Ada begitu banyak pekerjaan di dunia ini, tetapi pada akhirnya Lucas justru menjadikan dirinya menjadi anggota mafia. Dengan kualifikasinya sekarang, melamar pekerjaan yang 'normal' akan menjadi sangat sulit. Sejak kecil dibesarkan dengan kerasnya kehidupan jalanan, masa remaja berkali-kali masuk bui, dan saat dewasa semakin menenggelamkan diri dalam pekatnya dunia hitam. Masih hidup di usia dua puluh tujuh adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan padanya. Ya, itu pun kalau dia ingat Tuhan.
"Kak, kau yakin mau ikut malam ini?" suara Mark menarik atensi Lucas. Pria yang lebih muda itu masih tergolek di atas ranjang markas. Earth Tiger memang memiliki sebuah klinik yang dijalankan para anggotanya sendiri. Namun jangan berharap ada petugas yang benar-benar profesional di bidangnya.
"Tentu saja, aku harus balas dendam karena mereka sudah mematahkan hidung dan kedua lenganmu," sahut Lucas enteng.
"Tapi ... kau tahu sendiri, kan, kalau malam ini Earth Tiger dan Flying Dragon tidak hanya berkelahi biasa. Bisa jadi sangat berbahaya untukmu."
Mata Lucas bergulir ke arah sang adik. Logan adiknya masih berusia dua puluh, ia terlalu muda untuk menjadi anggota Earth Tiger. Tak seperti Lucas yang memilih putus sekolah dan menghabiskan masa mudanya dengan cara yang salah, Logan tamat sekolah menengah atas dan pernah memiliki pekerjaan yang normal di salah satu restoran cepat saji. Kalau bukan karena direkrut salah satu kaki kanan Earth Tiger, Lucas tak akan mengizinkan adiknya masuk ke dunia gelap mereka. Ia masih berhak memiliki masa depan yang ... normal.
"Aku akan baik-baik saja, kau fokus saja istirahat," pungkas Lucas sembari mendaratkan usapan lembut pada puncak kepala sang adik.
"Kak...," panggil Logan lirih. Rongga mulutnya terasa sangat masam. Terlalu banyak kata-kata yang dibiarkan mengendap begitu saja tanpa terucap. Firasat lagi-lagi mengatakan hal buruk. Pria yang lebih muda itu bukannya tidak ingin memperingatkan sang kakak.
Lucas bukan tipe orang yang mempercayai firasat. Ia bekerja berdasarkan insting dan otak. Orang yang telah lama membuang Tuhan dalam hidupnya tak akan pernah memahami sinyal-sinyal yang dikirimkan dari langit. Isi kepala Lucas selalu tentang bertahan hidup, mematuhi atasan, dan mendulang uang. Ia akan marah jika Logan menyebut tentang firasat, doa, potongan ayat, atau hal-hal yang berhubungan denganNya.
Jika hanya harapan agar sang kakak selamat dan mengingatkan untuk selalu berhati-hati, Lucas tak akan terlalu mempermasalahkan. Logan menatap kakaknya lamat-lamat, ucapan 'sampai jumpa lagi, semoga kau pulang dengan selamat dan tidak terluka' telah sampai di ujung lidah. Namun kembali tertelan karena sang kakak telah lebih dulu meninggalkan ruangan. Rongga mulut Logan semakin asam.
***
"Mukamu kusut sekali!" Eric mengolok Lucas dari kursi kemudinya. Malam ini pria berkepala plontos itu yang akan mengantar para anggota ke tempat yang ditentukan. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, menjadi tukang antar sudah cukup melelahkan. Banyak yang menyuruhnya pensiun saja, mengingat ia sudah tidak digaji seperti masa muda dulu.
"Aku tidak peduli." Lucas melengos begitu saja.
"Kalian Regu Pamungkas memang terkenal dingin, ya," balas Eric lagi sambil menggerakkan kepala mengikuti Lucas yang bersiap memasuki jeep.
"Baik-baiklah kalian di sana kalau begitu, Regu Awal sudah berangkat duluan. Mereka jadi dua kloter karena kurang kuat seperti kalian. Jadi semoga kalian di dalam sana akur-akur saja."
Lucas bergabung dengan beberapa anggota lain di atas mobil jeep besar Earth Tiger. Seperti harimau yang hendak dilepaskan ke dalam arena tarung gladiator, mobil tersebut diselubungi sel di kanan dan kiri. Harimau-harimau di dalam mobil saling mendiamkan.
