webnovel

Anak Elang Petir Emas

"Sial, kenapa harus sekarang?". Virgo hanya bisa menelan ludah dengan tubuh yang hampir kaku.

Jika di bandingkan dengan macan tutul bersayap, aura ular merah raksasa itu lebih menakutkan dan seolah mengandung ilusi kematian.

"Arrrrgh".

Di saat Virgo berpikir untuk pergi melarikan diri, suara macan tutul terdengar dengan jelas di belakangnya, ia pun menoleh dengan spontan, dan macan tutul itu pun melakukan hal yang sama.

"Habis sudah, aku benar-benar akan menjadi makanan para hewan buas raksasa ini". Gumam Virgo dengan lemah, di hadapannya ada ular merah raksasa lalu dibelakangnya terdapat macan tutul bersayap.

"Wussst".

Ular merah raksasa langsung menyerang Virgo dengan cepat tanpa menghiraukan macan tutul bersayap yang berada di sana, serangannya sangat kuat dan cepat.

Beruntung Virgo masih bisa menghindar, Tanah tempat Virgo berdiri sebelumnya langsung meninggalkan lubang sedalam satu meter, Virgo hanya bisa mendesah dengan punggung yang telah basah oleh keringat karena ketakutan, jika ia telat sedikit saja serangan ular merah raksasa itu akan langsung menghancurkannya.

Melihat mangsanya di serang oleh hewan buas lain, macan tutul itu tiba-tiba meraung dan melompat ke arah ular merah raksasa yang sudah bersiap untuk menyerang Virgo.

"Bamm ... Bamm".

Kini ke dua hewan buas raksasa itu bertarung dengan sengit, membuat tanah mulai bergetar hebat, hal sama juga terjadi pada elang raksasa dan ular merah yang satunya lagi.

Virgo tercengang dan ia sangat tahu bagaimana mengerikannya pertempuran para hewan buas raksasa, namun hal itu memberinya sebuah peluang, ia dengan cepat mundur hingga puluhan meter, dan bersembunyi di belakang pohon sambil menyaksikan pertarungan para hewan buas raksasa.

Sekitar 1 jam kemudian hasil pertarungan itu sudah di tentukan, 2 ular merah raksasa telah mati sedangkan elang petir emas sedang sekarat karena terkena gigitan beracun lawannya, sementara macan tutul raksasa masih bisa bergerak dan pergi begitu saja.

Virgo bisa menilai meskipun macan tutul bersayap tidak terlihat sekarat ia akan segera mati, karena banyaknya luka di tubuhnya, bahkan ia sudah tidak sanggup terbang.

Setelah memastikan semuanya berakhir Virgo pun bisa tenang, lalu ia segera mendekat ke ular merah raksasa yang telah mati, berharap bisa mendapatkan sesuatu yang berguna dari tubuhnya.

"Hmm, tanduknya akan sangat berguna tapi sayangnya aku tidak punya apa pun untuk memotongnya, bahkan jika menggunakan tombak atau pun batu, itu akan memakan waktu yang lama". Pikir Virgo mendesah lemah.

Ia pun kembali menatap ke atas tebing dan melihat elang petir emas yang sedang sekarat sambil berusaha melindungi sarangnya, melihat itu Virgo menyipitkan matanya berharap ada yang istimewa dari elang tersebut.

Namun setelah merenung beberapa saat, ia tidak ingin membuat masalah dan memutuskan untuk pergi.

"Oaaack ... Oaaack".

Suara melengking tiba-tiba terdengar di dekat elang petir raksasa, Virgo terdiam sejenak dan mengamatinya kembali.

"Mungkinkah?".

Pikir Virgo dengan cepat, tanpa pikir panjang ia melompat menaiki dinding tebing untuk menuju ke arah elang raksasa, setelah sampai di sana elang petir raksasa sudah tewas, dan ia juga mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Di hadapannya Virgo melihat 4 ekor anak elang petir emas di sarang seluas setengah meter, namun sayangnya hanya 1 ekor yang selamat, 3 lainnya hanya tersisa separuh badan.

Virgo pun mengerti sepenuhnya, suara yang di dengar sebelumnya adalah suara anak dari elang petir emas yang bertahan hidup.

