi penghalang yang melindungi wanita itu, matanya menatap lurus pada Aodan. "Apa kau sudah ingat semuanya?"
Suara decihan samar terdengar, mata keemasan itu menyipit dengan kesal.
"Apa aku menyuruhmu kemari?!"
Luna gemetar mendengarnya, ia menyentuh belakang pakaian Istvan, nada suara Aodan jelas bukan nada riang yang biasa ia dengar ketika meminta makanan atau merajuk, tapi nada kasar dan dingin yang tidak pernah Luna dengan sebelumnya.
"Aodan, kau baik-baik saja?"
Istvan berjalan mendekat, laki-laki itu terlihat marah di bawah sinar ponsel yang diarahkan Luna, terlihat jelas jika di pipinya ada jejak air mata.
Aodan saat ini tidak hanya sedang sedih, ia juga marah.
Marah pada dirinya sendiri, mengapa di masa lalu ia begitu bodoh?!
Luna tidak tahan berada dalam situasi seperti ini, ia menggertakkan giginya dan berseru nyaring. "Aodan, apa kau tidak mengenaliku lagi? Aku Luna!"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com