webnovel

Berurusan dengan Polisi

Tak lama setelah mereka kembali ke lantai 51, seorang pelayan datang untuk mengantarkan makan siang. Alexa segera menatanya di atas meja makan dan berniat memanggil tuannya setelah selesai. Namun pemuda itu sudah muncul lebih dulu sebelum Alexa memanggilnya lewat telepon yang ada di dapur.

Sebelum Alexa pergi dari sana dan membiarkan tuannya makan sendiri di meja makan, Skylar memanggilnya.

"Bawa kardus itu dan masukkan semua pakaianmu ke sana. Sepatu-sepatu milikmu juga. Semuanya harus sudah ada di depan sofa saat aku selesai makan."

Pemuda itu bahkan tidak memberikan kesempatan pada Alexa untuk memilah bajunya. Dia benar-benar menyuruh Alexa memasukkan seluruh pakaian dan sepatu yang dia miliki ke dalam kardus yang dibawakan pelayan barusan untuk dibuang. Namun kali ini, Alexa yang sudah dibuat sangat kebingungan sejak pagi, akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Maaf kalau saya lancang, tapi apakah saya … boleh tahu alasan kenapa Tuan ingin saya membuang seluruh pakaian itu?" Biar bagaimanapun, tidak semua pakaian miliknya benar-benar jelek. Ada beberapa pakaian baru yang masih bagus, meski pakaian tersebut diberikan oleh Ruth saat pertama kali dia tiba di tempat pelacuran.

Skylar yang sudah duduk dan mulai makan, menjawab dengan santai, "Mengingatkanku pada tempat pelacuran yang menjijikkan itu. Aku tidak mau melihatmu dengan pakaian-pakaian norak itu di sini."

Gadis itu tidak bisa menyangkal. Bahkan dia sendiri pun merasakan hal yang sama. Meski pakaiannya terlihat elegan dan seksi, tapi tidak ada perasaan bangga yang dia miliki saat mengenakannya. Walaupun pakaiannya hanya seberapa, Alexa kurang lebih tahu alasan mengapa tuannya meminta agar semua barangnya dibuang, termasuk pakaian yang biasa-biasa saja.

Dia pun segera membungkuk singkat untuk segera membereskan pakaiannya.

Di kamar, walaupun Alexa sudah diperintahkan untuk membereskan semua pakaiannya, dia tetap menyisakan dua celana panjang yang dirasanya lebih nyaman untuk digunakan bersih-bersih.

Kegiatan tersebut sangat tidak memakan waktu lama. Sepuluh menit saja, dia sudah menuruni tangga sambil membawa satu kotak kardus yang tidak terlalu besar. Biar bagaimanapun, pakaian dan sepatunya tidak banyak. Alexa yakin kalau pakaian dan sepatu barunya yang akan datang setelah ini pasti bisa memenuhi lemari di kamar.

Kebetulan, begitu Alexa keluar dari kamar, dia melihat ada seorang pria berpakaian rapi sedang berada di lift di lantai 52, memindahkan kotak-kotak kardus dari dalam lift ke dalam ruangan. Pria itu tidak memakai seragam seperti seragam staff hotel lainnya. Dari penampilan saja, Alexa menebak kalau pria tersebut adalah manager hotel ini.

Skylar yang berada di samping lift untuk menunggu pun menoleh ketika mendengar suara pintu kamar yang dibuka. Pandangannya menatap Alexa sambil mengedikkan dagunya, memberi isyarat agar gadis tersebut berjalan ke arahnya.

"Bawa kemari."

Kardus-kardus yang masih ditata jumlahnya ada lima kardus. Pria di lift baru selesai memindahkan semua kardus di lift ke dalam ruangan saat Alexa menghampiri mereka. Di dada pria itu, Alexa bisa melihat nama 'Michael' yang disematkan. Mereka pun sempat bertemu pandang dan saling tersenyum untuk sebuah sapaan singkat.

Pria bernama Michael tersebut masih tampak muda, tidak terlalu tua jika dibandingkan dengan tuannya. Rambutnya berwarna pirang dan matanya biru. Kacamata berbingkai hitam pun bertengger di atas hidungnya. Jika dia berdiri di samping tuannya, terlihat jika Michael beberapa senti lebih tinggi.

Michael pun mengambil kardus yang dibawa Alexa dan meletakkannya di dalam lift. Setelahnya, kardus-kardus di lantai pun dia angkat.

"Kardus ini diletakkan di mana?" tanya Michael.

"Kemari."

Skylar lebih dulu berjalan menuju kamar Alexa dan membuka pintunya. Jarak lift dengan kamar gadis itu hanya beberapa langkah, jadi Michael bisa memindahkan kardus-kardus itu lebih cepat. Dua kotak kardus pun ditumpuknya dan diangkat dalam sekali jalan.

"Ah, biar kubantu." Alexa yang merasa tidak enak pun menawarkan bantuan. Biar bagaimanapun, barang-barang di dalam kardus itu adalah miliknya. Dia tidak bisa merepotkan orang lain, apalagi orang yang 'kelihata' punya jabatan tinggi di hotel ini.

