webnovel

Rampasan Perang

Pegunungan Hermirath yang berada di tengah-tengah Kerajaan Avantheim merupakan pegunungan terluas kedua di Benua Palonia, luasnya sekitar seribu empat ratus kilometer persegi. Puncak gunung Hermirath yang terletak di sebelah timur pegunungan itu merupakan puncak tertinggi yang ada di Benua Palonia. Orang-orang dari Kerajaan Galilea bahkan sering mengunjungi tempat itu untuk berburu logam-logam langka.

Sebuah bukit di sebelah utara pegunungan Hermirath nampak tenang kala itu. Tidak ada yang menyangka, pertempuran sengit baru saja terjadi di tempat tersebut beberapa menit yang lalu.

'Aku tak menyangka candaan Pak tua Izack bisa berguna di saat genting seperti ini.' Batin Jack sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Sambil menahan perih di punggungnya, Jack memeriksa mayat-mayat bandit yang baru saja mereka habisi untuk mencari barang berharga yang dapat mereka ambil. Setelah memastikan tidak ada yang ia lewatkan, Jack berkumpul dengan rekan-rekannya di mulut gua tempat bandit tersebut tinggal.

Saat tiba di mulut gua Jack menyadari kondisi Jaxson terlihat tidak begitu baik. Tameng kecil di tangan kirinya retak menjadi dua, darah bahkan keluar dari celah retakan itu. Sekujur tubuhnya penuh luka sayat akibat pertarungannya dengan pria berambut jabrik tadi. Sepertinya kemampuan keduanya seimbang.

"Mereka anggota dari organisasi rahasia yang bernama shadowcifer, kita beruntung bisa lolos dari maut kali ini. Kerja bagus Jack, aku tidak menyangka kau bisa menggunakan sihir." Kata Jaxson sambil memijat tangan kirinya yang terluka cukup parah.

Jack hanya tersenyum dan sedikit mengangguk, tangan dan kakinya masih sedikit gemetaran. Selain karena serangan musuh yang terlampau kuat, adrenalin yang mulai mereda juga menjadi salah satu penyebabnya.

"Ayo masuk. Semoga saja kita dapat menemukan Kremas di tempat ini." Ajak Jaxson setelah ia membuang sisa tameng yang ada di tangan kirinya.

Dengan waspada mereka berempat memasuki gua itu dan melihat bagian dalamnya terbagi menjadi tiga ruangan. Di ruangan pertama mereka menemukan kasur lantai berjejer di atas tanah, spertinya ini tempat anak buah tidur. Saat membuka pintu ruang tengah, mereka melihat seorang pria tua sedang duduk di atas kursi, kedua tangannya di ikat ke belakag dan wajahnya penuh luka memar. Pria berjenggot tebal itu tersenyum ketika melihat Jaxson dan teman-temannya masuk ke ruangan itu.

"Kenapa lama sekali?" kata pria itu sambil terbatuk dan mengeluarkan sedikit darah dari mulutnya.

Jaxson segera berlari dan melepaskan ikatan pada pria tua itu.

"Minum ini Kremas." Ia membuka tutup botol health potion yang ia ambil dari pinggangnya dan membantu Kremas meminumnya.

"Jack, periksa ruangan di sebelah dan ambil semua barang berharga yang ada di sana. Kyle, bantu aku memapah Kremas, sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini." Perintah Jaxson setelah berbalik dan melemparkan sebuah kunci kuningan yang ditemukannya di tubuh pemimpin bandit itu kepada Jack.

"Oke Kapten."

Jack pun pergi ke ruangan paling ujung. Selain ranjang, lemari dan lentera yang menggantung di dinding, ia menemukan sebuah peti kayu tergeletak di sudut ruangan yang dikunci dengan sebuah gembok. Jack menduga ruangan ini milik pemimpin mereka.

Dengan hati-hati Jack membuka gembok tersebut sambil mengangkat tamengnya karena takut ada jebakan di dalamnya.

Peti kayu itu berdecit saat ia membukanya. Jack pun menghela nafas lega setelah yakin tidak ada jebakan yang dipasang di peti itu.

Melihat peti itu hampir kosong Jack menggelengkan kepalanya, di dalam hati ia berkata 'Bandit yang miskin'. Ia hanya menemukan dua belas koin perak dan satu gelang emas di dalam peti itu. Merasa ada yang kurang, ia pun menggeledah tempat tidur dan lemari yang ada di ruangan itu dengan teliti. Namun nihil, ia tidak menemukan satu pun barang berharga di tempat itu.

