Virgo di bawa ke dalam sebuah ruangan yang sangat familier baginya, meski sedikit berbeda dengan adanya nyala obor mengelilingi mereka, dan sebuah lingkaran sihir seluas 10 meter di tengah-tengah tempat mereka berdiri.
Ia sangat terpesona dengan tempat tersebut, entah bagaimana ia menjadi sangat menyukai hal yang berkaitan dengan warna hitam atau pun kegelapan.
"Di mana kita sekarang?". Gumamnya dengan penuh takjub.
"Kita berada di ruang dimensi kehampaan, di dalam sini aku bisa dengan mudah membuat apa pun yang kuinginkan, kau juga bisa melakukannya jika sudah mempelajari semuanya". Jawab sosok misterius sambil menatap Virgo dengan lekat.
"Benarkah, apa aku juga bisa melakukannya?". Mendengar hal itu sesaat Virgo jelas tidak bisa menahan kegembiraannya.
"Kau adalah pewarisku, kau akan memiliki potensi tersebut, namun itu juga akan bergantung kepadamu nantinya". Lanjutnya mennawab dengan santai.
"Sesuai janjiku, aku akan menjelaskan semuanya tapi sebelum itu, kita akan melakukan ritualnya terlebih dahulu, dengan begitu kau akan resmi menjadi pewarisku". lanjutnya sambil mengangguk pelan.
"Kita langsung mulai saja, berdirilah di tengah lingkaran sihir". Pinta sosok misterius dengan cepat, tidak ingin membuang waktu lagi.
"Baik aku mengerti". Tanpa pikir panjang Virgo hanya mengangguk dan menuruti perintahnya.
"Sebelum kita memulainya, aku akan memberimu sebuah saran, musuhmu adalah dirimu sendiri,". Tegas sosok itu dengan suara dingin dan terlihat serius.
Virgo tidak terlalu mengerti dengan saran tersebut, ia hanya mengangguk ringan.
"Bersiaplah". Lanjutnya.
"Wussst".
Di dalam kegelapan, cahaya putih langsung bersinar sangat terang, hingga sesaat membuat ruangan gelap tersebut seperti siang hari.
Aura hitam mulai muncul dari dalam lingkaran sihir putih dan perlahan menempel pada tubuh Virgo.
Virgo belum mendapatkan efek yang menyakitkan kecuali perasaan aneh yang terus mengganggu.
Namun beberapa saat kemudian, mata Virgo tiba-tiba melotot, aura hitam itu tiba-tiba masuk melalui setiap pori-pori tubuhnya hingga membuat kulitnya menghitam seolah terbakar hangus.
"Srrreek".
kini dua buah cahaya hitam tiba-tiba melesat ke arah matanya, seketika pandangannya menjadi pun menjadi gelap.
Kini dia menemukan dirinya sedang berdiri di tengah lautan hitam tanpa batas.
Di hadapannya sosok berwajah pucat yang mirip dengannya tiba-tiba muncul, dia berdiri menatap tajam dan kosong kearahnya, perlahan sosok tersebut mendekat dengan darah berwarna hitam mengalir dari matanya.
"Kegelapan adalah awal dari segalanya, lahap alam semesta ini, musnahkan, dan kembalikan semuanya". Kata yang terus di ucapkan oleh sosok pucat di hadapannya.
"Siapa kau?". Tanya Virgo dengan suara rendah, gugup dan juga takut.
Sosok itu, sedikit membengkokkan lehernya, tanpa menjawab apa pun, senyumannya begitu menyeramkan, lalu sebuah pedang hitam yang sama dengan miliknya tiba-tiba muncul di tangan sosok tersebut.
"Wussst".
Sosok itu melesat sambil bersiap menebaskan pedang hitamnya, namun beruntung sebuah bola hitam selebar 5 meter muncul di tengah-tengah mereka dan langsung menarik keduanya.
"Apa ini? Apa yang terjadi?". Gumam Virgo yang kebingungan karena merasakan tarikan yang sangat kuat, sosok pucat itu pun mengerutkan keningnya dan terus memberontak.
Keduanya ditarik oleh bola hitam tersebut dan Virgo pun kembali terbangun di atas lingkaran sihir putih yang di kelilingi nyala obor, Virgo melotot dengan napas ngos-ngosan.
"Untungnya aku tepat waktu". Batin sosok misterius, menatap Virgo dengan lega.
"Siapa sosok barusan? Apa yang sebenarnya telah terjadi?". Tanya Virgo yang sedikit kebingungan.
"Mmm, sekarang kau sudah resmi menjadi pewaris kekuatanku, selanjutnya itu bergantung padamu, sesuai janji aku akan menjelaskan semuanya, lalu ada beberapa hal penting lainnya yang juga harus ku sampaikan kepada mu".
Bukannya menjawab pertanyaannya, sosok misterius hanya memberikan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi semenjak terjadinya peperangan antar dewa dan memberikan beberapa saran.
Setelah mendengar semua penjelasan itu, Virgo hanya mengangguk pelan dengan wajah tercengang.
