"Sekarang".
Para penyihir pun langsung melesat keluar, hanya tersisa kumpulan debu dan bayangan samar.
Mereka dengan cepat terbagi menjadi dua kelompok, dalam sekejap hewan buas itu pun mulai menyebar untuk menyerang targetnya masing-masing.
Ken menggunakan senjata palu dan tameng, dengan tameng tersebut, ia bisa melindungi sampai 6 orang di belakangnya, kabut dingin pun langsung menutupi mereka semua dan melindunginya dari serangan hewan buas.
Di udara 2 hewan buas terbang menembakkan bola angin secara terus menerus dan di depan mereka hewan buas serigala dengan taring seperti pedang terus menyerang berusaha menghilangkan kabut yang menghalangi penglihatan mereka.
Salah satu hewan buas terbang semakin mendekat dan ingin menyerang menggunakan paruhnya yang seperti gergaji, "Asuka sekarang". Teriak Ken kepada Asuka yang berada di belakangnya.
Asuka segera mengangguk dan sebuah cambuk muncul di tangannya, cambuk itu menggulung kearah hewan buas terbang yang sedang mendekat.
"Sreeeck".
Ia berhasil melilit paruh tajam panjang dari hewan terbang dan langsung membantingnya dengan keras ke tanah.
"Oooack".
Jeritan Hewan buas itu langsung terdengar oleh para penyihir dan hewan buas lainnya.
"Sekarang".
teriak Ken yang melihat sebuah kesempatan untuk membunuh hewan buas terbang yang telah meringkuk di tanah, debu tebal menutupi hewan buas terbang yang telah terjatuh.
Sesaat kemudian salah satu penyihir yang menggunakan tombak perunggu melesat dengan cepat menyerang hewan buas terbang.
"Wussst".
"Berhasil?".
Ken dan yang lainnya terlihat cukup gembira ketika melihat darah yang langsung muncrat dan berceceran di atas tanah keluar dari kumpulan debu tebal tersebut, mereka sangat yakin rekannya telah berhasil membunuh salah satu hewan buas.
Perlahan debu mulai memudar, bayangan sosok manusia yang berdiri mulai terlihat, namun setelah kumpulan debu itu menghilang sepenuhnya.
Seketika itu juga mata mereka langsung melotot tidak percaya.
Tubuh rekannya telah telah tertancap di atas tanduk seekor hewan buas berbentuk lipan sepanjang belasan meter berwarna merah dan hitam.
Awalnya mereka mengira darah yang menggenang itu adalah milik hewan buas terbang yang terkena oleh serangan rekannya, tapi justru yang terjadi adalah sebaliknya, tubuh rekannya telah berlubang dan tewas begitu saja di atas tanduk lipan raksasa tersebut.
Ken mengatupkan giginya dengan Marah dan langsung menghantam palu besarnya ke tanah, tanah pun mulai terbelah dan hancur di sepanjang jalur serangan yang menuju arah lipan dan hewan terbang.
"Boom".
Suara ledakan keras pun terdengar dan lubang selebar 10 meter langsung terbentuk di tempat lipan dan hewan buas bersayap berada sebelumnya.
"Apakah itu berhasil?". Ke 5 rekannya yang berada di belakang Ken mulai menerka dan juga berharap, serangan Ken harusnya cukup untuk melukai kedua hewan buas itu.
Namun saat mereka sedang menebak dan berpikir, tanah mulai bergetar, dan di saat yang sama 2 serigala dengan gigi setajam pedang dan hewan buas terbang yang tersisa menyerang secara bersamaan.
Namun mereka tidak panik, mereka tahu pertahanan Ken tidak bisa di hancurkan dengan mudah, satu-satunya yang membuat mereka khawatir adalah getaran tanah yang terasa semakin keras.
"Dbuuurg"
Tiba-tiba tanah tempat mereka berpijak mulai retak dan hewan buas berbentuk lipan itu keluar dari dalam tanah, tentu saja hal itu membuat mereka terkejut dan panik.
Bahkan salah satu rekannya harus mendapatkan luka di kakinya karena tidak sempat menghindar dari serangan lipan raksasa.
"Semuanya hati-hati". Teriak Ken dengan keras, sementara kabut yang menghalangi pandangan para hewan buas pun sudah memudar.
Lalu di udara, buas terbang lain menatap tajam ke arah Asuka, seolah memiliki dendam terhadapnya, dan langsung menyerang dengan suara pekikan yang tajam dan keras.
"Asuka Awas".
Salah satu penyihir berteriak dengan cepat ke arah Asuka, ia menyadari hewan buas terbang yang sedang menukik ke arah Asuka dengan sangat cepat.
Cambuk perunggu bercampur coklat pun mulai bersinar dan memutar di udara, Asuka bermaksud menahan serangan dari hewan buas terbang.
Tapi tanpa di sadari, lipan raksasa itu bergerak dengan cepat dan menyerang Asuka, Asuka melotot terkejut, posisinya sudah tidak bisa di ubah, ia juga tidak punya kesempatan untuk menghindar.
"Bola api kehancuran".
Teriak salah satu rekan mereka yang melihat pergerakan lipan raksasa, sebuah lingkaran sihir pun terbentuk di depan tongkat yang digenggamannya, lalu bola api langsung melesat seperti meteor ke arah lipan raksasa.
"Boom".
Lipan itu pun terkena oleh serangan bola api kehancuran, kumpulan asap menyelimuti lipan raksasa,
"Aku pikir akan terlambat". Batinnya, kini mereka pun sedikit lega, Asuka bisa terselamatkan dari serangan lipan tersebut.
Di sisi lain pertahanan cambuknya pun telah terbentuk sempurna, tapi sayangnya hewan buas terbang bisa menghindar dengan mudah, dan terus mendekat ke arah Asuka.
Asuka yang melihat itu dengan cepat menebas cambuknya, merubahnya menjadi serangan.
"Peng ... peng".
Beberapa serangannya berhasil mengenai hewan buas terbang.
Tapi sayangnya hal itu tidak cukup kuat untuk menghentikan hewan buas terbang yang terus mendekatinya.
"Ini tidak bagus". Gumam Asuka yang mulai merasakan bahaya dari hewan buas terbang, ia pun berencana untuk menghindar dan segera bergabung dengan rekan terdekat.
Tapi ia tiba-tiba tidak bisa bergerak dan saat menyadari apa yang terjadi, kakinya telah terlilit oleh tubuh lipan raksasa.
Ia hanya bisa melotot ketakutan, benar-benar tidak menyangka lipan raksasa itu masih hidup setelah menerima serangan telak dari bola api penghancur rekannya.