webnovel

Kepergian Clarissa

Ferdinand masih duduk termenung dengan kesal di samping ranjang Andrew. Dia sangat kesal, ketika keinginannya tak berjalan sesuai rencana. Selama ini Ferdinand sengaja tak memberi tahu Sonya istrinya, tentang keadaan anak semata wayangnya. Ferdinand berpikir Clarissa akan datang setiap hari untuk menjenguk Andrew. Dia juga berpikir wanita itu akan memberikan kepuasan seperti yang sudah direncanakannya. Namun sayang, sudah 4 hari Clarissa tak datang menemui Andrew. Ferdinand sangat kesal karena kekecewaannya.

Akhirnya dengan sangat terpaksa, Ferdinand menghubungi Sonya. Dari suara yang terdengar di telepon, Sonya sangat syok mendengar kabar itu. Terdengar isak air mata dari suaranya.

Tak berapa lama, Sonya sudah berada di kamar perawatan Andrew. Dia langsung menangis melihat keadaan anaknya.

"Andrew ... bangunlah,Sayang. Apa kamu tega membiarkan ibu ini menangisi keadaanmu?" Sonya terus saja menangis.

Sonya lalu berdiri dan menghampiri suaminya. "Mengapa Mas Ferdinand baru memberitahukan keadaan Andrew sekarang?" tanyanya dengan butiran air mata yang menetes.

Ferdinand memeluknya dan berusaha menenangkan hati Sonya. "Aku tak ingin membuatmu khawatir, karena aku tahu kamu begitu menyayangi Andrew," jelasnya.

Walaupun Ferdinand beberapa kali bermain wanita di belakang istrinya, tapi dia selalu memperlakukan Sonya dengan lembut.

"Apakah Mas Ferdinand terlalu sibuk hingga jarang sekali pulang," tanya Sonya.

"Kamu tahu Sayang, banyak proyek kerjasama di luar kota. Aku harap kamu mengerti," jawab Ferdinand berbohong. Pria itu selalu saja bermain-main dengan banyak wanita di luar sana.

Ferdinand memeluknya istrinya, agar lebih tenang. Bagaimana pun juga Sonya masih istrinya yang sah, mau tak mau Ferdinand harus tetap bertanggung jawab terhadapnya.

"Dimana menantuku, mengapa Clarissa tak menemani suaminya?" tanya Sonya lagi.

Dengan tenang dan tetap bersikap lembut, Ferdinand pun menjawabnya. "Clarissa sempat kesini beberapa hari lalu, tapi sekarang aku tak tahu dimana dia. Sebagai istri yang baik, seharusnya dia berada disini," jelas Ferdinand dengan ekspresi wajah yang terlihat aneh.

Ferdinand tersenyum menyeringai. "Seharusnya Clarissa disini untuk melayaniku," batinnya.

Sonya pun dengan telaten merawat Andrew, bahkan dia tak pernah meninggalkan ruangan itu. Sedangkan Ferdinand sesekali mendatangi apartemen anaknya, namun dia tak mendapati Clarissa disana.

***

Di hari ke 5 Clarissa di rawat, dokter sudah mengijinkan dia pulang. Kondisi tubuh dan janinnya sudah membaik. Sore ini setelah menyelesaikan administrasi, Joe akan membawa Clarissa untuk pulang.

"Kak ... lebih baik kita pergi dari kota ini. Nanti setelah pulang, kamu bereskan barang-barang mu. Aku akan membawamu ke tempat yang lebih aman," ucap Joe dengan serius.

"Apa maksudmu Joe? Apa aku harus meninggalkan suamiku?" tanyanya.

"Bisa saja mertua Kak Clarissa melakukan pelecehan lagi. Aku hanya ingin melindungi Kakak dan bayimu. Apa Kak Clarissa pernah berpikir, apa yang akan dilakukan lelaki bejat itu padamu. Jika dia tau kamu sedang hamil, bisa saja dia berusaha melukaimu dan memusnahkan bayimu," ujar Joe dengan sangat serius.

Clarissa mulai memikirkan perkataan Joe. Hatinya menjadi gelisah, Ferdinand bisa saja melakukan hal nekad padanya. Hatinya menciut ketakutan, dia harus melindungi calon anaknya. Apapun caranya, anaknya adalah yang terpenting. Tentang perasaannya, Clarissa sudah tak peduli lagi. Akhirnya setelah berpikir Clarissa menyetujui usulan Joe.

"Joe aku akan ikut kemanapun kamu membawaku. Yang paling penting bayiku selamat," ucap Clarissa sedikit ragu.

