webnovel

Chapter 22 : Ketsuryūgan

Srek... Srek...

Suara kaki yang dipaksa mengarungi lapisan salju tebal terdengar saat itu, walaupun musim dingin telah berakhir, gunung yang didaki Sasuke masih diselimuti lapisan salju yang tebal, cukup untuk membuat langkahnya sedikit terhambat.

Untuk seorang manusia biasa mungkin keadaan itu terdengar merepotkan, tapi tidak untuk Sasuke, sebagai seorang shinobi hal itu bukanlah merupakan sebuah halangan yang berarti.

Dua hari telah berlalu semenjak pertarungannya dengan Fuushin terjadi, tidak ada banyak hal yang terjadi, tidak ada lagi manusia peledak yang muncul secara tiba tiba untuk menyerangnya, bahkan bisa dibilang Sasuke sudah seharian ini tidak bertemu satu orang manusia pun.

Sepertinya sosok dibalik peristiwa manusia peledak sudah menghentikan teror tiada hentinya, memberi Sasuke beberapa hari yang tenang untuk dilewati, tapi tetap saja rasa khawatir terus menghantui pikirannya,

Khawatir kepada si gadis berambut merah.

Entah bagaimana kabar si gadis, satu hal yang bisa Sasuke simpulkan, gadis itu baru saja diculik, dan Sssuke tahu kenapa sekarang Karinlah yang di incar,

Sudah pasti bukan?

Untuk memancingku menyelamatkan si gadis.

Selama dua hari ini pikirannya terus tertuju kepada sosok gadis berambut merah, berharap sosok gadis itu dalam keadaan baik baik saja, jika dia mendapati sosok gadis itu terluka, jangan harap sosok yang melukai gadis itu bisa lari dari hadapannya.

"Karin."

Ya Nama sosok gadis itu terus terngiang ngiang di benak Sasuke, entah apa yang sudah diperbuat gadis itu sampai sampai seorang Uchiha Sasuke khawatir pada dirinya,

Entahlah...

Akhir akhir ini Sasuke hanya bisa terus berjalan menuju suatu tempat sambil berharap menemukan sang gadis di tempat itu.

Apakah Sasuke mulai menyukai gadis itu?

Jika dipikir pikir itu mungkin saja, sosok Karin mulai berubah semenjak perang berakhir, tidak lagi selalu menganggunya, bahkan mungkin terlihat lebih dewasa sekarang, kadang hal itu membuat Sasuke berpikir,

Sebenarnya apa yang terjadi saat diriku sedang meregang nyawa?

Saat pertama kali sadar saat itu, dirinya melihat gadis itu, duduk di sampingnya sambil menunjukkan ekspresi lega, tapi tidak bisa ditampik mata si gadis sembab, seperti baru saja menangis,

Apakah Karin menangis untuk dirinya?

Entahlah..

Sasuke tidak bisa menjawab hal itu.

Sekarang rasa bersalah mulai menghinggapi hati kecil Sasuke, hati yang sebelumnya sudah hancur karena ambisi balas dendam, sekarang mulai bisa merasakan perasaan perasaan lainnya selain rasa benci.

Sasuke merasa bersalah..

Setelah mengingat apa yang dulu pernah dia lakukan kepada si gadis, mencoba membunuhnya.

Dan Sekarang?

Mencoba menyelamatkan si gadis, sungguh ironis.

Sasuke tidak tahu jika si gadis benar benar mencintainya, saat itu dirinya tidak terlalu memikirkan apa itu perasaan, sungguh dirinya di masa lalu benar benar beruntung, setelah apa yang dilakukannya, diri itu masih bisa bergerak bebas di dunia ini, benar benar beruntung.

Sasuke harus berterima kasih, tidak, ucapan terima kasih tidaklah cukup, kali ini dirinya harus bisa..

Harus bisa melakukan hal yang benar untuk pertama kalinya.

Srek.. Srek...

Suara langkah kaki semakin terdengar, begitu pula dengan langkah Sasuke yang mulai lebih cepat dari sebelumnya, merasa ada yang harus dia lakukan, dia harus menyelamatkan gadis itu, tidak boleh membiarkan gadis berambut merah yang sudah peduli pada dirinya mati sia sia.

Lembah Neraka.

Itulah tujuan Sasuke, tempat yang dipercayainya sebagai tempat dimana Karin berada sekarang, namun entah kenapa perjalanan menuju tempat itu terlihat lebih mudah dri bayangannya, sama sekali tidak ada rintangan yang menghalang maupun musuh yang menghadang, cukup membuat Sasuke berpikir,

Apa tempat  yang ditujunya itu adalah tempat yang salah?

Sasuke dengan cepat menghilangkan pikiran itu, dirinya tidak boleh berhenti disini, semua petunjuk mengarah ke tempat itu, sudah pasti tempat yang ditujunya sekarang adalah tempat yang benar.

Tep.. Tep..

Suara langkah kaki yang diseret sekarang tergantingkan dengan suara langkah kaki yang santai, Sasuke baru saja keluar dari area pegunungan yang ditutupi salju, saat ini dirinya sedang berada di tempat yang gersang dan ditutupi kabut, semakin menambah hawa kemisteriusan tempat itu.

