Taehyung tampak berfikir. Bagaimana bisa ia melewatkan hal besar itu? Bahkan kejadian itu sudah terjadi di saat ia dan jungkook masih menjalin persahabatan mereka bahkan sebelum mereka lulus dari SHS.
"Apa kau tak pernah mengetahui hal itu taehyung-ssi?" Tanya Chanyeol yang tengah menenangkan istrinya yang kembali menangis karena teringat pada peristiwa yang merenggut nyawa sang adik.
Taehyung menggelengkan kepalanya, "tidak Chanyeol-ssi, saya tak pernah mengetahui hal itu." Ucap tahyung dengan menatap lurus ke bawah.
Dalam pikiran taehyung, ia sangat mencemaskan keadaan jimin saat ini. Apa dia baik-baik saja? Apa dia terluka? Taehyung sangat ingin mengetahui keadaan jimin sekarang. Taehyung merutuki perbuatannya pada jimin, tanpa tahu taehyung telah membuat jimin dalam bahaya.
"Ya tuhan... Apa yang sudah aku lakukan?" Lirih taehyung sambil mengusap wajahnya kasar.
"Ada apa taehyung-ssi?" Ucap Yoongi saat melihat taehyung yang tengah frustasi.
"Hah... Aku sudah melakukan kesalahan hyung."
"Apa maksudmu?"
"Aku sangat bodoh tidak mempercayai istriku. Tak mau mendengarkan penjelasan darinya dan dengan bodohnya aku membiarkan jungkook membawanya tanpa tahu aku telah membahayakan hidupnya." Yoongi pun mengernyit ia bingung dengan apa yang di ucapkan taehyung. Yoongi pun menoleh ke arah Chanyeol begitu pun Chanyeol yang menoleh padanya seolah berpendapat sama dengannya.
"Bisa kau menceritakan apa yang telah terjadi? Sehingga istrimu sekarang bersama dengan pria itu." Taehyung pun mengangguk dan memulai ceritanya. Taehyung memulainya ceritanya dari jimin yang tak pulang malam itu, pesan chat dari nomor tak di kenal dengan foto-foto fulgar yang mirip istrinya hingga saat kejadian di butik.
"Kau sangat bodoh taehyung, bagaimana kau tak mempercayai istrimu sendiri hah?! Kalian telah terjebak oleh akal liciknya." Yoongi tak habis pikir dengan pria di depannya ini. Benar-benar pria bodoh pikirnya.
"Jadi, apa yang akan kau lakukan saat ini?" Tanya Chanyeol.
"Entahlah.. Aku bingung harus bagaimana?" Semua orang yang ada di sana pun memukul dahi mereka masing-masih entah mengapa mereka merasa orang di depannya itu benar-benar bodoh.
"Aish.. Aku jadi ingin mencekik mu taehyung." Ucap yoongi sambil menatap datar pada taehyung.
"Kita harus memantaunya. Aku akan mengirim orang kepercayaan ku untuk mengintainya. Apa kau tahu tempat tinggalnya?" Ucap Chsnyeol pada taehyung yang kini menatapnya.
"Ku dengar dia sekarang tinggal di sebuah apartemen di kawasan elite gangnam. Kalau tidak salah xxxxxx."
"Baiklah aku akan meminta beberapa orang untuk mengawasi daerah itu untuk memastikannya." Tambah Chanyeol dan mendapat anggukan dari semua yang ada di sana.
***
Hari telah berganti, pagi ini jungkook sedang bersiap untuk pergi ke kantornya. Saat ini jungkook sedang sibuk merapikan kemejanya di depan cermin dan memakai dasi nya. Setelah selesai merapikan penampilannya, jungkook mengalihkan pandangannya pada sosok yang masih bergelung dengan selimut dan masih betah dengan lelapnya. Jungkook tersenyum melihatnya dan berjalan mendekat ke arah ranjang kemudian ia mendudukkan diri di tepi ranjang dengan tangannya kini mengusap kepala sosok pria cantik yang tengah tertidur.