Sekitar 3 jam telah berlalu, mereka pun keluar dari lubang hitam itu dan kembali berada di puncak gunung, Virgo terlihat tegang dan wajahnya seperti telah di basahi keringat.
Sedangkan Aiden terlihat serius dan sosok misterius itu tetap bersikap seperti biasa.
Kini Virgo sudah mengetahui semuanya khususnya tentang legenda yang sebenarnya, selain itu hal paling penting adalah menyelesaikan sebuah misi yang di berikan oleh sosok misterius tersebut.
Menurut penjelasannya, alasan Virgo mendapatkan kekuatan matahari dan petir sebelumnya, itu karena dia berhasil menyegel sedikit kekuatan ke dua dewa tersebut saat bertempur ratusan ribu tahun yang lalu, dan memberikannya kepada Virgo begitu saja.
Virgo juga mengetahui bahwa sosok misterius di hadapannya adalah dewa penjaga kegelapan yang melegenda, dan di anggap sebagai musuh oleh umat manusia, namun di saat yang sama ia juga mengetahui kebenaran dari legenda yang sesungguhnya.
Menurut perkiraan dewa penjaga kegelapan, seharusnya saat ini mereka sudah hampir pulih.
Disisi lain dewa penjaga kegelapan juga menyarankan Virgo agar tidak menunjukkan kekuatannya sembarang, dan menekankan agar tidak menggunakan kekuatannya lebih dari 50%.
Alasannya agar tidak membuat kehebohan dan menarik perhatian umat manusia khususnya para penyihir, itu juga akan memudahkan dalam menjalankan misinya.
Adapun pedang hitam legendaris level langit juga telah diberikan kepada Virgo, lalu ia juga mendapatkan sebuah buku hitam yang berisi semua jurus dewa kegelapan serta sebuah gelang sihir yang memungkinkan untuk menyimpan barang berharga seperti buku sihirnya.
Namun di sisi lain sayangnya pulau itu akan segera hancur, jadi Virgo harus keluar dari sana secepatnya, dia tidak punya waktu untuk mempelajari buku hitam tersebut.
Sebenarnya yang membuat Virgo sangat tegang adalah tentang misi yang di berikan oleh dewa penjaga kegelapan padanya, walau bagaimana pun ia memikirkannya, ia hampir menyesal telah menjadi pewaris dewa tersebut.
Namun kendati demikian, nasihat dan arahan yang di berikan oleh dewa penjaga kegelapan telah menumbuhkan tekadnya dan mulai menerima takdirnya sebagian seorang pewaris dewa.
Ada pun kenapa Virgo bisa sampai di pulau tersebut, dewa kegelapan tidak menjelaskannya, ia hanya mengatakan, suatu saat Virgo akan mengetahuinya sendiri.
Saat memikirkan semua itu, dewa penjaga kegelapan telah selesai membuat persiapan, sebuah lingkaran sihir hitam telah di buatnya.
"Cepatlah pulau ini tidak akan bertahan lama, kau hanya perlu melakukan apa yang telah aku katakan sebelumnya dan kau bisa kembali". Ucap dewa penjaga kegelapan, memerintahkan Virgo agar segera masuk ke tengah lingkaran sihirnya.
Virgo segera mengangguk dan langsung memasuki lingkaran sihir, ia pun melakukan semua petunjuk yang di berikan sebelumnya.
"Wussst".
Lingkaran itu pun langsung mengeluarkan cahaya hitam dan langsung membumbung tinggi menembus awan.
Sebuah awan gelap langsung muncul dengan suara gemuruh dahsyat, angin mulai berembus dengan keras, dan riak air terbentuk di danau, di sekitar gunung seolah sedang di landa badai super dahsyat.
Di saat sebelum Virgo meninggalkan pulau, ia menatap lekat ke arah dewa penjaga kegelapan, sebelumnya ia pernah bertanya apakah dewa kegelapan akan mati karena telah mewarisi kekuatannya bersamaan dengan pulau yang akan hancur.
Tapi dewa kegelapan hanya tersenyum tipis dan tidak menjawabnya.
Dewa kegelapan yang melihat tatapan lekat Virgo hanya mengangguk sambil tersenyum tipis dan sesaat kemudian.
"Suuust".
Virgo pun langsung menghilang dalam sekejap mata dan cahaya hitam pun langsung lenyap bersamaan dengan awan hitam dan badai yang perlahan mereda, dewa penjaga kegelapan hanya mendongak ke langit.
"Virgo kau harus melakukannya, ini bukanlah sebuah kebetulan, tapi kau telah ditakdirkan, aku yakin kau akan melalui semuanya". Gumam dewa penjaga kegelapan dengan senyuman lega di wajahnya.
Di tempat lain di sebuah Istana yang terlihat menakutkan dengan badai dan petir yang terus menyambar, bayangan sosok hitam yang memiliki dua tanduk di kepalanya terduduk dengan santai di singgasananya, ia memasang raut wajah serius saat merasakan sesuatu.
Ia pun memetik jarinya seolah mengirim sinyal, lalu 4 istana pun mulai muncul satu persatu.