Namun sebelum Alexa mengambil kardus, Michael sudah lebih dulu mencegahnya. "Tidak usah, Nona. Kardusnya berat," katanya sambil tersenyum. Dia melihat ekspresi gadis di sebelahnya terlihat tidak enak dan sungkan. Sehingga, Michael mendekat sedikit dan berbisik, "Kalau kau sampai terluka, nanti aku bisa dimarahi olehnya."

Alexa tidak menjawab. Lebih tepatnya, dia tidak tahu apa maksud dari kalimat Michael barusan. Tapi karena dia tidak ingin menambah masalah dengan menanyakan hal-hal yang tidak perlu, Alexa pun mengangguk. "Terima kasih."

Dalam waktu singkat, semua kardus itu sudah berpindah ke dalam kamar Alexa. Kemudian, Michael kembali masuk ke dalam lift sambil membawa kardus yang berisi pakaian-pakaian lama Alexa. Suasana ruangan kembali sepi, hanya tersisa Alexa yang berdiri di lobi di depan lift, serta Skylar yang akan masuk ke ruangan seberang. Sebelum pemuda itu membuka pintu, dia berkata tanpa menolehkan kepalanya, "Makan siang kalau sudah habis jangan lupa bereskan."

Gadis itu berbalik dan mengucapkan terima kasih singkat, yang disusul oleh suara pintu tertutup.

Di dalam hatinya, Alexa merasa senang. Meski sikap tuannya masih dingin dan ketus terhadapnya, tapi hari ini dia melihat sedikit kebaikan yang tampak dari pemuda tersebut. Bagaimana tidak, tuannya rela menghabiskan puluhan ribu uang untuk membelikan barang-barang mahal untuk seorang pelayan sepertinya, kemudian kalimat yang dia ucapkan barusan merupakan sebuah pesan tersirat agar Alexa tidak lupa memakan makan siangnya. Senyumnya terpulas.

Biarpun Alexa masih tidak bisa menebak jalan pikir tuannya, tapi dia merasa senang berada di sini. Tak peduli seberapa dingin sikap yang diberikan pemuda itu padanya, bagi Alexa, tempat ini sudah membuatnya betah. Dia tak perlu lagi melakukan hal-hal di luar keinginannya, terlebih lagi, Alexa tak perlu bertemu dengan bibinya. Mendapat bentakan dari tuannya terasa lebih baik daripada mendengar bentakan bibinya atau Nyonya Ruth.

Sudah terlalu banyak utang budi Alexa pada tuannya. Bahkan jika harga semua pakaian dan sepatu baru itu dimasukkan ke dalam daftar utang yang harus Alexa bayar, dia tidak akan keberatan. Menambah beberapa tahun untuk bekerja di tempat ini rasanya lebih baik daripada keluar dan menggelandang.

Hari-hari awal Alexa bekerja di sana terasa cukup menyenangkan. Dari semua hal, sayangnya ada satu pekerjaan yang belum bisa diselesaikannya dengan sempurna, yaitu memandikan anjing.

Memandikan anjing adalah pekerjaan baru. Di tempat ini, Alexa baru pertama kali memandikan anjing. Di rumah bibinya dulu, tidak ada hewan peliharaan, sehingga dia tidak tahu bagaimana cara memandikan anjing. Alexa pikir, memandikan anjing sama seperti memandikan bayi. Sialnya, dia belum pernah melakukan kedua hal itu.

Di hari ketiganya, Alexa sampai basah kuyup setelah memandikan Sophie di kamar mandi milik tuannya. Pemuda itu bahkan sedikit tertawa—yang terlihat seperti sedang mendengus—saat melihat pelayannya seperti habis kehujanan. Handuk pun diraihnya dan dilemparkan agar gadis itu segera mengeringkan rambutnya, supaya tidak meninggalkan jejak basah di karpet saat berjalan menuju kamar.

Dalam satu minggu pertama, Alexa sudah dua kali memandikan Sophie, anjing samoyed berwarna putih. Dalam dua kali percobaan itu, Alexa tetap basah kuyup karena hewan tersebut yang tidak bisa diam saat diguyur air.

Di sisi lain, Skylar sedang sangat sibuk, sehingga dia tidak sempat mengajak anjingnya keluar jalan-jalan sore. Melihat hewan itu yang mulai bosan terlalu lama terkurung di dalam ruangan, mau tak mau, Skylar pun merasa sedikit terganggu. Pekerjaannya sedang amat menumpuk, sedangkan Sophie terus menyalak dan menarik celananya, atau malah mengambil sendiri tali kekangnya, meminta diajak jalan-jalan.

Pada akhirnya, di hari kedelapan Alexa bekerja di sana, Skylar sudah melanggar kata-katanya sendiri, bahwa dirinya tidak akan membiarkan gadis itu keluar satu langkah pun dari hotelnya. Di suatu pagi setelah mereka selesai sarapan, Skylar memberikan sebuah kartu akses naik ke lantai 51 pada Alexa, agar gadis itu bisa mengajak Sophie jalan-jalan.

"Kartu ini jangan sampai hilang. Kalau hilang, kau akan berurusan dengan polisi."

Próximo capítulo