webnovel

Polylactic

UN Village Apartment

Nowon-gu, Seoul

24 April 2016

10.20 KST

Kepulan asap rokok menyeruak didalam ruangan bernuansa gelap di unit apartemen mewah pagi menjelang siang itu. Tiga orang yang masih menggunakan setelan jas lengkap dengan dasi itu tampak duduk bersantai diatas sofa berwarna coklat sembari sesekali tertawa.

"Jadi bagaimana? Apakah proyek ini masih berlanjut dengan Amerika atau kita akan berpindah haluan?" tanya salah satu dari mereka.

Seseorang lain dari mereka lalu berdiri menuju sebuah papan tulis kaca dan menuliskan sesuatu disana. "Kita akan tetap pada rencana awal, jika kita berpindah haluan, tentu ini adalah pengkhianatan, dan risiko besar didepan mata," ujarnya

"Benar. Saat ini kita harus mencegah bocornya data penelitian itu ke Rusia."

"Aku telah mengurusnya untuk itu. Aku yakin Lim Jae Beom dapat diandalkan."

"Apa katamu, Nona Sekretaris? Bisa diandalkan?" tanya seseorang yang diketahui sebagai Wakil Menteri Pertahanan itu sinis. "Apa Kau lupa, tindakannya begitu gegabah beberapa hari lalu saat menyingkap TKP kematian Eric Sohn dan hampir saja Kapten Detektif Seoul itu mengetahuinya!"

Sekretaris itu terdiam. Beberapa detik kemudian, pintu ruangan itu terbuka.

"Permisi Pak, Ketua Divisi Multinasional NISA datang," ujar seorang penjaga ruangan itu, lalu mempersilakan Lim Jae Beom masuk. Ia segera membungkuk hormat dihadapan tiga orang di ruangan itu.

"Jae Beom, Kau tahu Kau hampir saja membuat kesalahan!" seru Wakil Menteri itu lagi. Jae Beom menghela napas, menyadari kecerobohannya.

"Iya. Saya meminta maaf untuk itu. Saya tidak mengetahui jika Mark Tuan kembali terlibat dalam penyelidikan kasus ini setelah enam tahun berlalu," kilah Jae Beom membuat ketiga orang itu menggelengkan kepalanya. "Lalu, kami juga sebenarnya tidak mengetahui peubahan rencana tiba-tiba yang dilakukan oleh Ten Lee untuk membunuh Eric menggunakan toksin buatannya secara langsung," lanjutnya.

"Kau tahu, Kapten Detektif itu sangat cerdas, naif, dan ambisius sejak dahulu. Bagaimana bisa Kau tidak mengantisipasinya!" bentak Menteri Pertahanan itu yang sedari tadi diam tanpa komentar.

"Jae Beom, jangan lupa, meskipun Kau adalah Kapten Divisi di lembaga independen negara, Kau tidak bisa mengontrol strategi kepolisian Seoul. Mereka berbeda, ingat itu!"

"Saya telah memerintahkan seorang mata-mata di kepolisian Seoul, dan dia terlibat dalam penyelidikan kasus kematian masal sekolah itu," ujar Jae Beom berusaha membela diri.

"Apakah dia bisa diandalkan?"

"Tentu saja"

"Dimana Mark Tuan dan timnya saat ini? Bagaimana perkembangan penyelidikan itu?"

"Informanku mengatakan, mereka baru saja mengetahui bahwa penyebab kematian massal itu adalah dikarenakan toksin bakteri paling mematikan, Botulinum toxin," jawab Jae Beom. "Dan mereka berhasil membuka file-file penelitian Eric Sohn, termasuk kepada siapa Ia berafiliasi," lanjutnya.

"Apa yang mereka lakukan setelah mengetahui bahwa Eric Sohn berafiliasi dengan Mantan Menteri Pertahanan Rusia?"

"Saya belum mendapatkan informasi untuk itu. Setelah rapat umum membahas temuan itu, divisi detektif tidak mengadakan rapat, atau mungkin mereka mengadakan rapat tertutup. Karena hanya dua orang," jawab Jae Beom.

"Siapa kepala Kepolisian Seoul?"

"Song Mino."

"Apa? Bukankah Ia anak tunggal dari mendiang Menteri Pertahanan sebelum Anda, Pak?" tanya Sekretaris itu kepada Menteri yang saat ini tidak menunjukan ekspresi apapun.

"Benar, Ia adalah putra dari Jenderal Song Joong Ki," tambah Jae Beom.