Sasuke sangat yakin tempatnya berada saat ini sudah dekat dengan tujuannya, melihat dirinya saat ini berada di sebuah cekungan lembah dengan aroma belerang yang sangat menyengat, benar benar tempat yang sangat tidak nyaman untuk seorang manusia tinggal di tempat itu.

"Jadi ini Lembah Neraka?"

Langkah Sasuke berhenti tepat di depan sebuah danau air merah, keadaan sekitar masih belum terlalu jelas, kabut masih menutupi tempat itu, yang jelas hanyalah bau belerang yang semakin menyengat, sampai membuat Sasuke menutup hidungnya, tidak tahan dengan bau yang tidak enak itu.

"Klan Chinoike hidup di tempat seperti ini?"

"Iya kau benar sekali"

Suara seorang gadis tiba tiba saja terdengar, menjawab pertanyaan Sasuke yang sebenarnya ditujukan pada dirinya sendiri, perlahan kabut kabut mulai menipis, memperlihatkan sosok anak kecil yang sedang berdiri di atas sebuah batu yang terletak di tengah danau, Sosok yang selama ini Sasuke cari, Chino.

"Lihatlah sekeliling, inilah tanda ada manusia yang hidup disini."

Bersamaan dengan perkataan Chino barusan, Sasuke mulai menyadari keadaaan sekitarnya, di depannya terlihat danau air merah bening yang di dalamnya terdapat beberapa potongan tengkorak, banyak yang sudah tidak utuh, menandakan tengkorak itu sudah lama sekali berada di sana, dan juga ini menjadi petunjuk bahwa Klan Chinoike memang benar tinggal disini.

"Dimana Karin?"

Sasuke mulai melontarkan pertanyaan, setelah mengingat sesuatu di benaknya, ada Karin yang harus dikhawatirkannya sekarang.

"Ck Tenang saja Sasuke chan, wanita itu akan aman selama dirimu tidak bertindak gegabah."

Chino hanya tersenyum puas, sepertinya rencananya membuat Karin menjadi senjata untuk menyerang Sasuke secara mental tidaklah buruk.

Grep..

Sasuke mengeratkan kepalannya, sangat kesal mendengar perkataan Chino barusan, menculik Karin adalah cara yang benar benar licik.

"Hentikan semua ini! Karin tidak ada kaitannya dengan ini."

Sasuke berusaha tenang, dirinya tidak boleh terbawa emosi, satu kesalahan bisa membuat nyawa Karin terancam.

"Iya kau benar, tapi kita masih memiliki urusan Sasuke chan."

Chino lagi lagi tersenyum, merasa sangat puas melihat respon yang sudah dia duga akan keluar dari mulut Sasuke, ternyata wanita berambut merah itu berguna juga untuk dirinya.

Sementara Sasuke hanya diam seribu bahasa, dirinya saat ini masih mencoba terus berpikir, memikirkan rencana lain untuk menyelamatkan Karin, sebelum akhirnya perkataan Chino mengembalikan kesadarannya.

"Kau tahu, Mereka semua difitnah, Klan Uchiha menyerang mereka, membuat mereka tidak memiliki pilihan lain selain menetap di sini."

Senyum Chino mulai pudar, mata ungunya menatap sendu danau merah di bawahnya, seakan menunjukkan rasa sedihnya mengetahui fakta apa yang sebenarnya terjadi di Lembah Neraka ini.

"Mereka hanya meminum air hangat ini, berburu apa saja yang melintas di langit, memakan rumput kering yag tidak sengaja tumbuh di sini, hal itu mereka lakukan untuk bertahan hidup."

Tatapan Chino semakin sendu, raut sedih mulai nampak di wajah gadis kecilnya, semakin memperdalam penjelasannya kepada Sasuke.

"Mereka sudah lelah bertarung, tidak lagi pergi ke dunia luar, kehilangan semangat hidup mereka, begitulah kata mereka."

Chino mulai mengangkat wajahnya, lantas menatap Sasuke yang berdiri di sebrang sisi danau, mencoba melihat respon apa yang kali ini diberikan Sasuke setelah mendengar ceritanya.

"Kata mereka?"

Sasuke sedikit bingung, Sasuke mengira jika cerita yang diceritakan Chino adalah kilasan masa lalu gadis itu, bukan cerita yang didengar dari orang lain.

"Saat umurku sudah cukup untuk memahami hal itu, aku sudah tinggal bersama Oyashiro, aku diberitahu kalau Oyashiro hanya menculikku dari Lembah Neraka ini."

Sasuke yang mendengar perkataan Chino mulai menatap sendu sosok anak kecil itu, tersadar sebuah fakta yang baru saja dikatakan oleh Chino.

"Hanya kau sendiri?"

"Eh?"

Chino hanya berdecak kebingungan, tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaan Sasuke, sementara Sasuke yang melihat hal itu lantas mulai memejamkan matanya sebentar, sebelum kembali bertanya.

"Kau hidup sendirian?"

Terlintas dalam benak Sasuke, masa lalunya dan juga masa lalu Karin, hidup sebagai satu satunya orang yang selamat dari pembantaian klannya.