"Baby, kau tak ingin bangun hum? Kita sarapan sama-sama ya.. Aku sudah membuat sarapan untuk kita." Ucapnya dengan lembut.
"Eunghh." Jimin mulai terusik dengan suara jungkook dan mulai terbangun.
"Em.. Good morning.." Ucapnya dengan suara seraknya khas bangun tidur.
"Good morning baby, bangunlah kita sarapan bersama ne?" Jimin pun mengangguk dan mulai beranjak dari tidurnya kemudian ia pun turun dari ranjang dan hendak berjalan ke kamar mandi. Namun saat akan melangkah lebih jauh, jimin hampir saja terjatuh jika saja jungkook tak cepat menangkap tubuh jimin dengan cepat.
𝙎𝙧𝙚𝙚𝙩
"Hati-hati baby. Kau kenapa?" Ucap jungkook dengan raut khawatirnya.
"Kepalaku tiba-tiba terasa berputar dan berat." Ucap jimin sambil memegang kepalanya.
"Kita ke dokter ne? Kita periksakan keadaanmu." Jimin menggeleng.
"Tidak perlu jungkook. Aku hanya butuh istirahat saja." Ucap jimin sambil menunjukkan senyum manisnya.
"Kau yakin?"
"Um.. Tenanglah jungkook, aku baik-baik saja." Ucap jimin sambil mengusap lengan kekar jungkook yang terlapisi kemeja itu dengan lembut untuk meyakinkannya. Jungkook pun tersenyum saat jimin berlaku lembut padanya.
"Baiklah sayang, kita sarapan sekarang ne.."
"Um aku akan ke kamar mandi dulu."
"Kau perlu bantuan untuk ke kamar mandi?" Ucap jungkook dengan rasa khawatir karena takut jika kejadian beberapa menit yang lalu terulang dan membahayakan jimin dan bayinya.
"Tidak perlu, aku sudah lebih baik. Kau tunggu saja di meja makan aku akan bersiap."
"Baiklah baby." Ucap jungkook dan memberikan kecupan pada kening jimin.
𝘾𝙪𝙥
Jungkook pun beranjak keluar dari kamar untuk menuju meja makan meninggalkan jimin yang menatap datar kepergiannya. Dan setelah itu jimin pun berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
.
.
.
Jimin sudah membersihkan diri setelah 10 menit yang lalu dan kini ia sudah berada di meja makan duduk di samping jungkook yang menikmati sarapannya.
"Baby? Kenapa tak di makan? Apa rasanya tak enak?" Tanya jungkook saat melihat jimin yang memainkan sendok nya pada makanannya. Jimin pun menghela nafasnya malas.
"Hah... Aku ingin puding strawberry." Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya dengan tangannya yang masih mengaduk aduk makanan di depannya.
"Kau ingin puding?" Jimin pun mengangguk.
"Baiklah nanti siang aku pulang dan akan ku bawakan pudingnya saat jam makan siang, bagaimana?" Jimin menggelengkan kepalanya masih dengan bibirnya yang mengerucut.
"Aku ingin sekarang jungkook. Uri aegya sedang menginginkannya sekarang." Ucap jimin sambil matanya berkaca-kaca.
"Eh? Kenapa menangis baby? Iya, aku akan belikan sekarang hum?"
"No, just you a making pudding right now." Ucap jimin sambil menunduk dengan air matanya yang mulai menetes.
"Eoh? Kenapa menangis? Oke aku akan membuatkan pudingnya. Sekarang jangan menangis baby." Ucap jungkook sambil memeluk tubuh mungil yang sedikit bergetar itu. namun tanpa di sadari jungkook, bibir jimin saat ini sedang menyunggingkan seringai dan tak lama ia pun mengembalikan ekspresi sedihnya saat jungkook melepas pelukannya.
"Jangan bersedih lagi ne, nanti uri aegya ikut sedih baby. Aku akan siapkan bahan pudingnya kau duduk saja di sini atau menonton tv dulu selagi menunggu pudingnya siap." Ucap jungkook sambil mengusap pipi jimin lembut.
