webnovel

Minta tolong Christian

Vivi menghampiri Tristan dan menumpahkan air ke wajahnya. Semua orang terkejut melihatnya. Haruna dan Anggi pun ikut memekik kaget.

"Vivi!" pekik mereka bersamaan.

Tristan bangun dan mengusap wajah dan lehernya yang basah. Ia menatap tajam ke arah Vivi. Pandangan semua orang tertuju padanya, tetapi Tristan tidak memedulikan itu. Ia ingin sekali memaki Vivi. Namun, ia tidak ingin membuat Haruna sedih kalau sampai Tristan memarahi adiknya di depan umum.

"Tristan, aduh, sorry. Maafkan pegawaiku ini," ucap Jefri yang tidak enak dengan pengunjung yang lain. Bagaimana bisa pelayan di cafe yang baru buka langsung mengecewakan pelanggan.

"Tidak masalah, Jef," jawab Tristan.

"Tidak perlu berpura-pura baik! Iblis seperti kamu, harusnya dibakar. Disiram dengan air itu tidak cukup," ucap Vivi. Ia ingin mempermalukan Tristan, tetapi ia terkejut saat sang kakak menamparnya.

Plakk!

"Haruna! Apa yang kamu lakukan, Nak?" Anggi segera memeluk Vivi yang hampir terjatuh karena tamparan keras Haruna.

"Heh! Aku sama sekali gak nyangka kalau Kakak membela laki-laki brengsek ini!" Vivi membentak Haruna lalu pergi ke dapur. Jefri segera menyusul Vivi.

"Kenapa Mama memukul Tante? Mama jahat! Kia benci Mama!" Kiara berlari keluar dari cafe.

"Kia, Sayang, tunggu Mama!" Haruna ingin mengejar, tetapi ia takut kalau Tristan semakin marah. Akhirnya Anggi yang mengejar Kiara keluar. Sementara Haruna hanya berdiri terpaku sambil menatap telapak tangannya. Air matanya menetes dan terjatuh di telapak tangannya.

Selama dua puluh satu tahun lebih Haruna merawat dan menyayangi Vivi. Kedua tangan itu tidak pernah menyentuh pipi Vivi. Namun, hari ini, tangan itu telah menampar Vivi di hadapan orang banyak. Hatinya sakit sekali. 

Tristan tidak bisa melihat Haruna menangis di sana. Ia menarik lengan Haruna dan membawanya ke dalam mobil. Tristan segera tancap gas meninggalkan parkiran cafe.

***

Di dapur, Jefri menghampiri Vivi yang sedang melepaskan celemeknya. Ia menangis sambil memegangi pipinya. Pipi putih itu berwarna merah sekarang. Bekas telapak tangan Haruna tergambar jelas di sana.

"Vi, bisa jelaskan padaku ada masalah apa antara kamu dan Tristan?" tanya Jefri dengan lembut.

"Maaf, Kak. Vivi sudah membuat kecewa pelanggan. Vivi akan mengundurkan diri," ucap Vivi setelah menaruh celemeknya.

"Hei! Kamu bukan gadis yang kasar. Pasti ada alasan kuat, kenapa kamu melakukan itu," bujuk Jefri.

"Itu … maaf, Kak. Vivi tidak bisa cerita karena itu masalah keluarga," jawab Vivi.

"Tristan adalah temanku. Kamu tidak perlu mengundurkan diri, aku akan meminta Tristan untuk tidak memperpanjang masalah ini," ucap Jefri. 

Vivi berterima kasih pada Jefri dan melanjutkan pekerjaannya. Ia marah pada awalnya dengan sikap Haruna. Namun, 

Vivi sadar seperti apa kelakuan buruk Tristan. Vivi pun mengerti, pasti Haruna melakukan itu karena takut menjadi sasaran kemarahan Tristan. Ia pun hanya bisa menghela napas berat.

"Maaf, Kak, aku harap aku tidak menyulitkanmu," gumam Vivi.

***

Kiara menangis di sudut parkiran. Christian yang baru saja keluar dari toilet itu menemukan Kiara sedang menangis. Ia melangkah mendekati Kiara.

"Kia, kok nangis? Nenek mana?" tanya Christian. Di kedai tadi Christian menawarkan diri untuk mengantar Anggi dan Kia, tetapi sebuah panggilan telepon dari Jefri membuat Anggi tidak enak hati dan memilih memesan taksi.

"Kia!" Anggi berteriak mencari Kiara di parkiran. "Lho, Nak Chris, kok bisa ada di sini?" tanya Anggi.