"Kenapa? kau tertarik dengan kisahku? tumben sekali."

Chino tersenyum, lantas mulai memejamkan matanya sebelum kembali berbicara.

"Kalau begitu, akan kuperlihatkan padamu."

Mata Chino seketika itu terbuka, berubah menjadi mata merah yang Sasuke kenal, mata Ketsuryugan.

Cklek.

Tetesan air terjatuh di atas danau dan seketika itu pula Sasuke sudah berada di genjutsu memori milik Chino.

"Aku adalah satu satunya orang yang berasal dari Klan Chinoike."

Suara Chino mulai terdengar, seakan menjadi narasi dari kilasan memori yang mulai muncul, memperlihatkan sebuah istana yang sangat persis seperti yang Sasuke lihat di memori milik Fuushin.

"Tapi di rumah Oyashiro, ada banyak anak yang seperti diriku, dan kami dipaksa berlatih untuk menjadi seorang shinobi."

Brak.

Suara benturan keras terdengar, memperlihatkan sosok Chino yang terlihat baru saja terdorong ke arah dinding, baru saja menerima serangan dari lawan latihannya.

"Ada apa? kalau kau tidak menang, kau tidak bisa makan loh."

Sosok Oyashiro berbicara, terlihat pria tua itu sedang melihat pertarungan budak budaknya, sedikit tidak puas melihat Chino yang baru saja terhempas begitu saja ke arah dinding.

"Euh."

Chino mulai bangkit, masih merasakan sakit di punggungnya akibat benturan tadi, perkataan Oyashiro sedikit membuatnya tertekan.

"Hyatt."

Chino mulai maju ke arah lawannya, bersiap melakukan serangan balasan, namun kembali lagi kejadian yang sama terulang kembali.

Brak.

Chino terhempas ke arah dinding, sedangkan si lawan mulai tersenyum puas melihat lawannya kali ini sungguh sangat lemah.

"Hmm."

Oyashiro seketika itu tersenyum, menyadari sesuatu yang tidak disadari oleh lawan tarung Chino, melihat saat ini sosok Chino sudah berdiri di belakang lawannya secara tiba tiba.

Hah.. Hah...

Nafas Chino tersengal sengal, mata ungunya sudah berubah merah, menatap dengan tajam sosok yang sedang membelakanginya itu.

Crat..

Chino berhasil melukai telinga lawannya, ketika itu pula matanya berubah normal, sementara lawannya hanya bisa berguling kesakitan sambil memegang telinganya yang terluka.

Hah.. Hah..

Prok prok Prok

Oyashiro yang melihat hal itu hanya bisa bertepuk tangan, sangat puas melihat kekuatan Chino yang sesunguhnya.

Tep.. Tep..

Oyashiro berjalan ke arah Chino yang masih kebingungan, menempatkan salah satu tangannya di atas dahi Chino, lantas mulai mengeluarkan chakra hijau dari tangannya, chakra khas ninja medis.

"Kerja bagus Chino."

Oyashiro tersenyum lembut, membuat Chino yang melihatnya semakin kebingungan.

"Eh?"

Chino memegangi dahinya setelah Oyashiro menyingkirkan tangannya, entah kenapa luka akibat pertarungannya menjadi tak terasa, sepertinya Oyashiro baru saja menyembuhkan lukanya.

"Dan pada hari itu Oyashiro membawaku ke Colosseum."

Suara Chino terdengar lagi, diikuti dengan kilasan memori yang menampilkan sebuah kota yang baru beberapa hari lalu dikunjungi Sasuke.

"Mewakili presdir Kusabi, memegang rekor tak pernah terkalahkan, si anak badai yang tidak kenal ampun, Fuushin!"

Suara pembawa acara terdengar, tampilan arena colosseum mulai muncul, dan ketika itu pula sosok pria berambut biru muncul di tengah arena.

"Dan penantangnya, mewakili tuan Oyashiro En, si Ketsuryugan nan cantik, Chino!"

Sosok Chino seketika itu muncul di hadapan Fuushin, mulai beradu tatapan, mencoba mendominasi pertarungan mental sebelum terjadinya pertarungan fisik yang sebenarnya.

"Apakah si penatang dengan kekuatan Ketsuryugan kali ini bisa mengalahkan si anak badai?! sepertinya penonton juga sudah penasaran, baiklah kita mulai saja pertarungannya!"

"Ready?!"

"Fight!"

Trang..

Suara kunai yang beradu menjadi pertanda pertarungan sudah di mulai, Chino yang tersenyum menjadi yang pertama kali menyerang, diikuti dengan Fuushin yang mencoba menangkis serangan dari Chino itu.

"Jika kau memaksa, aku akan mengeluarkan kekuatan Ketsuryugan milikku untuk mengalahkanmu!"

"Sebelum kau melakukannya, aku yang akan lebih dulu mengalahkanmu!"

Seakan tidak takut dengan ancaman dari Chino, Fuushin hanya bisa menyeringai, lantas mulai mundur berberapa langkah sambil membentuk sebuah segel tangan.

Taiton : Kyouhuu Reppa.

