"Apa kau sedih?"
Aodan muncul, berjalan terhuyung-huyung dengan mata setengah mengantuk, ia mendekat ke belakang Luna dan meletakkan dagunya di bahu Luna, tangannya terulur ingin memeluk, tapi ditahan karena takut akan Luna tusuk dengan pisau.
"Kenapa aku harus sedih?"
Luna mengangkat tangannya dan menyentuh dahi Aodan, merasa lega karena suhu tubuhnya tidak sepanas ketika ia berada di rumah Istvan. "Aku tidak punya alasan apa pun yang bisa membuatku sedih sekarang."
"Aku mendengar semuanya." Aodan berbisik, menatap roti lapis yang dipotong Luna menjadi segitiga, saus tomat terlihat meleleh diantara roti tawar yang berwarna putih itu. "Kau dan Gerald."
Aodan sudah bangun ketika mendengar teriakan Luna, ia awalnya ingin membantu mengusir Gerald, tapi pada akhirnya ia tidak bergerak dan mendengarkan perkataan Luna tentang isi hatinya yang menolak Gerald mentah-mentah.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com