Clarissa dan Joe mendatangi apartemennya. Mereka berdua mengepak beberapa barang yang akan dibawanya. Joe pun membantunya dengan sangat senang. Setelah semua selesai Joe memanggil taksi untuk menuju bandara.

"Mengapa kita harus ke bandara?" tanya Clarissa penasaran.

"Aku akan membawamu ke tempat yang aman, sehingga lelaki itu tidak bisa menemukanmu," jelas Joe.

Clarissa hanya bisa menuruti ucapan Joe. Walaupun dia mengkhawatirkan Andrew, tetapi keselamatan anaknya adalah yang terutama. Clarissa harus merelakan segalanya, agar dia bisa menjauh dari lelaki bejat seperti Ferdinand.

Setelah 1 jam penerbangan, pesawat mendarat di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali. Clarissa sedikit terkejut ketika sampai di Bali.

"Joe ... apakah kita akan tinggal disini?" tanyanya.

"Nanti aku akan menjelaskan dimana kita akan tinggal," jawab Joe.

Dari bandara, sebuah mobil dan seorang sopir sudah menunggu kedatangan mereka berdua.

Mobil itu membawa mereka ke sebuah pedesaan yang tidak terlalu ramai. Pedesaan yang sangat dekat dengan pantai, dan juga tidak terlalu jauh dengan pusat kota. Mobil berhenti di sebuah rumah bergaya minimalis. Dengan halaman depan dan belakang yang cukup luas. Kalau dilihat itu bukanlah rumah biasa, lebih seperti villa. Villa yang menghadap langsung ke pantai pasir putih. Mata Clarissa langsung berbinar melihat pemandangan indah di hadapannya.

"Bagaimana, apa kamu menyukainya?" tanya Joe dengan senyuman di wajahnya.

"Ini rumah siapa?" tanyanya sambil terus memandangi pasir putih di hadapannya.

"Ayo kita masuk dulu," ajak Joe sambil menggandeng Clarissa.

Mereka berdua masuk ke dalam villa, beberapa pelayan membantu membawa barang-barangnya. Joe mengajak Clarissa duduk sambil menikmati minuman segar yang disiapkan oleh pelayan villa.

"Ini adalah villa yang diberikan oleh nenekku, sebagai kado ulang tahunku beberapa tahun lalu. Kamu tak perlu mengkhawatirkan apapun, hanya aku dan nenek yang tahu villa ini. Kamarmu ada di atas sebelah kanan tangga. Sedangkan kamarku ada di pojok," jelas Joe.

Clarissa memandang Joe dengan ribuan pertanyaan di dalam hatinya. "Bagaimana dengan kuliahmu?" tanyanya.

"Aku akan mendaftar untuk kuliah di sini. Mulai sekarang aku akan memanggilmu Clarissa. Di mata orang kampung, aku adalah suamimu. Aku sudah melaporkan kedatangan kita pada perangkat desa. Mulai sekarang kamu harus terbiasa dengan itu." Joe pun duduk di samping Clarissa dan menggenggam tangannya.

"Aku akan mencukupi semua kebutuhanmu. Walaupun aku baru akan kuliah, aku memiliki beberapa saham di perusahaan keluarga. Jadi jangan khawatir tentang apapun juga. Cukup menjaga dirimu dan anak di dalam kandunganmu," jelas Joe lagi.

Dalam hatinya, Clarissa sangat tak mau bergantung pada pemuda yang sudah banyak menolongnya itu. Namun apa dayanya, keadaan yang selalu memaksa dan membuat tak berdaya. Suatu hari nanti, Clarissa ingin membalas semua yang telah Joe lakukan untuknya. Yang paling penting, Clarissa harus bertahan dan bersabar dengan jalan hidupnya. Entah kemana lagi takdir akan menyeretnya.

Joe terus saja memandangi Clarissa yang sedikit gundah. Dia tahu, pasti wanita itu terlalu merasa sungkan atas bantuannya. Padahal Joe melakukannya tulus, tanpa mengharapkan imbalan apapun. Rasa cintanya yang besar, terus memaksanya untuk membahagiakan wanita yang dicintainya itu. Joe sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk menjaga Clarissa dan bayinya. Apapun resiko yang harus dihadapinya, dia akan tetap menjalaninya. Sebenarnya dalam hati Joe yang paling dalam, dia belum yakin dengan apa yang akan dilakukannya untuk Clarissa. Untuk sementara dia hanya bisa mengaku sebagai suaminya dan ayah dari anak dalam perutnya. Karena Joe masih terlalu muda untuk menjadi seorang suami sekaligus ayah. Hal itu sedikit membuatnya gelisah dan terus memikirkan Clarissa.

Happy Reading

Próximo capítulo