Seketika itu aliran angin kuat mulai mengelilingi tubuh Fuushin, menyembunyikan sosok Fuushin dibalik pusaran angin.

Wusshh..

Fuushin meleparkan sebuah kunai secara membabi buta kearah Chino.

Tep.

Chino berhasil menghindari serangan itu dengan melompat ke udara, namun ketika itu pula pusaran angin menghempaskan tubuh Chino, membuat Chino jatuh tak sadarkan diri.

"Hmm"

Fuushin kembali menyeringai, mendapati musuhnya kali ini adalah sosok lemah, hanya membutuhkan satu serangan untuk membuat Chino tumbang tak sadarkan diri.

Deg.

Fuushin tidak menyadari sesuatu, sosok Chino saat ini sudah berdiri di belakangnya, mata merah Chino menatap tajam sosok Fuushin yang masih saja belum sadar dengan keadaannya.

"Apa itu? Fuushin hanya diam di tempat!"

Si pembawa acara kembali berteriak, menyadari sebuah keanehan yang baru saja terjadi, sosok Fuushin hanya terus berdiri tidak melakukan apapun, bahkan tidak menyadari sosok Chino sekarang sudah berada di depannya sambil menghunuskan sebuah kunai ke arah lehernya.

"Aku kalah?"

Fuushin tersadar, melihat sebuah kunai sudah berada tepat di depan lehernya, sepertinya dia baru saja terpengaruh oleh sebuah genjutsu.

"Ya kau kalah!"

Chino kembali tersenyum, dirinya baru saja mengalahkan sosok yang seharusnya tidak terkalahkan.

"Tidak bisa dipercaya! Fuushin kalah melawan seorang gadis yang baru saja debut malam ini!"

Dari balik tirai terlihat Oyashiro yang sedang tersenyum, menyadari apa yang baru saja dilakukan Chino di arena malam itu.

Memori kembali berlanjut, menampilkan langit malam yang sangat indah, dan saat itu pula terdapat dua sosok yang sedang menikmati pemandangan indah itu.

"Disini kau rupanya!"

Chino yang pertama kali bersuara, membuat Fuushin yang mendengar itu hanya bisa membuang muka sambil menghela nafas dengan kasar.

"Kau benar benar kuat!"

"Hei apa kau sedang mengejekku?!"

Fuushin yang kesal lantas mulai menatap tajam sosok yang baru saja duduk di sampingnya, sementara Chino yang sadar akan hal itu, cepat cepat mengangkat kedua tangannya, memberikan tanda bahwa bukan itu yang dimaksud oleh dirinya.

"Bu-bukan Begitu!"

"Mataku... lihat mataku! mataku istimewa karena itu.."

Fuushin yang sedari menatap tajam Chino akhirnya mulai menyerah, kembali mengarahkan pandangannya ke arah langit malam yang indah itu.

"Istimewa ya? orang yang menguasai Kekkei Genkai memang istimewa."

Mendengar perkataan Fuushin membuat Chino mulai menatap sosok Fuushin dengan penasaran, penasaran dengan apa yang dimaksud dengan Fuushin.

Grep..

Fuushin mengepalkan tangannya, timbul raut kesal di wajahnya.

"Karena kekuatan ini... orang orang jadi takit dan menghindariku."

Fuushin menatap lengannya yang sudah terkepal, sangat kesal dengan kekuatan Kekkei Genkai miliknya.

"Aku sering kali dilecehkan dan diperlakukan sangat kejam."

Seketika itu Chino menunduk lesu, mendengar masa lalu Fuushin membuatnya kembali teringat dengan masa lalu dirinya.

"Punya masa lalu seperti itu jauh lebih baik dibanding masa laluku."

Perkataan Chino sukses membuat Fuushin berdecak, lantas mulai mengalihkan pandangannya ke arah sosok Chino yang sedang menunduk lesu.

"Apa maksudmu?"

"Yang bisa kuingat hanyalah saat aku berada di sini, karena itulah, aku tidak mempunyai kenangan sebelum aku berada di sini."

"Begitu, Hidupmu sangat bahagia ya."

Fuushin kembali menatap langit malam, terlintas sebuah pikiran setelah mendengarkan masa lalu Chino.

"Aku? Bahagia?"

Chino kembali menatap sosok Fuushin dengan ekspresi kebingungan, tidak mengerti dengan maksud perkataan Fuushin barusan.

"Meski memiliki ingatan, percuma jika ingatan itu tidak diinginkan."

Kembali lagi Chino menunduk lesu, wajahnya berubah datar, merasakan perkataan Fuushin barusan ada benarnya.

"Aku lahir di Negeri Air, aku lahir di pulau yang sangat miskin, tapi karena kekuatan ini aku disalahkan sebagai dalang dari topan yang melanda tempat tinggalku, mereka ingin melenyapkanku, menjualku ke orang kaya bernama Kusabi."

Grep.

Fuushin kembali mengepalkan tangannya, sangat kesal setiap kali mengingat masa lalunya yang begitu kelam.