Wakil Menteri Pertahanan memasang smirknya, "Hah, nampaknya akan semakin sulit untuk mengontrol kinerja Kepolisian Seoul," ujarnya membuat ketiga orang lainnya menoleh padanya. Sang pemusat perhatian itu tidak memberikan komentar lanjutan karena Menteri Pertahanan segera memotongnya.

"Jae Beom, siapa saja tim inti investigasi kasus itu?"

"Mark Tuan, Kim Doyoung, Jung Jaehyun, dan Wendy Son. Dan Saya pikir seluruh ketua divisi kepolisian berpihak padanya," jawab Jae Beom dengan ekspresi sedikit kesal.

"Siapa Mark Tuan sebenarnya? Aku pernah bertemu dengannya, nampaknya Ia masih sangat muda untuk memiliki kontrol seperti itu terhadap kepolisian pusat," tanya Sekretaris itu penasaran.

"Dia adalah detektif di kasus sebelumnya di Busan, saat itu Ia berhasil meyakinkan publik bahwasanya kasus itu disengaja, dan NISA ada dibaliknya menyembunyikan bukti," jawab Wakil Menteri Pertahanan sembari melirik Jae Beom menyindir.

"Aku tidak akan main-main jika Kau kembali gagal, Jae Beom. Lakukan tugasmu dengan benar!" seru Menteri Pertahanan yang mendadak emosi ketika mendengar jawaban wakilnya.

"Baik. Lalu apa instruksi Anda selanjutnya?"

"Mark Tuan, Kau bunuh dia, atau buat dia berpihak kepada kita!"

Markas NISA

24 April 2016

13.20 KST

"Apa? Dasar orang-orang gila. Apa mereka kira kita adalah agen pembunuh bayaran?" cibir Seok Jin begitu Jae Beom menceritakan perihal instruksi Menteri Pertahanan.

"Orang-orang itu sangat mengerikan! Aku tidak akan pernah mengotori tanganku hanya karena Aku seorang intelijen yang mengabdi pada negara!" tegas BamBam.

"Lalu bagaimana menurutmu?" tanya Jimin.

"Keduanya urusan yang sulit, tapi membunuhnya akan lebih mudah tanpa kita mengotori tangan," tukas Jae Beom datar lalu meneguk teh hangatnya.

"Tetap saja ini membunuh, langsung atau tidak langsung. Jae, kita sama-sama manusia jika Kau lupa. Apa salah Mark Tuan sampai Ia harus mati? Dan Aku yakin, hati nurani kalian membenarkan apa yang Ia lakukan!" seru BamBam berapi-api, membuat seluruh orang di ruangan itu terdiam. Ya, memang BamBam selalu seperti ini, dia adalah yang termuda dan berpikir bersih.

"Bam, Kau tahu ini adalah bagian dari menjaga keamanan negara?" ujar Kyung Soo yang sedari tadi tidak berkomentar.

"Iya, tapi apakah itu manusiawi? Bagaimana dengan pilihan kedua?"

"Itu tidak akan bisa—"

"Sama saja, kita pasti akan mengancamnya dengan nyawa sebagai taruhan. Baik nyawanya, atau nyawa timnya. Tidak ada ancaman lain yang dapat bekerja pada pria itu selain nyawa," ujar Seok Jin tegas.

Suasana hening sejenak, hingga ponsel Jae Beom berdering menandakan panggilan masuk.

Kim Taehyung is calling …

"Halo, Tae. Bagaimana?"

"Mark dan timnya akan pergi ke Rusia. Aku tidak tahu pasti siapa saja yang akan pergi, tapi yang jelas Ia tidak akan sendirian!"

"Apa?"

"Aku rasa Mark mendapat satu clue kuat sehingga memutuskan untuk kesana. Aku akan terus memantau Doyoung, karena Ia tidak ikut."

"Baiklah, terimakasih dan kembali bekerja."

Call ended

"Mark dan timnya pergi ke Rusia entah dalam rangka apa, tapi yang pasti, ini terkait Eric Sohn. Perintahkan Jay untuk bersiap!" perintah Jae Beom cepat.

"Jay? Apa yang akan Kau perintahkan?" tanya Kyung Soo.

"Hilangkan jejak Mark Tuan dan timnya!"

Mayaguez, Puerto Rico

Locust 127

25 April 2016

08.00 AST

Suhu udara di musim dingin pagi itu cukup menembus tulang. Tampak dua orang tengah mengobrol santai disamping tungku pemanas ruangan. Dihadapan mereka terhidang dua cangkir teh herbal yang masih mengepul, dan beberapa biskuit jahe. Ya, menu pagi untuk menghangatkan tubuh. Seperti biasa, Lalisa akan membuat sarapan sederhana untuknya serta Ten, kakaknya.

