Haruna segera berlari ke meja teller. Sudah hampir satu jam ia terlambat. Sari sampai mengerutkan keningnya karena bukan kebiasaan Haruna jika terlambat terus menerus seperti hari ini.
"Haruna, kamu ada masalah atau kamu sakit?" tanya Sari sambil tersenyum melayani nasabah. Sari yakin kalau Haruna sedang menghadapi masalah, tapi baru kali ini Haruna tidak mau bercerita pada Sari.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih, ya, Sar, atas perhatian kamu." Haruna mulai sibuk bekerja melayani para nasabah.
Setelah sepuluh menit, barulah Tristan keluar dari mobil dan masuk ke dalam bank. Ia melirik Haruna sekilas saat melewati meja teller. Haruna mencebik saat melihat kerlingan mata Tristan padanya. Untungnya tidak ada orang yang memperhatikan mereka, kalau sampai ada yang melihat pasti akan menjadi berita besar di tempat kerja mereka.
Tristan masuk ke dalam ruangannya. Levi segera melaporkan pada Tristan tentang berita dari rumah.
"Tuan muda, baru saja pelayan di rumah Tuan besar melaporkan sesuatu," ucap Levi.
"Apa yang dia katakan?"
"Tuan muda Chris, dia meminta izin pada Tuan besar untuk tinggal di rumah Anda, Tuan," jawab Levi.
"Apa?! Lalu?"
"Hari ini, jam makan siang, Tuan besar akan datang ke rumah Anda bersama Tuan Chris."
"Maksudmu, papa akan mengantar Kak Chris langsung ke rumahku?"
"Benar, Tuan."
Brakk!
Tristan memukul meja saking kesalnya dengan Christian. Rencananya untuk menundukkan Haruna bisa gagal jika ada Christian di rumahnya. Tristan curiga bahwa Christian pasti menyukai Haruna karena itulah Christian sampai meminta izin pada ayahnya untuk tinggal di rumah Tristan.
"Siapkan mobil! Kita pulang ke rumah sekarang," ucap Tristan.
"Baik, Tuan muda," ucap Levi. Levi keluar dari ruang kantor Tristan.
Tristan menyusul lima menit kemudian. Hari ini setelah tiga tahun Tristan tidak pulang ke rumah keluarga Izham. Hari ini Tristan akan pulang dan mencegah Christian tinggal di rumahnya. Bagaimana mungkin Tristan membiarkan Christian menghancurkan rencananya. Ia akan meminta ayahnya untuk tidak menyetujui keinginan Christian.
***
Di rumah Kamal, Vivi dan Kiara bermain di halaman belakang. Kiara hanya duduk diam sambil menyisir rambut boneka kesayangannya. Vivi tidak tega melihatnya, tetapi Vivi tidak bisa melakukan apapun untuk menghibur Kiara karena hanya Haruna yang bisa mengobati kesedihan Kiara.
"Vi," panggil Anggi. Ia menghampiri Vivi yang sedang menemani Kiara.
"Ada apa, Ma?"
"Ada Nak Ikhsan di depan," ucap Anggi.
Vivi segera berlari menemui Ikhsan di ruang tamu. Ikhsan bangun dari kursi saat melihat Vivi datang.
"Kak Ikhsan, ada apa?"
"Aku hanya ingin melihat keadaan kalian. Apa kau dan tante baik-baik saja?"
"Kami baik-baik saja, meskipun kami masih belum tahu bagaimana cara menebus Kak Haruna, tapi hidup harus terus berjalan bukan. Kalau kami terus terpuruk, kami tidak akan bisa berjuang membawa Kak Haruna pulang."
"Benar. Kalian harus kuat. Kalau begitu aku pamit," ucap Ikhsan.
"Kak Ikhsan, bisakah Vi minta tolong?"
"Tolong apa?"
"Kalau ada lowongan di supermarket tempat Kak Ikhsan bekerja, tolong kabari Vi," ucap Vivi.
"Ya, nanti kakak bantu tanyakan pada HRD. Siapa tahu saja ada lowongan," ucap Ikhsan.
