webnovel

PART 20 - KAK JEN ADALAH...

Meski pada awalnya hubungan di antara mereka terbilang cukup rumit dan penuh dengan teka - teki. Namun, seiring berjalannya waktu mereka seolah disatukan kembali. Walaupun pada saat ini Dimas sebenarnya tidak pernah tahu tentang perasaan Chris terhadapnya. Maklum saja, Chris adalah anak dari Hans sekaligus saudara tirinya. Mana mungkin ia berani untuk mengatakan cinta pada seseorang yang dulu pernah terhanyut dalam asmara dengan ayahnya sendiri.

Tapi, Chris juga manusia yang tak akan pernah bisa selamanya menyembunyikan perasaannya terhadap Dimas. Setiap kali memandang wajahnya, detak jantungnya berdebar kencang. Bahkan suatu ketika saat dirinya sedang sakit, Dimas merawatnya dengan penuh perhatian, layaknya seseorang yang sedang merawat kekasihnya sendiri.

Cinta memang terkadang membingungkan. Sekalipun jawaban itu ada di depan mata, tetap saja rasanya sulit menebak apa yang akan terjadi selajutnya. Entahlah. Chris seolah tetap ingin bersembunyi dibalik perasaannya sendiri. Ia tidak ingin Dimas tahu bahwa sebenarnya ia mencintainya.

Tapi bagaimana jika itu terlambat. Bukankah kita tidak ada yang pernah tahu kapan sang waktu akan mempertemukan dan memisahkan. Bukankah kejujuran adalah hal yang utama. Akankah penyesalan menjadi sebuah jawaban atas cintanya kepada Dimas. Hanya sang waktulah yang akan menjawab semua itu

….

Hari demi hari terasa begitu cepat. Sang Mentari yang baru saja terbit dari ufuk timur, kini telah tenggalam dan digantikan oleh dinginnya malam. Tapi jauh lebih dingin cintanya kepada Dimas.

"Kau kenapa Chris?" Ia begitu khawatir melihat keadaan Chris yang sedang terbaring ditempat tidur. Dimas lalu memegang dahinya. " Kau sakit, ayo kita ke dokter"

"Ti…tidak perlu Dim" Ujarnya dengan terbata – bata.

"Tidak perlu bagaimana, badan mu panas sekali". Rawut wajahnya begitu menggambarkan kekhawatiran yang begitu mendalam. Ia kembali memohon kepada Chris. "Ayo" Ia memegang tangannya. Mengeluas rambutnya dan menatap wajahnya.

Perhatian yang diberikan Dimas kepadanya seolah membuyarkan rasa sakit itu. Andai saja sakit bisa sepanjang hari, mungkin saja Chris lebih memilih untuk merasakan kesakitan ini.

"Tidak usah Dim" Chris mencoba menenangkannya. "Aku sudah minum obat, tadi beli di warung. Lagi pula kalau berobat kan mahal, lebih baik duitnya untuk beli susu dan bayar uang sewa kontrakan ini saja".

Mendengar ucapan tersebut, matanya berkaca – kaca. Pria tangguh yang selalu kuat menghadapi kejamnya dunia ini seakan rapuh.

Kehidupan mereka memang tidak lagi senyaman dulu. Chris yang dulu hidup berkecukupan, kini harus ini sederhana. Tidak ada yang salah, hanya saja merasakan kepedihan hidup ini terasa begitu berat. Untung saja, sosok yang ia cintai ada disampingnya. Beban yang ia pikul sendirian kini seolah terasa ringan, meski cintanya masih terasa berat untuk diungkapkan.

Hari Minggu Dimakam Sang Ayah….

Dimas berjalan perlahan – lahan menuju makam sang ayahnya. Wajahnya nampak begitu lesu dan kebingungan. Ia memandangi langit biru yang berselimut awan. Di dalam hati kecilnya ia seolah ingin sekali hidup dalam sebuah kenyamanan. Hidup seperti dulu. Apakah harus. Apakah harus ia kembali ke jalan yang dulu pernah lalui. Tidak. Tidak akan. Jalan dulu hanya akan menjadi sebuah cerita di masa lalu. Bagi dirinya kembali ke masa lalu dan berkelut dengan kehidupan dunia malam bukanlah sebuah jawaban.