Saat hendak keluar dari ruangan itu tiba-tiba Jack merasa ada yang terlewat. Ia pun berbalik dan mengamati kondisi ruangan itu sekali lagi dari depan pintu. Saat itu ia menyadari sebuah garis tipis yang hampir tidak terlihat di bawah peti harta karun.

'Peti ini sepertinya sering dipindahkan, apa ada tempat penyimpanan rahasia di belakangnya?' Saat Jack hendak menggeser peti itu, suara seorang perempuan terdengar dari belakang.

"Ayo Jack, kita harus segera pergi." Lily menjemputnya karena Jack tidak kunjung muncul. Saat melihat Jack sedang berusaha menggerakkan sebuah peti besar, ia mencibirnya, "Tinggalkan saja peti itu, kita tidak mungkin membawanya."

Mendengar perkataan itu Jack berusaha membela diri, "Aku tidak butuh petinya, tapi sepertinya ada tempat penyimpanan rahasia di belakang peti ini."

"Benarkah? Sini aku bantu." Tutur Lily. Mereka masing-masing memegang ujung peti itu dan dan menariknya bersama-sama.

"Satu, dua, ti-iga." Mereka mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggeser peti tersebut.

"Hufff!" Lily menghela nafasnya setelah berhasil menggeser peti itu. Saat melihat ke arah dinding di belakang peti tersebut, matanya bersinar seperti melihat pria impiannya untuk yang pertama kali.

"Senjata sihir!" Lily melihat sebuah busur kayu berwarna cokelat tua berhiaskan zamrud di tengahnya. Ini adalah ciri-ciri dari senjata sihir, di dalam batu mulia itu terdapat sebuah lingkaran sihir yang telah dirancang untuk memperkuat serangan senjata tersebut. Tanpa basa basi ia pun mengambil busur itu.

Jack yang merasa gembira dan terkejut pun bergumam "Dasar wanita, sikapnya dapat berubah hanya dalam hitungan detik".

"Apa kau bilang?" tanya Lily, pendengarannya sangat tajam.

"Emm, sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini." Ujar Jack, berusaha mengalihkan perhatiannya.

Mereka pun membawa semua barang yang ada di tempat itu. Sebuah kotak berisi mana dan health potion, kotak lain yang berisi batu mana dan tiga senjata yang diduga merupakan senjata sihir.

Setelah berjalan cukup jauh, mereka pun memutuskan untuk beristirahat. Jaxson dan Kyle menyandarkan Kremas di sebuah pohon sambil terengah-engah.

"Aku rasa sudah cukup jauh." Tutur Jaxson sambil mengatur nafasnya.

"Setuju." Sahut Jack yang kelelahan karena membawa dua kotak dan dua buah senjata tambahan.

Sementara itu, Lily menggunakan waktu istirahat itu untuk mencoba senjata barunya.

Woosh! Jleb! Anak panah pertama yang ia lepaskan, menancap di sebuah batang kayu yang ada dua puluh meter di depannya.

Wissh! Jleb! Anak panah kedua menancap lebih dalam dari sebelumnya dan hampir tidak menimbulkan suara sama sekali.

Lily melompat kegirangan dan berkata, "Busur ini milikku."

Tidak ada yang berani mengatakan sebaliknya, mereka tahu kalau wanita sudah menyukai sesuatu, tidak ada yang dapat merebutnya.

Kekehan Kremas memecah keheningan akibat kejadian itu. "Bahagianya menjadi anak muda." Ucap Kremas setelah melihat kejadian tadi.

Ia menegakkan badannya untuk mencari posisi duduk yang lebih nyaman. "Terima kasih anak muda, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kalian tidak datang tepat waktu." Tambah Kremas jujur. Ia mendengar bahwa seseorang akan mengaduk-aduk pikirannya untuk mencari batu yang mereka cari.

"Apa kalian ditugaskan oleh guild untuk mencariku?" tanya Kremas sambil melihat ke arah Jaxson.

Jaxson menjawab, "Tarud yang memita kami mencari anda, ia mencurigai ada kejanggalan di workshop Blazing Trails, setelah menyelidiki lebih lanjut kami menemukan bahwa anda telah menghilang untuk beberapa waktu."

