webnovel

Taruhan Tanpa Modal

Editor: Wave Literature

Sebenarnya perasaan yang ada di dalam hati Tang Li tidak setenang penampilannya. Menurutnya, hasil audisi itu seperti taruhan tanpa modal dan masih menjadi teka teki baginya.

Tang Li bersiap untuk kembali ke kampus seni. Namun, baru beberapa langkah berjalan, ia melihat pemuda berambut kuning di sisi jalan. Pemuda itu juga melihat ke arah Tang Li. Kecepatan mengunyahnya pun melambat dan ia berkata dengan tidak begitu jelas, "Apa lihat-lihat? Belum pernah melihat anak orang kaya makan di pinggir jalan?"

Tang Li tidak ingin membuat masalah sehingga ia terus melangkah dan mengambil jalan memutar. Alhasil, pemuda itu malah berjalan menyusul hingga di depan Tang Li sambil membawa beberapa tusuk sate domba. "Kamu mengabaikanku? Baiklah, kamu sekarang berhasil menarik perhatianku," katanya.

Tang Li hanya diam sambil terus berjalan. Namun, pemuda itu tak mau menyingkir. Tak lama kemudian, Tang Li pun menghentikan langkahnya dan menatap pemuda berambut kuning tersebut sambil berkata, "Kamu menghalangi jalanku."

Tang Li melihat bahwa pemuda itu sepertinya mahasiswa tahun kedua yang sedikit bermasalah, namun sepertinya ia masih berasal dari keluarga yang baik. Tang Li yang saat itu baru saja membuat rencana baru dalam hidupnya jelas tidak ingin membuat masalah dengan siapapun tanpa alasan. Ia perlahan menarik napas, lalu menjelaskan, "Aku tidak mengabaikanmu. Aku masih ada urusan dan aku harus buru-buru kembali ke kampus."

"Benarkah?" tanya pemuda itu sambil menatap Tang Li dengan setengah percaya dan setengah ragu.

Tang Li menganggukkan kepalanya, seolah sedang membujuk anak beruang besar, "Tentu saja."

"Baiklah kalau begitu. Kalau memang ada keperluan, jalanlah duluan," kata pemuda itu sambil cemberut dengan acuh tak acuh.

Tang Li meninggalkan pemuda itu dan berjalan menjauh. Setelah Tang Li pergi, penjual makanan menghampiri pemuda itu dan menegur, "Heh, anak muda! Jika tidak mampu bayar, kenapa makanmu banyak sekali? Jika aku tidak memergokimu, pasti kamu akan melarikan diri!"

"Siapa yang melarikan diri? 30-an Yuan, kan? Itu belum setara dengan harga secangkir kopi," kata Fu Si sambil merogoh kantongnya. Beberapa saat kemudian, barulah ia sadar bahwa ia lupa tidak membawa dompet.

Tang Li sudah kembali ke kampus seni. Ia ke kafetaria terlebih dahulu untuk membeli sesuatu, lalu memberikan uang lima Yuan ke bibi penjual kantin. Setelah itu, ia langsung menuju asrama. Di kamar asramanya, Tang Li meletakkan tas yang diberikan Ji Ming dan menghitung uang yang ada di dompetnya.

Tang Li berniat untuk menyetorkan uang yang diberikan Ji Ming ke bank. Ia tahu bahwa meskipun ia telah membayar semua biaya sponsor, selama ada Yu Guowen, pria itu akan terus menyulitkannya. Jika sudah begini, membayar biaya sponsor bukanlah hal penting. Beasiswa untuknya telah dihapus dan ia sangat membutuhkan uang untuk biaya hidup selama di kampus.

Ketika jam menunjukkan pukul empat sore lebih, Wu Xuehan pergi mencari Tang Li. Suara ketukan itu membuat Tang Li terbangun dari tidur siangnya.

Ketika Tang Li membukakan pintu, Wu Xuehan segera masuk dan berkata, "Tang Li, apa kamu tahu? Ada seorang monster kecil berambut biru dari kampus kita yang ikut audisi perdana untuk pemeran kedua drama Original Sin dan dia dianggap sebagai orang yang provokatif oleh para mahasiswa akademi film. Saat ini, kedua belah pihak kampus saling mengintimidasi."

Monster kecil berambut biru itu adalah… Tang Li.

———

Di saat yang sama di kediaman keluarga Li, Li Yuan'er melempar bantal yang ada di sofa dengan ekspresi tidak sabaran dan berkata, "Aku sudah bilang, aku tidak mau jadi pembunuh. Aku sudah populer sekarang. Untuk apa berusaha untuk akting dengan karakter yang tidak menarik seperti itu? Bagaimana jika para penonton begitu mendalami film itu dan benar-benar berpikir bahwa aku adalah psikopat?"

Wen Jie, sang manajer, merangkulnya dan berkata, "Sayang, kenapa kamu berpikir begitu?"

"Aku dulu berperan sebagai pahlawan wanita. Jika sekarang aku menerima peran sebagai penjahat, entah bagaimana orang akan menilaiku nanti," kata Li Yuan'er.

Próximo capítulo