Tapi…Hanya itulah yang sekali lagi menawarkan sebuah kenyamanan dan kemudahan. Semua bisa didapatkan dengan mudah. Jika jalan ada dua jalan yang harus kau pilih. Di antara jalan penuh dosa namun penuh kenikmatan atau jalan sulit namun penuh keberkahan, manakah yang akan kau pilih.

Rasanya sebagai manusia biasa kita ingin hidup berkecupan tapi bukan berarti harus melawan atau bahkan melanggar aturan Tuhan. Tapi, bagaimana. Bagaimana caranya agar hidup tidak terus menerus terjebak dalam sebuah situasi yang membuat diri ini pelik.

Mengapa…mengapa hidup ini terkadang tidak adil. Apakah keadilan itu hanya sebuah simbolis semata, ataukah ia memang benar – benar ada. Jika memang ada, jelaskan pada ku dimana keberadaannya. Dimana keberadaan keadilan yang selama ini didambakan.

Bagi kaum kecil seperti dirinya, keadilan mungkin hanyalah sebuah ilusi semata. Pepatah memang acap kali benar, hidup adalah pilihan. Kita tidak bisa memilih keduanya. Kita hanya bisa memilih menjadi orang baik atau orang jahat. Kita tak akan pernah bisa memilih ditengah – tengah.

Dari kejauhan Dimas melihat sosok wanita sedang menangis dihadapan makam Ayahnya. Ia lalu mempercepat langkahnya dan mendekati sang wanita tersebut.

"Maaf mbak siapa ya?". Wanita itu lalu menolehkah wajahnya.

"Ka…Ka Jen".

"Dimas"

"Ka Jen sedang apa disini?"

"Ka Jen baru dapat info bahwa ayah Ka Jen meninggal. Tapi katanya meninggalnya sudah cukup lama, tapi Ka Jen baru tahu hari ini".

"Maksud Ka Jen makam ini?" Dimas mengarahkan tulujukan ke arah makam Hans.

Ia segera memeluk Ka Jen. Tangis air mata membenjari pertemuan mereka. Pertemuan kakak & adik yang sudah lama dipisahkan oleh kejahatan masa lalu.

"Dim, kau kenapa?"

Dimas mengusap air matanya. "Hans adalah ayah ku ka, dan yang disampingnya ini adalah makam istri pertamanya alias ibu kandung kita"

"Berarti, kamu adalah….". Ka Jen lalu memeluk Dimas dengan sangat erat. Tangis di antara mereka pun kembali pecah. Layaknya hujan yang turun dari langit.

Sang waktu kini mempertemukan mereka kembali. Kakak – adik yang dulu dipisahkan oleh masa lalu. Meski sebenarnya Dimas & Ka Jen sempat bertemu. Namun, pada saat itu mereka tak sadar. Bahwasanya mereka adalah saudara kandung.

Kini, lengkaplah sudah keluarga yang dulu utuh dan dipertemukan kembali. Meski tak akan pernah lagi utuh, tapi setidaknya kehangatan itu masih terasa. Kehangatan seorang kakak yang ia sangat rindukan.

Hidup yang dilalui Dimas memang begitu pelik. Ia harus melewati kepedihan dan kesusahan terlebih dahulu sampai pada akhirnya ia dipertemukan kembali. Hidup yang ia lalui tak ubahnya seperti menerjang badai di tengah lautan luas. Memang terlihat menakutkan tapi saat kau bisa melewatinya maka ke daratan akan kau dapatkan. Hangatnya keluarga yang dulu pernah ada kini telah kembali, meski dalam arti yang berbeda.

….

Tuhan memang selalu menyelipkan kisah yang tak bisa dibaca oleh Hamba-Nya. Takdirnya begitu penuh misteri dan teka – taki. Bahkan seseorang terkadang harus melewati berbagai rintangan terlebih dahulu sampai pada akhirnya ia mampu menjadi pemenang. Tapi bukankah begitu rumus kehidupan.

Pemenang sejati tidak akan mudah runtuh dan harus siap menghadapi segala tantangan yang ada, sekalipun itu terasa begitu berat. Pemenang sejati adalah ia yang tetap percaya bahwa pada suatu saat takdir Tuhan akan indah pada waktunya. Terima kasih Tuhan, kini kau pertemukan kembali keluarga yang dulu pernah bersama dengan keadaan yang berbeda.

...

Bersambung....

Próximo capítulo