Kremas menghela nafasnya, "Untung saja aku sempat kabur saat mereka menangkapku pertama kali, kalau tidak …" ia tidak melanjutkan kalimatnya itu dan menghela nafasnya lagi sebelum menggelengkan kepala.

"Kita sebaiknya mulai bergerak, anggota mereka bukan hanya orang-orang itu saja." Usul Kremas seraya mencoba untuk berdiri. Ketiak Jaxson hendak membantunya, ia memberi isyarat kalau dirinya telah sanggup berjalan sendiri.

Mereka menggunakan jalur memutar dan sampai di Kota Alexandrium saat senja sudah ada di depan mata. Setibanya di workshop Dragon Hammer, Kremas pun akhirnya mendapatkan perawatan yang lebih mumpuni.

Saat Tarud sedang melaporkan kejadian ini kepada Guild Master bersama Francis, Martin dan Fábián melaporkan temuannya kepada Jaxson. Dari penyelidikan mereka kemarin, workshop Blazing Trails sepertinya melakukan pengiriman senjata secara besar-besaran ke sebuah tempat. Mereka curiga kalau Blazing Trails akan melakukan pemberontakan atau bahkan lebih parah lagi, memicu peperangan.

"Ini hasil keringat kita dua hari ini. Dua kotak kayu berisi ramuan dan batu mana, dua belas koin perak, perhiasan dan tiga senjata sihir berupa pedang, busur dan tongkat sihir. Bagaimana kita akan membaginya?" Setelah selesai membicarakan masalah Blazing Trails, Jaxson membahas pembagian rampasan perang.

Sebelum Jaxson sempat menambahkan, Lily tiba-tiba memutuskan secara sepihak, "Aku cukup dengan busur ini, sisanya untuk kalian." Celetuk Lily sambil menunjukkan busur di tangannya lalu menyembunyikannya di belakang badannya lagi.

Lima orang laki-laki yang ada di sana kehabisan kata-kata. Bukannya mereka tidak setuju dengan Keputusan itu, tapi mereka heran karena tingkah wanita itu yang sangat kontras dengan kesehariannya yang pendiam.

Setelah mengamati keempat pria di sekitarnya, Jaxson mulai angkat bicara "Oke, kita setuju busur itu untuk Lily. Aku mengusulkan pedang ini kita berikan pada Jack. Berkat dia lah kita dapat kembali ke sini dengan selamat sambil membawa banyak harta rampasan."

"Setuju!" Jawab Kyle.

Martin dan Fábián saling bertukar pandang, mereka sebenarnya lebih setuju kalau pedang itu dipakai oleh Jaxson, pemimpin mereka. Tetapi setelah mendengar cerita Lily tentang kejadian di pegunungan Hermirath, mereka mengangguk dan mengacungkan jempolnya kepada Jack sambil berkata "Kerja Bagus Jack."

"Sisanya akan kita jual dan uangnya kita bagi rata." Papar Jaxson.

"Apa boleh aku membeli mana potionnya?" Tanya Jack sambil mengangkat tangannya.

Setelah membicarakannya, mereka sepakat untuk menjual tiga puluh botol mana potion yang mereka dapat kepada Jack seharga satu koin emas. Jack sangat senang mendengarnya. Ia pun pulang sambil membawa pedang sihir dan kotak berisi tiga puluh mana potion dengan gembira.

Di ruang bawah tanah rumahnya Jack terlihat sibuk menata mana potion yang baru saja ia dapatkan. Setelah pertarungan hari ini, ia tidak sabar untuk segera menaikkan levelnya. Ia sadar, dengan levelnya sekarang, ia belum mampu untuk melindungi dirinya sendiri, apalagi menolong teman di sekelilingnya. Untuk itu ia memutuskan untuk mengubah rencana awal dan menaikkan levelnya terlebih dahulu sebelum senjata slimenya. Toh ia juga belum bisa menggunakan senjata itu dengan kemampuannya sekarang.

Malam itu Jack memanen 3069 experience dan menaikkan levelnya ke 10 sebelum kembali ke kamarnya. Di dalam kamar Jack mengamati pedang barunya dengan menggunakan inventory.

Steel Sword of Wind <Magic> <Epic>

Description : Pedang yang diberkahi dengan kekuatan angin, menggunakan energi mana untuk mempercepat serangan. Dapat mengeluarkan serangan mana jarak jauh dengan atribut angin. <Speed -2>

Karena sadar pedang sihir itu sangat berharga, Ia menggunakan skill digest untuk menyerap pedang tersebut ke dalam senjata slimenya.

