webnovel

Temanku

Meski mengatakan mereka akan pergi minum di bar, Lu Chenzhou malah membawa Cheng Xi ke Phonix Stage, sebuah kelab malam terkenal di kota ini. Melalui panggilan telepon ia telah mengundang seluruh temannya yang berada disekitar kelab, maka saat mereka tiba, ruang pribadi itu telah terisi penuh.

Saat melihat kedatangan mereka, semua orang berdiri dan menyapa Lu Chenzhou. Beberapa memanggilnya Direktur Lu, beberapa lagi memanggil Bos, dan lainnya seperti Cai Yi, memanggil Zhou. Tanpa terkecuali, setiap orang memperhatikan Cheng Xi, yang berdiri disamping Lu Chenzhou. Seseorang yang sepertinya berhubungan baik degan Lu Chenzhou langsung bertanya, "Siapa gadis muda ini?"

"Temanku."

Ruangan menjadi hening, Cheng Xi hampir tersandung kakinya sendiri. Dia tersandung, dan hanya dapat mengembalikan keseimbangannya setelah menarik lengan baju Lu Chenzhou.

Jari tangannya tanpa sengaja menyentuh tangan Lu Chenzhou, kehangatan tangan pria itu membuat hati Cheng Xi sedikit berdetak. Setelah menegakkan kepalanya, dia melihat semua orang fokus memperhatikan tangannya, yang masih berpegangan pada lengan Lu Chenzhou. Jari tangan Cheng Xi terasa halus, tertap siapa tau Tuan Lu adalah seorang germo yang tiba-tiba menjadi marah dan memotong tangannya.

Agak terganggu oleh perhatian orang-orang, Cheng Xi diam-diam menarik turun tangannya dari lengan Lu Chengzhou, dan berpura-pura tidak pernah terjadi apa-apa. "Tuan Lu hanya bercanda. Namaku Cheng Xi, dan saya seorang dokter."

Lu Chenzhou tidak membantah, hanya sekilas menatapnya sebelum mulai melepas jaketnya.

Ruangan terasa sedikit hangat. Sementara itu, Cheng Xi mencoba meyakinkan dirinya bahwa sikap Lu Chenzhou itu karena ia telah mengusutkan lengan bajunya.

Tetapi sebaliknya, Lu Chenzhou tiba-tiba menyampirkan jaket ke dirinya. "Kembalikan padaku setelah kamu mencucinya."

Cheng Xi kembali kehilangan kata-kata.

Apakah ini bentuk dari selektif germophobia? Dia bisa makan siang tanpa menyentuh orang lain?

Lu Chenzhou berbalik dan berjalan menjauh saat Cheng Xi sibuk mendiagnosa Lu Chenzhou dalam pikirannya. Pria yang tadi bertanya dan tersenyum padanya dan menyapa, "Hai dokter, aku Xu Po, salah satu teman Zhou."

Cheng Xi menganggukkan kepala padanya, "Senang berjumpa denganmu."

'Duduklah disini." Pria yang bernama Xu Po membimbing Cheng Xi duduk, disebelah Lu Chenzhou. Cheng Xi berusaha duduk sejauh mungkin darinya saat ini.

Suasana di ruangan ini langsung berubah riuh kembali, seorang anak muda dan seorang wanita duduk berpangku saat mereka bernyanyi bersama. Disamping Cheng Xi, Xu Po bertanya pada Lu Chenzhou, "Zhou, apa yang ingin kamu mainkan malam ini?"

Lu Chenzhou memandang orang-orang yang bernyanyi dengan tatapan angkuh. Dia melirik Cheng Xi dan berkata, "Apa saja, selama kamu menjaganya."

Xu Po tersenyum. "Apakah kamu mencoba memberi tahu temanmu seperti apa duniamu sesungguhnya?"

Lu Chenzhou kembali menegaskan, "Apa pun boleh."

Xu Po masih tersenyum, kemuadian menatap Cheng Xi. "Apa yang ingin anda mainkan, dokter?"

Cheng Xi tidak ingin memainkan apapun. Dia tidak menyukai pesta, hampir tidak pernah minum-minum, pergi ke bar ataupun bernyanyi di karaoke. Tetapi karena dia telah berada di sini, saat Xu Po bertanya, dia juga menjawab, "Apa saja boleh."

Jawabannya ini benar-benar ceroboh, dan akan disesalinya dimasa depan. Tapi dia tidak memiliki pilihan lain: jawaban kurang beruntung yang telah dia berikan.

Xu Po kemudian memanggil semua orang untuk bermain tebak dadu bersama Cheng Xi. Bagi Cheng Xi, ini bukan permainan yang menantang, tapi masalahnya ia belum pernah memainkan ini sebelumnya. Ini artinya, sebelum memahami trik permainan, ia pasti akan kalah, dan hukumannya adalah minum segelas alkohol.

Alkohol itu terlihat seperti cairan hidup yang samar menari di atas api dalam sebuah gelas cantik. Sebelum hari ini, Cheng Xi belum pernah minum minuman keras kecuali bir, ia adalah gadis yang taat dan rajin.

Dia tidak tahu seberapa keras minuman ini, dan ia tidak dapat berpikir banyak karena melihat keindahan warna minuman itu dan mulai minum dalam satu tegukan.

Kemudian, dia pingsan.

Kesadarannya hilang tiba-tiba tepat setelah ia menghabiskan alkohol itu.

Hal terakhir yang ia ingat adalah Xu Po berseru disampingnya, "S*alan, betapa rendah toleransi diri gadis ini."

Próximo capítulo