"Yang bisa kuingat dari kediaman Kusabi hanyalah penderitaan dan siksaan, walaupun aku patuh padanya, tapi, aku tidak membenci Colosseum, karena hanya di tempat itu aku bisa menunjukkan kekuatanku, tapi, aku malah kalah dari bocah sepertimu."

"Maaf karena sudah menang."

Mendengar perkataan Chino membuat Fuushin mengalihkan padangannya kepada gadis di sampingnya itu, dirinya saat ini sabgat kesal dengan Chino yang baru saja mengalahkannya.

"Memang harus seperti-"

Tess.. tess..

Fuushin tidak dapat melanjutkan perkataannya, melihat sosok Chino saat ini sudah mengeluarkan air matanya, dirinya hanya bisa menatap sendu sosok Chino itu, ada rasa iba yang menghinggapi hati kecilnya.

"Meskipun begitu, aku tetap iri padamu, aku bahkan tidak mengingat wajah orang tuaku, maupun alasan mengapa aku dilahirkan, ataupun alasan kenapa aku bisa hidup..."

"...Aku tak memiliki apa pun."

Hiks..Hiks..

Suara tangisan itu terdengar sangat pilu, air mata yang menetes mulai jatuh ke atas celana yang dipakai si gadis.

"Seburuk apapun masa lalu yang kau miliki, itu jauh lebih baik daripada diriku yang hampa ini!"

Nada bicara yang dipaksa untuk tetap tegar terdengar di malam itu, diikuti dengan air mata yang semakin deras berjatuhan dari mata violet milik Chino.

"Aku mengatakan hal yang buruk ya? maaf karena itu yang aku rasakan saat ini."

Chino berusaha menghapus air matanya yang sudah terlanjur membasahi pipinya, sementara sosok di sampingnya terus menatap dengan sendu, seakan mengerti dengan apa yang Chino rasakan.

"Entah kenapa ya..."

Fuushin kembali mengarahkan pandangannya ke arah langit malam sebelum melanjutkan perkataannya.

"Ini pertama kalinya aku menceritakan masa lalu ku pada orang lain."

"Dan ini pertama kalinya aku tersentuh melihat air mata dari seseorang."

Fuushin menepuk kepala milik Chino dengan lembut, berusaha memberikan sosok gadis itu ketenangan dan kenyamanan, dan bersamaan dengan itu mereka kembali menikmati pemandangan malam yang indah pada hari itu.

"Pada akhirnya kami diangkat menjadi pasukan pelindung Oyashiro, dan pada hari itu, kami menemukan sesuatu di kediaman Oyashiro."

Suara Narasi milik Chino kembali terdengar, diikuti dengan kilasan memori yang memperlihatkan dua sosok berbeda gender sedang berada di sebuah ruangan gelap yang dipenuhi oleh buku buku.

"Lihat ini Chino!"

Fuushin segera memberikan sebuah buku ke tangan Chino, merasa buku yang baru saja dia temui di perpustakan milik Oyashiro sepertinya berguna bagi Chino.

"Buku itu berisi dokumen lama mengenai Klan Chinoike."

Suara Chino kembali terdengar, berusaha memperjelas apa isi buku itu kepada Sasuke yang sedang melihat kilasan memorinya.

"Ayo Chino!"

"Eh?"

"Jika kita pergi ke Lembah Neraka, kita bisa menemukan beberapa anggota Klan Chinoike-mu."

Fuushin dan Chino kembali lagi ke tempat mereka sewaktu pertama kali menceritakan diri masing masing, dan sepertinya Fuushin saat ini sedang berusaha merencanakan usaha pelarian dari kediaman Oyashiro.

"Kita juga bisa mengetahui masa lalu-mu, jika kita pergi kesana, kau tidak akan merasa hampa lagi!"

Fuushin kembali melanjutkan perkataanya, berusaha meyakini Chino untuk mengikuti rencananya, pergi ke Lembah Neraka.

Sementara Chino yang mendengarnya, mendadak menunduk lesu, merasa tidak yakin dengan apa yang akan dilakukan oleh Fuushin.

"Tapi Oyashiro tidak akan mengizinkan kita."

"Kita tidak perlu meminta izin!"

Perkataan Fuushin sontak membuat Chino kaget, lantas kembali menatap Fuushin yang berdiri di hadapannya.

Duar.. Duar...

Beberapa ledakan muncul di sekitar kediaman Oyashiro, diikuti dengan hilangbya tiga orang budak milik Oyashiro.

"Setelah melarikan diri, akhirnya kami membuat sebuah kelompok bernama geng petir, tapi itu tidak bertahan lama, kami memutuskan untuk berpisah dengan salah satu teman kami, aku dan Fuushin kembali ke tujuan awal kami melarikan diri, pergi ke Lembah Neraka."

Tep.. Tep..

Kali ini Fuushin dan Chino sedang berjalan, dari keadaan sekitar, tempat ini adalah tempat yang baru saja Sasuke lewati.

Ketika itu pula mata Chino membulat, tidak percaya apa yang baru saja dilihat oleh mata violetnya, sebuah tengkorak yang sudah tenggelam di dasar danau air merah.

"Sudah kuduga aku ini memang hampa."

"Chino?!"

"Aku tak mengingat apapun, ayahku, ibuku."

