webnovel

Bab 13 - Kincir Air

Lalai dalam tugas Anda, maka hukuman akan menghampiri anda, itulah hukum yang berlaku dimana-mana.

"UMM, bahkan selama bencana seperti saat ini, apakah akan ada penyitaan harta benda yang berharga,?"

Ya, itu masalahnya.

Bukan masalah besar jika hukuman diberikan ketika pajak tidak dibayarkan pada waktu normal, tetapi Pejabat yang melakukan hal yang sama selama krisis adalah orang idiot yang tidak memikirkan apa pun atau semacam iblis.

Jika orang Gubernur Andreas ini idiot atau iblis, maka itu kemungkinan akan menjadi masalah besar.

"Itu tampaknya bervariasi tergantung pada wilayahnya,!!! Tuan Andreas akan memeriksa tingkat kerusakan dan menghitung ulang jumlah produk yang perlu dibayar. Selama gagal panen tiga tahun yang lalu, dia mengizinkan kami menebang pohon di hutan dan membayar kayu sebagai pajak bukan dari hasil panen,"

Nadinberkata seperti itu untuk melegakan Tama.

Gubernur Andreas ini tampaknya adalah seorang penguasa yang memerintah desa berdasarkan pikiran dan hati nuraninya, jadi dia mungkin tidak akan meminta pembayaran dalam hasil selama masa-masa sulit seperti ini.

Jika mereka perlu membayar kayu maka kapak berkepala logam dapat dibawa entah bagaimana untuk mengurus kekurangan tenaga kerja, atau gergaji mesin jika perlu, jika semuanya gagal, ia bahkan dapat membeli kayu di Negaranya dan membayarnya.

"Tapi aku mendengar bahwa Tuan Ijas yang memerintah wilayah tetangga akan tanpa henti menghukum bahkan jika panen tidak dapat dipanen karena masalah kekeringan. Rumor mengatakan bahwa dia menjual pria muda ke budak dan mengambil wanita muda yang cantik sebagai pelayannya sampai dia bosan dengan mereka dan kemudian menjualnya ke budak,"

"Eeh … mereka tidak melakukan pemberontakan setelah mendapatkan perlakuan begitu banyak,??? … bukankah keluarga kerajaan melarang tindakan yang seperti itu,!?!?"

Dia seperti bangsawan jahat dari permainan atau komik.

Tama yakin dia terlihat seperti makhluk yang gemuk dengan banyak lemak dan mengenakan cincin mewah atau semacamnya, Tama membayangkan penampilan sang gubernur yang arogan dan semena-mena terhadap warganya.

"Mungkin itu masalahnya, tapi Tuan Ijas adalah pedagang yang sangat baik, dia akan selalu memberikan sejumlah hadiah besar kepada Keluarga Kerajaan, jadi sepertinya mereka tidak mengatakan apa-apa tentang kejadian yang telah mereka lakukan.... dan mereka juga memiliki pasukan pribadi yang cukup besar, sehingga penduduk tidak berani untuk melakukan pemberontakan terhadap mereka," ungkap Nadin.

Singkatnya, dia kejam sebagai manusia bahkan hampir seperti iblis tetapi sebagai seorang bangsawan dia menghasilkan banyak uang.

Kemudian Tama memperhatikan buah persik kalengan yang dia bawa telah bisa dimakan, dia lalu mengambilnya dan memakannya di tepi sungai yang jernih dengan seorang gadis cantik, dia memilih topik yang agak negatif untuk diajak bicara.

"Kalau begitu, buah persik kalengan seharusnya sudah dingin sekarang. Mari kita makan,"

"Ah iya . Sepertinya begitu,"

Suasananya menjadi agak tidak nyaman tetapi seharusnya menjadi cerah setelah makan beberapa buah persik.

Tama mengeluarkan buah persik kalengan dari sungai, menarik kunci untuk membuka kaleng, mengambil garpu plastik dari tasnya, dan kembali ke Nadin dengan kaleng yang telah terbuka.

"Silakan setengah buat kamu,"

"Eh? Tapi, aku tidak mungkin makan sebelum kak Tama…"

"Tidak apa-apa, sudah makan," katanya kepada Nadin yang gugup dengan buah persik kalengan di tangannya, mendesaknya untuk mulai makan.

"Terima kasih," Nadin berterima kasih padanya bahkan saat dia merasa ragu-ragu. Dia menusuk buah persik menggunakan garpu dan mengambil seteguk.

"!?"

"Bagaimana itu? Agak bagus, bukan? "

Nadin terkejut oleh buah persik di mulutnya dan mengangguk keras ke pertanyaan Tama.

"Sangat manis! Ini pertama kalinya aku makan sesuatu yang begitu manis dan enak!!!"

"Itu melegakan .... Sedangkan untuk bagian saya, saya sudah kenyang sehingga Anda bisa makan semuanya,"

Buah memang ada di dunia ini, tetapi yang dibiakkan secara selektif karena rasanya yang tidak mungkin enak.

Melihat ekspresi Nadin yang sangat tersentuh, Tama ingin dia memiliki semua buah kalengan.

"Eh, tapi aku tidak bisa …"

Saat dia berkata begitu, Tama secara spontan tertawa terbahak-bahak melihatnya melihat secara bergantian padanya dan buah persik kalengan di tangannya.