"Hahh, Aku ingin pulang saja rasanya jika dingin seperti ini," ujar Lalisa setelah menyesap teh herbalnya. Ten mengalihkan pandangan dari buku yang dibacanya sedari tadi.

"Pulang kemana? Korea? Atau Thailand?"

"Kemanapun itu, asal tidak ada kekacauan, deadline, perintah, dan sejenisnya," jawab Lalisa sembari tersenyum.

Ten menghela napas panjang, menaruh bukunya, lalu mencondongkan wajahnya kearah Lalisa sembari tersenyum.

"Kau lelah Lisa?" tanya Ten dengan hangat.

"Hmm," Lalisa mengangguk. "Tapi Aku harus bekerja, dan Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian dengan berbagai tekanan, Kak," lanjutnya.

"Kau memang adikku yang paling manis," ujar Ten. Ia mengacak pelan rambut Lalisa.

"Satu tahun lagi, dan kita akan terbebas dari pekerjaan ini,"

"Mari bekerja keras!" seru Lalisa dengan ekspresi semangat yang membuat Ten tersenyum terpaksa.

Mayaguez, Puerto Rico

Locust 127, Laboratorium Humanoid

25 April 2016

10.00 AST

"Apa yang salah sampai penyempurnaan humanoid itu tertunda?" tanya Ten begitu mendengar penjelasan Yoon Gi bahwa pengerjaan humanoid untuk misi mereka selanjutnya akan tertunda cukup lama.

"Reina Hwang, manusia modelnya mendadak kehilangan respon kelima inderanya. Jika sistem saraf pusat dan pembuluh darahnya terganggu, humanoid itu tidak akan sempurna. Kau pasti paham, pencangkokan sesuatu secara molekuler dipengaruhi oleh DNA induk," jelas Yoon Gi.

Ten mengusap wajahnya kasar

"Doktor Yoon, kita harus menyelesaikan uji coba kedua pertengahan tahun ini, dan ini sudah mendekati, Kau paham bukan?" ujar Ten dengan nada dingin.

"Tentu saja Ten. Tapi Reina Hwang adalah manusia yang diawetkan dengan kriopreservasi. Kau kira Aku dapat mengontrol kesehatannya selama disana selama bertahun-tahun?"

"Aku tidak bisa menjamin bahwa dia akan tetap sehat, segar, dan utuh didalam sana, meskipun prosedurnya sudah diterapkan dengan benar!" lanjutnya.

"Baiklah, Aku mengerti. Lalu bagaimana rencanamu jika Reina Hwang manusia tidak bisa digunakan sebagai DNA induk?"

"Reina Hwang L127 CBDG E1, Aku bisa menggunakannya, karena Ia sudah memiliki 95% kemiripan dengan Reina manusia," jawab Yoon Gi.

"Baiklah."

"Apakah toksin itu sudah selesai dan sempurna?" tanya Yoon Gi

"Ya, karakteristiknya sudah didesain untuk tahan suhu ekstrem dan asam. Saat ini sedang direproduksi dalam bioreaktor," jelas Ten.

"Apakah akan—"

Ucapan Yoon Gi terhenti ketika seluruh alarm mansion itu berbunyi bersautan, diiringi cahaya merah dari lampu darurat. Ten dan Yoon Gi terkejut dan segera berlari menuju ruang kontrol di lantai 2.

"Ya Tuhan, ada apa ini?" lirih Yoon Gi ditengah larinya.

Sesampainya di ruang kontrol, Ten segera melihat CCTV, sementara Yoon Gi memeriksa sensor keamanan.

"Terjadi sebuah ledakan!" ujar Yoon Gi, Ten segera menoleh.

"Dimana!"

"Dari ruangan di lantai 1, didekat laboratorium rekayasa. Temukan di CCTV cepat!" perintah Yoon Gi lantang.

"Laboratorium Isolasi bioreaktor!" teriak Ten. Beberapa detik kemudian, Ia termenung ditempatnya, sementara Yoon Gi sudah menarik tuas sensor pemadam kebakaran sehingga air segera turun dari langit-langit dan membasahi seluruh mansion, begitu pula dengan Ten dan Yoon Gi yang sudah basah kuyup.

"Astaga! Bukankah itu tempat toksin direproduksi?" tanya Yoon Gi panik. Sementara Ten masih tidak bereaksi.

"Ten!!"

"Doktor Yoon, Lalisa ada disana,"

Próximo capítulo