Tess... Tess..

Air mata kembali jatuh dari iris mata violet Chino, meratapi nasibnya yang begitu malang, mendapati tempat yang seharusnya menjadi tempat tinggal klannya, ternyata hanya sebuah daratan gersang yang sudah dipenuhi banyak bekas tengkorak manusia.

"Aku tak tahu kenapa aku dilahirkan, kenapa aku bisa hidup?! pergi kesini juga tidak membuat aku mengerti apapun!"

Nada suara Chino mulai meninggi, perasaan benci mulai menghinggapi hati kecilnya.

"Aku akan membalas dendam!"

Ketika itu pula cahaya mata Chino mulai berubah, merah menyala dengan tatapan tajamnya, perasaan benci sudah menyelimuti hatinya, dia harus balas dendam sekarang.

Cklek..

Suara air yang jatuh ke atas danau kembali terdengar, begitu pula pengaruh genjutsu milik Chino yang seketika itu menghilang.

"Eh?!"

"Jadi kau ingin menggunakan kekuatanmu untuk membalas dendam pada klan Uchiha yang memaksa klan-mu untuk tinggal di Lembah Neraka ini"

Suara Sasuke terdengar, terlihat mata Sasuke yang sudah merah menyala, sepertinya Sasuke lah yang menghentikan pengaruh genjutsu milik Chino.

"Sejak awal kau memang mengincarku ya?"

"Kalau aku mengirim beberapa manusia peledak ke Konoha, kau pasti akan kembali ke desa itu, aku berencana membunuh semua penduduk desa bersamamu, tapi.."

"Kau justru bertemu denganku di kota itu, kan?"

Sasuke memotong perkataan Chino, sedikit menunduk lesu mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Chino barusan.

"Kebetulan memang menakutkan ya? kami berencana menyerang kota itu agar semua budak bisa bebas."

Chino tersenyum sebentar, sebelum kembali melanjutkan perkataannya.

"Kami tidak menyangka bisa bertu denganmu di sana, Uchiha Sasuke."

"Kau mengikutiku karena tahu aku sedang mencari Fuushin, kau gunakan manusia peledak sebagai umpan dan Nowaki... bukan, tapi Fuushin, akan mengincarku menggunakan pedang chakranya, dan untuk berjaga jaga kau meminta teman lamamu untuk berpura pura menjadi Fuushin, dan saat itu pula kalian bisa menculik Karin."

Grep.

Sasuke mengepalkan tangannya, perasaannya saat ini campur aduk, ada rasa marah sekaligus iba, tapi Sasuke tahu dirinya saat ini tidak boleh terbawa emosi.

"Jadi bagaimana?"

Chino menyeringai, seakan menandakan semua perkataan Sasuke tadi memang benar adanya, tapi itu sudah terlambat, rencana Chino semuanya berjalan dengan lancar.

"Apa kau akan membunuhku? kita sama sama keturunan terakhir klan kita, ayo kita pertaruhkan nama klan kita!"

Bersamaan dengan itu, Chino mulai mengambil dua buah kunai dari sakunya, lantas mulai mengambil sikap bertarung.

"Dan bertarung sampai mati!"

"Sayangnya aku tidak tertarik dengan hal itu."

Sasuke memejamkan matanya sebentar, nada bicaranya terlihat begitu tenang, saat ini dirinya tidak ada sama sekali niat untuk bertarung.

"Kau memang tidak pernah berubah, tapi jangan harap kau bisa membawa pergi gadis itu dengan muka datarmu yang menyebalkan itu!"

Cratt..

Chino menyayat kedua pergelangan tangannya, membiarkan darahnya menetes ke arah danau merah yang berada di bawahnya, membuat Sasukesedikit kaget dengan apa yang baru saja Chino lakukan.

"Klan Chinoike menggunakan darah untuk mengeluarkan jutsu-nya dan di tempat ini... di danau merah yang mengandung banyak zat besi ini kekuatan Klan Chinoike akan semakin besar!"

Duar..

Waaa..

Mata Chino mulai menunjukkan cahaay merah-nya, diikuti dengan munculnya enam sosok naga yang terbuat dari air merah danau tersebut.

"Apa?!"

Sasuke segera mengambil katananya, sangat kaget dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Terimalah ini!"

Setelah mendengar Chino berteriak, salah satu naga mulai bergerak ke arah Sasuke mencoba untuk menyerang si pemuda yang sudah mengambil sikap bertarung.

Duar..

Cittt..

Cring...

Duar..

Sasuke berhasil menghindar, lantas melakukan serangan balasan dengan memotong naga tersebut menggunakan katananya yang sudah dialiri chakra petir miliknya.

"Serang!"

Chino sedikit terkejut melihat salah satu naga airnya baru saja dikalahkan Sasuke, lantas kembali memerintahkan naga naganya menyerang Sasuke bersamaan.

Tep.. Tep.. Tep...

Cing Cing Cing

Cring..

Duar..

Raut wajah Chino menunjukkan ekspresi terkejut, terkejut melihat semua naganya saat ini sudah dihancurkan oleh Sasuke menggunakan katananya.

Cing..