"Tapi, bagaimana dengan pekerjaanmu?" Ucap jimin sambil menampilkan raut sendunya. Jungkook pun mencubit pelan hidung jimin sambil tersenyum.
"Tidak apa-apa baby, sekarang istirahatlah aku yang akan membuat pudingnya."
"Um, aku akan menonton tv saja kalau begitu." Ucap jimin sambil beranjak meninggalkan jungkook menuju ruang tv. Sedangkan jungkook saat ini tersenyum lebar menatap bahu sempit itu menjauh dari sana.
"Aku akan lakukan apapun yang kau inginkan baby, setelah melihat perubahan mu sekarang, aku sangat bahagia karena kau sudah mulai menerima ku. Jjah! Mari buat puding nya sekarang sebelum jimin ku kembali sedih!" Ucapnya dengan semangat.
Setelah tiga puluh menit berlalu jungkook sudah menyelesaikan acara membuat pudingnya dan sudah meletakkan puding yang sudah jungkook tuang ke dalam cetakan ke lemari es yang sebelumnya sudah di terlebih jungkook mendinginkannya untuk menghilangkan uap panasnya.
"Nah selesai! Ah.. Aku baru ingat bukankah jimin belum meminum susunya?!" Ucapnya sambil tangannya meraih gelas kemudian membuka lemari kabinet untuk mengambil susu hamil milik jimin kemudian ia pun segera membuatnya.
"Nah.. Selesai." Setelah selesai membuat susu untuk jimin, Jungkook pun berjalan ke ruang tv untuk memberikan segelas susu pada pria mungilnya.
"Baby, minumlah. Kau belum minum susu mu bukan?" Ucapnya yang kini sudah mendudukkan diri di samping jimin yang fokus menatap pada layar kaca yang saat ini menayangkan acara reality show." Jungkook pun memberikan gelas susu itu pada jimin namun karena tak fokus jimin menjatuhkan gelas susunya hingga pecah berkeping-keping dan isinya tumpah ke lantai membuat jimin terkejut begitupun jungkook.
𝙋𝙧𝙖𝙣𝙜
Jimin dan jungkook reflek berdiri dari duduknya sambil menatap lantai yang basah dengan pecahan kaca yang berhamburan.
"M-maaf.. A-aku tak s-sengaja k-kook. A-aku akan bersihkan i-ini." Ucap jimin sambil mulai berjongkok dan mulai memunguti pecahan kaca itu.
𝙎𝙧𝙚𝙚𝙩
Jungkook menggenggam tangan jimin yang hendak memungut pecahan kaca itu. Jimin pun mendongakkan kepalanya untuk menatap ke arah jungkook sehingga menampakkan wajahnya yang sudah di penuhi air mata. Sedang jungkook yang melihat itu pun tersenyum sambil kedua tangannya menghapus air mata yang sudah membasahi wajah cantik prianya.
"Tenanglah baby, jangan takut. Aku tidak marah sayang. Biar aku yang membersihkannya ne.. Kau istirahat saja, nanti aku akan buatkan segelas susu lagi untukmu, Ne?!" Jimin pun mengangguk dan beranjak melangkahkan kakinya menjauh ke arah kamar.
Dan sekali lagi tanpa jungkook sadari dan ketahui jimin yang sudah berada di ambang pintu kamar menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah jungkook yang saat ini dalam posisi membelakanginya sambil membersihkan kekacauan yang ia buat dengan sengaja. Sengaja? Ya.. Itu semua memang sengaja di lakukan oleh jimin dan lihatlah! kini bibir jimin telah tersungging seringai tipis dengan tatapan sinis mengarah pada jungkook.
"Akan ku buat kau membayar semuanya, seperti saat kebahagiaanku yang telah kau renggut menjadi impas." Gumam jimin yang tak dapat di dengar oleh jungkook dan setelahnya ia pun masuk ke dalam kamarnya dan jungkook kemudian mendudukkan diri di tepi ranjang sambil berpangku tangan dan menunjukkan senyum puas nya.
𝙏𝘽𝘾