Vivi tersenyum dan berterima kasih pada Ikhsan lalu mengantar Ikhsan sampai depn pintu. Ikhsan bekerja sebagai satpam di sebuah supermarket. Ikhsan baru saja menginjak usia dua puluh lima tahun. Namun Ikhsan masih melajang padahal parasnya yang tampan dengan janggut tipis itu selalu dikejar-kejar oleh teman kerjanya, tapi Ikhsan tidak pernah menanggapi mereka. Ada seorang gadis yang menjadi idamannya sejak setahun yang lalu. Karena itulah Ikhsan berusaha keras menyisihkan sebagian uang gajinya untuk melamar sang gadis. Walaupun Ikhsan belum mengungkapkan perasaannya dan ia juga tidak yakin sang gadis mau menerima lamarannya. Tapi, Ikhsan tetap ingin mencoba. Apapun hasilnya nanti, Ikhsan akan hadapi meskipun akhirnya akan ditolak.
***
Jam istirahat makan siang sudah tiba. Aulia dan Sari mengajak Haruna makan siang di kantin seperti biasanya.
"Aku kira kamu tidak bekerja tadi?" tanya Aulia.
"Aku juga heran deh. Haruna akhir-akhir ini kau sering terlambat. Apa kau sedang menyembunyikan sesuatu?" tanya Sari.
"Aku tidak ada masalah. Kenapa kalian memandangku seperti itu? Menakuti aku saja," ucap Haruna. Haruna mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kantin dan juga area parkiran yang terlihat dari dlam kantin. "Em, Presdir kamu kemana, Lia?"
"Ciee ... ada yang nanyain Pak Bos. Kenapa? Kamu beneran naksir Presdir Tristan?" tanya Aulia.
"Siapa yang naksir sama dia sih? Aku kan cuma nanya," ucap Haruna mencari alasan. Sebenarnya Haruna mencari Tristan karena ingin tahu apakah Tristan keluar atau tidak. Haruna ingin melihat keadaan Kiara. Jika Tristan tidak ada di bank, Haruna ingin pergi ke rumah ayahnya untuk menemui mereka. Haruna ingin bertemu Kiara. Ia sangat rindu dan juga mengkhawatirkan keadaan Kiara dan keluarganya.
"Dia tidak ada. Tadi pagi dia keluar, jam sembilan dan belum kembali sampai sekarang," jawab Aulia sambil menggigit roti gandum.
"Dasar Presdir pemalas, kerja cuma setengah jam terus pergi. Pasti dia mencari wanita di luar sana," ucap Haruna sambil menyesap es jeruk kesukaannya. Ejekan Haruna malah disalahartikan oleh Sari dan Lia.
"Bau-bau gosong nih, Lia. Sepertinya ada yang cemburu, aww," ejek Sari. Sari berhasil membuat Haruna kesal dan mencubit pelan lengan Sari. Sari menjerit kecil sambil mengusap lengannya.
Mendengar Tristan tidak ada, Haruna segera pergi tanpa pamit pada kedua rekan kerjanya.
"Hei, mau kemana?" tanya Sari saat melihat Haruna pergi terburu-buru.
Haruna tidak menghiraukan Sari dan berlari kencang keluar dari kantin. Haruna menghadang taksi dan pulang ke rumahnya.
Sari dan Aulia melihat Haruna masuk ke dalam taksi dari kaca jendela kantin. Mereka berdua saling melempar pandangan. Banyak keanehan yang dirasakan Sari dan Aulia, selain Haruna tidak biasanya pulang di jam istirahat, Haruna juga tidak biasanya naik taksi.
"Kenapa Haruna tidak membawa motor kesayangannya?" tanya Aulia.
"Tidak tahu. Anak itu semakin hari semakin aneh saja. Apa karena digigit binatang aneh tempo hari ya?" tanya Sari.
"Binatang aneh? Memangnya di bank ini ada yang membawa binatang saat bekerja?" Aulia makin heran lagi mendengar ucapan Sari.
Sari bercerita tentang Haruna yang tempo hari kelihatan pucat setelah dari toilet. Di lehernya juga terlihat luka gigitan yang membiru dan mengeluarkan darah sedikit yang mulai mengering.
Aulia jadi penasaran, binatang seperti apa yang menggigit Haruna? Mereka menyantap makan siang mereka sambil berpikir keras. Mereka ingin mencari binatang seperti apa yang ada di dalam gedung bank itu.
***
Sementara itu Haruna terus menatap jam tangannya. Semoga saja ia tidak terlambat untuk pulang pergi ke rumahnya dengan waktu singkat di jam istirahat. Jalanan pusat kota sangat ramai dengan orang-orang yang sedang mencari makan siang. Haruna terus berdoa semoga saja ia tidak terjebak macet.