Trang

Suara dua buah besi beradu terdengar saat itu, nampak Sasuke yang baru saja mengarahkan serangan yang berhasil ditangkis oleh kedua tangan Chino yang memegang dua buah kunai.

"Apa kau masih ingin bertarung?"

Sasuke mencoba memberikan Chino pilihan untuk menyerah, merasa si gadis tidak sebanding untuk melawan dirinya.

Sembtara Chino yang mendengarnya hanya bisa menyeringai dan kembali menunjukkan cahaya merah dari kedua matanya.

Deg.

Chino secara tiba tiba menghilang dari pandangan Sasuke.

Tep.. Tep.. Tep..

Chino berlari ke arah Sasuke dari belakang, Sasuke yang menyadarinya segera berbalik, bersiap menangkis serangan Chino.

Srat..

Kali ini bukan suara besi beradu yang terdengar, melainkan sebuah suara besi yang berhasil menyayat pergelangan lengan Sasuke.

"Ada Chakra yang masuk ke dalam lukaku?"

"Apa?!"

Sasuke sangat terkejut melihatnya, luka sayatan di pergelangan tangannya tiba tiba saja sudah tertutup.

"Chakraku menutup luka itu dan menunggu."

"Menunggu?!"

Chino seketika itu menyeringai, diikuti dengan Sasuke yang secara tiba tiba merasakan hal aneh di tubuhnya.

"Bukankah sudah jelas?"

Sesaat setelah itu, tubuh Sasuke bergerak dengan sendirinya, Sasuke tidak dapat menahan lengannya yang mencoba menghunuskan katananya ke dalam perut.

Crat..

Ohok..

Keluar darah dari mulut Sasuke, begitu pula darah hitam mulai menutupi tubuhnya, mulai membentuk sebuah bola, bola yang sama saat manusia peledak akan meledakan dirinya.

"Selamat tinggal, Uchiha Sasuke."

Duar..

Seketika setelah tubuh Sasuke meledak, Chino membalikan tubuhnya, seringai nampak sekali di wajahnya, merasa dendamnya akhirnya terbalaskan juga.

"Jadi seperti itu, kau membuat manusia peledak ya?"

Deg.

Chino berdecak, terkejut mendengar suara Sasuke ditelinganya, waktu seketika itu seakan berhenti, dan ketika itu pula akhirnya dirinya sadar  bahwa sedari tadi Sasuke sudah mempengaruhi dirinya menggunakan genjutsu milik Klan Uchiha.

"Sharingan?!"

Chino sangat kaget, mendapati Sasuke saat ini sudah berdiri di hadapannya dengan mata merah menyala.

"Aku iri padamu Sasuke, lahir di Konoha, menyandang nama baik Klan Uchiha, mempunyai keluarga yang sangat menyayangimu, walaupun saat meninggalkan desa reputasimu sangat buruk, kau tetap bisa bergerak bebas saat ini, itu karena kau memiliki orang yang mencintaimu dan melindungimu."

Mata Sasuke seketika itu membulat, di pikirannya terbayang sosok Karin, Naruto, Sakura, dan Kakashi.

"Aku tahu, kau memiliki orang yang akan selalu ada di sisimu apapun yang terjadi."

Tes.. Tes...

Air mata kembali menetes dari mata violet milik Chino.

"Berbeda denganku, aku selalu saja sendiri."

Tes.. Tes...

Chino tidak dapat menahan tangisnya, mencoba meratapi nasibnya yang sungguh sangat malang.

Sementara Sasuke hanya bisa menatap gadis yang sedang menangis itu dengan sendu, jauh di lubuk hatinya dia sangat memahami apa yang si gadis rasakan.

"Jadi.. jadi kenapa kau bertarung demi Konoha?"

Chino segera bangkit, menatap Sasuke dengan tajam, masih mencoba menahan air matanya agar tidak menetes.

"Walaupun daun daunnya berwarna hijau, akarnya tetaplah hitam, bukankah Klanmu juga menjadi mangsa akar akar hitam milik Konoha? tapi kenapa? kenapa kau justru berjuang untuk Konoha?"

"Karena aku masih hidup."

Jawaban singkat Sasuke sukses membuat mulut Chino bungkam seribu bahasa, lantas mulai menunjukkan ekspresi herannya.

"Apa maksudmu?"

"Aku mempunyai teman yang menyelamatkanku, teman yang bersedia berbagi rasa sakit denganku, dia berharap dunia ini bisa seperti itu suatu hari nanti."

Mendengar perkataan Sasuke, membuat Chino hanya menunduk, dan menghela nafas bosan.

"Tidak akan mungkin ada dunia yang seperti itu!"

Chino sangat kesal, merasa ucapan Sasuke hanyalah bualan belaka, dan terlalu tinggi untuk menjadi sebuah kenyataan.

Sring..

Chino menepatkan sebuah kunai tepat di depan leher Sasuke, menatap tajam sosok pemuda berambut raven itu.

"Itu hanyalah harapan kosong!"

Grep.

Sasuke memegang tangan Chino yang berada tepat di depan lehernya sebelum mulai berbicara.

