Tingkah Hadyan membuat Tasia geleng-geleng kepala. Ada yang orang seperti itu? Oke, mungkin julukan yang disematkan pada Hadyan dahulu memang benar adanya. Pangeran berhati es.
"Heh.. Aku yakin kau tidak mengerti maksudku.." Gumam Tasia sebal. "Aku ingin menemui ibumu, Hadyan. Siapa aku, sampai harus membuatnya menunggu seperti itu? Dewi Lanjar adalah ibumu dan juga ratu yang sangat hebat."
"Aku memang tidak mengerti. Ini adalah kerajaan milikku. Aku yang berhak menentukan siapa yang terhebat dan terpenting di sini. Meskipun Dewi Lanjar adalah ibuku, tapi bukan berarti ia adalah sosok paling penting dalam hidupku." Sahut Hadyan.
"Ya.. Terserah kau saja, Hadyan.." Sahut Tasia malas.
Meski Tasia sudah mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan ibu mertuanya, namun Hadyan masih saja melarang selama seharian penuh.
"Besok saja, ya. Hari ini, aku mau kau beristirahat dengan benar." Ucap Hadyan pelan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com