Sambil melihat bulan biru yang telah condong ke arah barat Jack akhirnya bisa menutup matanya.

"AARRRRRRGH!" Erangan seorang pria memekik di sebuah gua yang diterangi cahaya redup dari sumbu lentera yang perlahan terbakar di atas meja. Pria yang baru saja melumuri wajahnya yang penuh luka bakar dengan health potion itu melihat ke sebuah cermin sambil mengumpat.

"Berengsek …, adventurer sialan! Aku akan membalasmu jutaan kali lipat. Tunggu saja!" teriak pria itu setelah menyadari wajahnya terlihat seperti monster.

Ia tidak menyadari kehadiran sosok pria di balik bayang-bayang kegelapan sedang mengamati dan menilainya. "Produk gagal, hanya sebatas ini kemampuan yang dapat ia gunakan."

Bunyi lonceng yang menggema di telinga Jack sebanyak delapan kali membangunkannya. Dengan wajah yang kusut dan rambut yang acak-acakan, ia pergi ke balkon untuk melihat ke arah sura lonceng tersebut berasal.

Konsep jam di dunia ini hanya berlaku pada siang hari karena mereka masih menggunakan bayangan matahari pada sundial untuk menentukan waktu. Ketika matahari terbit, petugas yang menjaga menara Adventurer Guild akan membunyikan lonceng untuk memberitahukan waktu pada warga kota sesuai dengan jamnya.

Tidak berbeda dengan dunia Jack yang dulu, satu hari di dunia ini di bagi ke dalam dua puluh empat jam, dengan satu jam ada enam puluh menit dan satu menit berisi enam puluh detik.

Tapi mereka belum mengenal penghitungan tahunan, mereka hanya menghitungnya berdasarkan musim.

Kerajaan Avantheim hanya mengenal dua musim saja, yaitu musim kering dan musim penghujan. Menurut informasi yang Jack dapat, musim dingin di dunia ini hanya ada di Kerajaan Murador, Salamis, Karkemis dan sebagian wilayah Kerajaan Antiokia.

Setelah menghabiskan lima koin perunggu untuk makan pagi, Jack pulang ke kamarnya dan duduk bersila di atas lantai. Sambil mengatur nafas, Ia mulai mengalokasikan stats point yang ia punya untuk menyerap kekuatan itu ke dalam tubuhnya.

Karena sedikit ragu, Jack membagi proses itu menjadi empat tahapan untuk mengantisipasi terjadinya efek samping yang tidak diinginkan. Kali ini Ia memutuskan untuk membagi stats pointnya secara merata di setiap atribut yang ia punya.

Jam demi jam pun berlalu, saat mendengar bunyi lonceng yang ke-11 Jack membuka matanya dan melihat tubuhnya yang dipenuhi keringat. Meski memutuskan untuk beristirahat selama lima belas menit di antara proses tersebut, tubuhnya serasa terbakar saat selesai melakukan proses ke empat. Mungkin karena ia terlalu banyak menyerap kekuatan tersebut dalam waktu yang cukup singkat. Tidak merasa nyaman dengan keringat di tubuhnya, Jack pergi mandi.

Sehabis mandi, Jack memperhatikan tubuhnya di cermin, sambil tersenyum ia mengamati perut six pack dan otot lengannya yang mulai terbentuk dengan ideal. Menyadari rambut hitamnya mulai memanjang, ia pun memotongnya dengan pisau yang ia punya karena merasa rambut pendek lebih cocok untuk wajahnya sekarang.

Wajah Jack bisa di bilang cukup tampan, tapi hidung dan matanya yang standar tidak membuatnya terlalu mencolok saat berada di kerumunan. Setelah merasa cukup, Jack memakai armor cokelat gelap miliknya. Sambil tersenyum ia pun memuji dirinya sendiri yang sepintas terlihat seperti kesatria bayangan yang melindungi manusia dari kegelapan.

"Status"

Jack Walker

Level 10 <Human><Adventurer> EXP- 1074/1900

Title : 'Transmigrator from another world' 'Slime Hunter'

Health : 90/90

Mana : 34/34

STR : 55 +

AGL : 72 +

INT : 55 +

Attack : 10

Speed : 12 <-2,8>

Magic : 11

Resp. : 5

Intuition : 1

Próximo capítulo