"Justru karena harapan kosong itulah, dia ingin mewujudkannya."

"Cih"

"Dan perasaan itulah yang telah menghubungkanku dengan Konoha, untuk menjadi seperti kakakku, memperjuangkan dunia ini dari balik bayang bayang, dan untuk melihat dunia ini diterangi oleh cahaya."

Tidak ada sama sekali terdengar keraguan dari perkataan Sasuke, perkataan itu benar benar tulus dari hatinya, keinginan besar itulah yang ingin dicapainya sekarang.

Sementara Chino terlihat sangat terkejut, lantas berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan milik Sasuke, namun tetap saja hal itu sia sia.

"Aku tak ingin melihat dunia yang seperti itu! Sudah cukup!Bunuh aku! Cepat bunuh aku!"

"Chino!"

Terdengar suara yang sangat familiar bagi Chino, membuat kedua matanya membulat seketika, mendapati sosok Fuushin yang sedang terluka berdiri tidak jauh dari tempatnya berada.

"Fuushin!"

Chino kali ini berhasil melepaskan tangannya, lantas segera bergerak ke arah Fuushin yang nampak tidak berdaya.

"Fuushin?! kenapa kau datang kesini?"

Raut khawatir muncul di wajah gadis kecil milik Chino, mendapati sosok Fuushin yang sedang terduduk dengan beberapa luka yang sepertinya tak kunjung sembuh selama dua hari ini.

Sementara Fuushin tidak mengindahkan pertanyaan Chino, dirinya kembali berdiri sambil menatap dengan tajam sosok Sasuke yang sekarang sudah berada di depannya.

"Seharusnya kau sudah mengerti dengan maksud perkataanku barusan Chino."

Sasuke kali ini menatap sosok Chino yang berada di hadapannya, mencoba kembali membuat Chino mengerti maksud dari perkataannya sebelumnya.

Mata Chino seketika itu membulat, mulai paham dengan apa yang dimaksud oleh Sasuke.

Tep... Tep...

Fuushin berjalan ke arah Sasuke, berhenti tepat di depan Chino, seakan akan berusah melindungi si gadis.

"Jika kau ingin membunuh, bunuh saja aku!"

Grep.

Fuushin merasakan bajunya ditarik, lantas segera mengalihkan pandangannya ke arah belakang.

"Cukup Fuushin, jangan lakukan itu, jika kau mati, aku akan bersedih!"

Tes... Tes..

Air mata kembali keluar dari mata Chino, akhirnya menyadari maksud dari perkataan Sasuke.

Sementara Fuushin yang melihatnya hanya bisa berekspresi kebingungan, masih tidak mengerti dengan situasinya.

"Chino..."

Tep.. Tep..

"Aku harap kita tidak bertemu di kota itu, aku harap aku bisa terus membencimu."

Chino tersenyum ke arah Sasuke, membuat Sasuke juga sedikit tersenyum, mengerti dengan maksud perkataan Chino barusan.

"Dan juga, aku ingin melihat dunia yang kau maksud itu!"

Chino kembali tersenyum, kali ini wajahnya nampak sangat bahagia, dan dengan begitu satu misi Sasuke berhasil menghapus sebuah rantai kebencian.

"Karin, Karin sadarlah!"

Suara itu terngiang ngiang di pikirannya, lantas membuat Karin akhirnya mencoba membuka matanya, dan betapa terkejutnya mendapati wajah Sasuke yang sekarang dilihatnya.

"Sasuke-kun!"

Karin lantas segera bangkit, mencoba menahan detak jantungnya yang begitu tidak karuan, serasa hampir copot.

"Kau tidak apa apa?"

Sasuke mulai bertanya, mencoba memastikan keadaan si gadis, walaupun sebelumnya Chino sudah mengatakan Karin hanya tertidur karena pengaruh genjutsu milik Chino.

"Ah iya aku baik baik saja, tapi, sebenarnya kita ada dimana sekarang?"

"Lembah Neraka."

Mata Karin seketika itu membulat, mulai mengingat kembali kejadian sewaktu dirinya diculik oleh Chino dan Nowaki, bisa bisanya dia lengah.

"Kemana mereka?! seenaknya saja menculikku!"

Mendengar Karin yang sabgat heboh membuat Sasuke tersenyum, seprrtinya benar dia mulai menyukai gadis itu.

"Mereka sudah dibawa pihak Konoha, kau tidak perlu khawatir lagi."

Sasuke mulai berbicara, mencoba membuat Karin sedikit tenang.

"Hmm?"

Sementara itu Karin hanya menaikkan salah satu alisnya, tidak mengerti dengan maksud perkataan Sasuke barusan.

"Mereka sudah meminta maaf, maafkanlah mereka, mereka juga sama seperti kita, seorang yang memiliki masa lalu yang kelam."

Kali ini Karin mulai mengerti dengan maksud perkataan Sasuke, tidak lagi menatap si pemuda dengan ekspresi herannya.

"Baiklah ayo kita pergi."

Sasuke segera berbalik, mulai berjalan menuju ke suatu tempat, diikuti dengan Karin yang juga mulai berjalan di sampingnya.

To Be Continued.

Próximo capítulo