"Iya, Bu, ini cafe teman Chris yang tadi menelepon. Ibu sendiri sedang apa, di sini?" tanya Christian. Jika tadi ia tahu tujuan mereka satu arah, pasti Chris akan mengantar mereka.

"Vivi bekerja di sini. Hari ini cafenya baru buka dan Vivi menyuruh Ibu untuk datang bersama Kia," jawab Anggi.

"Lalu, kenapa Kia menangis?"

Christian penasaran dengan Kiara. Gadis kecil dalam gendongannya itu biasanya selalu ceria. Namun, ia terlihat sangat sedih saat ini.

"Mama jahat, Om. Mama mukul Tante Vi," ucap Kiara sambil sesenggukan.

Christian terkejut mendengarnya. Bagaimana mungkin Haruna bisa melakukan hal seperti itu. Haruna rela dikurung oleh Tristan demi keluarganya, jadi mustahil Haruna melakukan hal itu. 

"Bu, ada apa sebenarnya?" tanya Christian.

"Itu … bukan apa-apa, Nak Chris. Lupakan saja," ucap Anggi. Ia tidak ingin membicarakan masalah keluarganya pada Christian. Walaupun, Chris pria yang baik, tetapi mereka juga belum lama mengenal Chris. Lagipula, Chris tetap kakaknya Tristan. Tidak mungkin kalau Anggi menceritakan keburukan Tristan kepada Christian.

"Ayo, Kia, kita pulang!" Anggi mengambil Kiara dari gendongan Christian lalu menghentikan taksi yang lewat di depan cafe.

Chris menatap kepergian Anggi dan Kiara. Ada hal yang mengganjal dalam hatinya. Tentang Haruna yang datang ke cafe, tentang Vivi yang ditampar Haruna, semuanya membuat Christian sangat penasaran.

"Chris! Kalau sudah datang, kenapa tidak masuk? Malah berdiri di sini, seperti orang linglung saja," ucap Jefri.

"Jef, kau mengenal Haruna?" tanya Christian.

"Kamu ini bercanda kan, Chris, haha. Masa calon adik ipar sendiri tidak kenal," ejek Jefri.

"Calon adik ipar? Maksud kamu apa? Bisa kamu jelaskan!"

"Entah, seperti apa pastinya. Yang jelas, tadi Tristan datang bersama Haruna. Ibunya Haruna, Ibu Anggi, juga datang. Mereka sedang duduk mengobrol bersama anak kecil, tapi Vivi langsung menyiram Tristan dan Haruna menamparnya. Kira-kira seperti itu kejadiannya," ucap Jefri bercerita.

"Bisa aku bicara sebentar dengan Vivi?" tanya Christian.

"Masuk saja ke dapur, dia bekerja di sana sebagai asisten chef," ucap Jefri. Ia melangkah lebih dulu dan mengantar Chris bertemu Vivi.

Melihat kedatangan Chris, Vivi segera berlari dengan cemas. Ia meminta tolong pada Chris untuk membantu Haruna. Vivi merasa tidak tenang setelah mengusik Tristan.

"Kak, tolong Kak Haruna!" pinta Vivi.

"Haruna menamparmu? Benarkah dia sampai menamparmu demi Tristan?" tanya Christian dengan nada cemburu. 

"Bukan seperti itu, Kak. Vivi yakin Kak Haruna disiksa oleh Tristan, jadi Kak Haruna takut Tristan marah. Vivi tidak apa-apa, tapi Vivi takut Kak Haruna menjadi sasaran kemarahan Tristan. Tolong, Kak, lindungi Kak Haruna," ucap Vivi sambil terisak. 

Christian pun segera pergi menyusul Haruna ke rumah Tristan. Ia pergi tanpa permisi pada Jefri. Saat berpapasan pun, Chris tidak menjawab ketika ditanya oleh Jefri.

Jefri semakin bingung dengan masalah antara mereka berempat. Ia melihat raut kecemburuan dan kecemasan di wajah Christian. Hal yang sama yang ia lihat beberapa tahun yang lalu. Saat itu Jefri melihat christian sangat khawatir mendengar tunangannya kecelakaan. 

"Tidak mungkin kalau mereka menyukai gadis yang sama, kan? Hah, kasihan sekali kalau benar-benar seperti itu. Tristan dan Christian, mereka sama-sama telah mengalami trauma terhadap wanita. Kasihan jika sekarang mereka harus memperebutkan wanita yang sama," gumam Jefri.     

  

Próximo capítulo