Beberapa mungkin mengingat-ingat kehidupan yang sudah dilalui sejauh ini. Menikmatinya dalam-dalam seolah besok sudah tak bisa mengingatnya lagi.
Beberapa yang lain mengasah senjata sembari memasang wajah paling bengis. Sedikit berlatih sebelum diterjunkan ke medan perang.
Lucas sendiri menyandarkan punggungnya pada badan mobil yang bergoyang-goyang. Matanya terpaku pada langit-langit yang digantungi lampu seadanya. Ia sudah berkali-kali membayangkan kematian. Mengantisipasi kedatangannya tak lagi menakutkan. Bukan momok menyeramkan lagi mengingat menjadi anggota mafia sangat dekat dengan kematian. Ia hanya tidak bisa membayangkan jika sang adik mengalami hal yang sama.
Kematian sebagai anggota mafia artinya bisa saja mayatmu dimasukkan ke drum dan dibuang ke lautan, dibakar hingga menyisakan tulang belulang saja, ataupun berakhir sebagai santapan buaya. Ia tidak ingin Logan mati dengan cara mengenaskan seperti itu. Maju dalam pertarungan malam ini, ia telah membuat kesepakatan dengan petinggi Earth Tiger untuk melepaskan adiknya. Apa pun yang terjadi pada Lucas, hidup ataupun mati, Logan harus keluar dari keanggotaan geng.
"Mengkhawatirkan adikmu?" Pertanyaan Johny mengetuk Lucas. Pria itu menoleh kepada sang penanya.
"Sudah jelas."
"Aku dengar kau maju ke perkelahian malam ini dengan jaminan adikmu keluar dari geng. Kau selalu bergerak dalam diam, soliter, dan menjauhi anggota lainnya. Tapi akhir-akhir ini kau muncul ke permukaan. Kalau tidak ada motif yang jelas, kau tak mungkin repot-repot seperti ini," balas Johny.
Lucas terkekeh, ia tak berniat menyembunyikan perkara ini pada Johny. Satu-satunya teman yang ia punya di Earth Tiger, anggota lain tak lebih dari rekan seprofesi saja.
"Dulu mereka menahan Logan agar aku tetap berada di dalam geng, sekarang kupaksa mereka mengeluarkannya agar aku tetap bertahan di sini."
Johny menepuk pundak Lucas agak keras. "Mereka tak akan berani mengeluarkan kartu as geng. Kau adalah senjata utama geng, kini mereka harus tunduk di bawah kakimu supaya tidak kehilangan dirimu."
Lucas terkekeh lagi sebelum menjawab, "Mereka memang harus begitu."
Sebuah guncangan besar menghentikan laju mobil jeep tersebut. Tempat mobil mereka berhenti bukan lokasi yang telah ditentukan. Jebakan. Memisahkan Regu Pamungkas dan Regu Awal adalah taktik jitu untuk memecah kekuatan. Siapa sangka ada pengkhianat yang berniat memisahkan mereka dengan cara yang sangat halus. Eric sialan!
Lucas memerintah dengan mata pada anggota yang lain. Satu anggukan persetujuan dan mereka bersiap dalam posisi waspada. Masing-masing dari mereka menyiapkan senjata, bersiap jika pintu mobil nantinya terbang dan anggota geng lawan tiba-tiba saja menyergap masuk. Sebuah lesatan peluru menembus kaca dan kepala salah seorang dari Earth Tiger. Bersamaan dengan tumbangnya pria itu, pintu bergetar kencang seolah dihantam sesuatu yang besar.
Johny menarik pergelangan Lucas, menariknya dari pintu sebelum sebatang besi besar menembus tengkorak pria itu. Lucas menatap rekannya singkat seolah bertukar isyarat terima kasih.
"Simpan terima kasihmu untuk nanti," ujar Johny sembari menyeringai dan mengacungkan jempol.
Lucas memberikan komando agar menjebol barisan di luar pintu mobil. Sedangkan beberapa yang tersisa memecahkan kaca jendela dan keluar dari sana.
"Sopir kita sudah tidak ada! Kita terkepung!" teriaknya menandakan sudah tidak ada lagi kesempatan untuk putar haluan dan menyelamatkan diri.
Malam ini mereka benar-benar berperang.
-Bersambung-
Jangan lupa beri kritik yang membangun <3
Kasih dukungan power stone juga ya