"Yah, itu hadiah untuk dik Nadin yang sudah bekerja keras sampai sekarang. Silakan makan,"kata Tama.

"Umm … kalau begitu, terima kasih untuk makanannya,"

Wajah Nadin terlihat memerah malu-malu dan dengan senang hati menelan buah persik.

Setelah puas melihat Nadin memakan buah persik, Mereka kembali ke desa dan Tama bergegas untuk pergi ke Negaranya dengan mengatakan "Aku akan membuat persiapan untuk kincir air". Dia membuka internet di ponselnya untuk mencari kontraktor kincir air, dan langsung pergi ke perusahaan untuk memesan.

"Umm, kincir air pemompa air, benar. Dengan ukuran yang Anda tentukan dan kualitas yang dilengkapi dengan aksesoris pompa air yang dibuat khusus, itu akan memakan waktu selama 20 hari untuk pekerjaan dan pengiriman dan biaya sekitar 30 juta rupiah."

Ketika direktur kontraktor yang ramah dengan rambut yang memutih meletakkan katalog produk, ia menjelaskan fitur-fiturnya dan periode produksinya.

Kincir-kincir air yang tergeletak di katalog semuanya sangat bagus dan cocok dengan pemandangan pedesaan.

"Ada keadaan tertentu yang membuat saya harus membutuhkannya secepat mungkin. Saya tidak keberatan dengan biayanya, jadi bisakah Anda membuatnya dalam waktu satu minggu? Saya akan melakukan perakitan sendiri, jadi saya ingin itu dikirim dalam beberapa bagian."

"Oh, satu minggu? Yah itu akan sedikit … Kami tidak memiliki begitu banyak pekerja sehingga tidak peduli seberapa cepat kami, 15 hari adalah batas kami."

"Bisakah kamu melakukan sesuatu untuk hal itu entah bagaimana caranya,!?? Saya akan membayar 50 juta di muka, dan 50 juta pada pengiriman, jadi bisakah Anda mencari tahu tentang hal itu,!?? Saya akan mengurus biaya transportasi juga,!!!"

Tama menawarkan dengan jumlah mengejutkan 100 juta rupiah, lebih dari tiga kali lipat dari biasanya, sehingga membuat wajah direktur itu menjadi heran.

"K, bisakah kamu tunggu sebentar !? Saya akan segera kembali!"

Dia minta izin diri dari Tama dan mengeluarkan ponselnya saat dia meninggalkan kantor resepsionis.

Tama menyeruput teh yang telah dibawa oleh pegawai seraya berpikir "mungkin satu minggu tidak mungkin untuk semua", dan menunggu sambil membaca katalog selama sepuluh menit, kemudian direktur kembali dengan senyum di wajahnya.

"Tuan Tama, sepertinya pengiriman barang bisa dilakukan dalam satu minggu. Dengan jumlah uang yang Anda twarkan, kami dapat mengirimkannya tanpa penurunan kualitas."

"Eh, benarkah?"

"Ya, aku meminta bantuan perusahaan teknik kenalan, jadi entah bagaimana caranya kita bisa mengaturnya."

Mendengar jawabannya, Tama lantas segera mengeluarkan buku cek dari saku dadanya, dia menuliskan jumlah uang yang dia sebutkan dan menyerahkannya kepada direktur.

Dia sedikit tersentuh, mampu menuliskan sejumlah besar uang pada buku cek dan dengan acuh tak acuh menyerahkannya, memenuhi impian banyak rakyat jelata.

"Terima kasih banyak, maka satu minggu dari sekarang saya akan mengirimkan barang ke alamat yang Anda tuliskan,"

"Ya silahkan . Adapun biaya transportasi, tagihan saya bersama dengan pengiriman."

Direktur memandang Tama yang pergi dengan kata-kata itu, dan bergumam, "Jadi ada orang dengan kekuatan yang besar bahkan dalam resesi ini."

"Umm, 30 kapak, 20 gergaji, 60 sabit rumput, cangkul, garpu rumput, sekop, dan kapak…. apakah Anda memimpin proyek reklamasi hutan,?" tanya heran kasir.

"Ah—, yah sesuatu seperti itu. Saya akan membayar dengan kartu, tolong."

Setelah meninggalkan perusahaan teknik, Tama membeli banyak alat pertanian di toko perangkat keras.

Alat pertanian yang digunakan oleh penduduk desa semuanya terbuat dari kayu, sangat tidak efisien dan melelahkan untuk digunakan, jadi dia pikir dia akan memberi mereka hadiah.

Alat-alat itu tidak bisa dibawa dalam sekali jalan, jadi dia meminta bantuan karyawan toko untuk membuat beberapa perjalanan untuk membawanya ke mobilnya.

Tetapi tentu saja, banyak alat yang tidak bisa muat di mobilnya, jadi pada akhirnya ia meminjam truk dan melakukan dua perjalanan dari toko perangkat keras ke rumahnya.

Karena tampilan yang mengesankan, karyawan toko memberi Tama julukan "Kepala Proyek Reklamasi", tetapi ia sama sekali tidak menyadari hal itu karena dia telah sibuk dengan urusan mengangkut perkakas yang dia beli.

Próximo capítulo