Anak elang petir emas menjerit saat melihat Virgo, ia mengepakkan sayapnya yang baru tumbuh dan belum bisa meninggalkan sarang apalagi terbang, Virgo sangat yakin anak elang itu akan mati karena tidak bisa mendapatkan makanan lagi.

"Sudahlah, sebaiknya aku tidak perlu memikirkan yang lainnya dan fokus dengan perjalananku". Gumamnya yang langsung beranjak pergi.

Namun anak elang raksasa itu terus berteriak, seolah sangat sedih karena telah kehilangan induk dan juga saudaranya, Virgo yang mendengar itu hanya bisa mendesah dan merasa tidak tega.

Ia pun akhirnya kembali dan menatap lekat anak elang petir emas yang terus berteriak ke arahnya, "Hmm, oke baiklah aku akan membawamu bersamaku". Ucap Virgo yang seolah mengerti maksudnya.

Anak elang itu terlihat sangat lucu dan menggemaskan, namun alasan Virgo ingin membawanya semata-mata karena ingin menyelamatkannya, tentu saja ia mengerti bagaimana sakitnya kehilangan orang tua, karena hal itu juga telah terjadi padanya.

Anak elang petir emas tersebut berukuran seperti elang dewasa yang biasa, dan Virgo tentu tidak terkejut karena sudah lumrah dengan hewan buas raksasa, ia menaruhnya di pundaknya.

Yang membuatnya sedikit heran adalah anak elang tersebut memiliki efek petir yang sama dengan warna bulunya yang baru tumbuh, di saat yang sama Virgo juga merasakan kecocokan dengan anak elang tersebut.

Virgo menyadari jika itu orang lain yang memegangnya, mungkin akan terluka karena efek petir yang dikeluarkannya sangat kuat, namun karena Virgo juga memiliki kekuatan petir ia tidak terpengaruh sedikit pun, dan justru sebaliknya.

Di samping itu hal yang sama juga sepertinya dirasakan oleh anak elang petir emas, dia sangat jinak seolah menganggap Virgo adalah orang tua barunya.

Selama dalam perjalanan Virgo menangkap beberapa hewan buas ukuran normal untuk memberi makan burung peliharaannya tersebut.

"Dia memiliki nafsu makan yang tinggi, bahkan ia tidak menyisakan sedikit pun makanan yang aku berikan, apakah memang hewan buas raksasa semuanya seperti ini?". Pikir Virgo sambil melihat anak elang makan dengan lahap.

"Sepertinya aku juga harus memberinya nama? Hmm kira-kira apa yang cocok?". Virgo mendesah berpikir dengan keras untuk menemukan nama pada anak elang di depannya.

"Petir emas? Aiden, Ya benar Aiden! Bagaimana? Apa kau menyukainya?". Tanya Virgo dengan semangat.

"Oaaack ... Oaaack".

Anak burung emas itu berteriak antara suka dan tidak, "Kau menyukainya? Baiklah sudah di putuskan mulai sekarang namamu adalah Aiden, kita akan selalu bersama dan aku akan menjagamu dengan seluruh kemampuanku, yah ... meskipun aku tidak punya banyak he". Ucap Virgo mengangguk yakin dan gembira.

Mereka pun melanjutkan perjalanan sampai matahari mulai tenggelam, kini Virgo telah berhasil melewati ngarai misterius itu dengan susah payah, itu karena ngarai itu di penuhi oleh hewan buas raksasa dan kini ia sudah sampai di kaki gunung yang menjulang cukup tinggi.

Virgo menatap gunung itu dengan tajam, meski Hari sudah petang ia tetap memutuskan untuk menaiki gunung, dan bermaksud beristirahat di puncaknya.

Namun Aiden di pundaknya menjerit dan seolah tidak ingin menaiki gunung, "Aiden tenang, kita akan baik-baik saja". Ucap Virgo kepada burung peliharaannya tersebut.

Ia pun langsung melanjutkan perjalanannya menaiki gunung dengan cepat, sekitar 5 jam mendaki mereka berhasil sampai puncak saat tengah malam.

Virgo melihat sebuah kawah besar yang membentuk danau di puncak gunung itu, lalu di tengah danau tersebut sebuah bukit kecil dengan asap tebal terlihat sangat jelas, sinar bulan meningkatkan keindahan puncak gunung.

Próximo capítulo