Iris menarik napas panjang dan menghembuskannya berulang-ulang, mencoba menahan gejolak amarah di dalam hatinya.
Mereka melangkah dengan pelan menerobos hutan lebat, kalau saja tidak dengan kekuatan peri bunga yang membuka jalan bagi mereka, Iris pasti akan menghancurkan hutan ini karena ia tidak sabar.
Litzy mendarat di depan Iris, bentuknya dalam sekejap berubah menjadi anjing besar berwarna hitam, ia menggonggong ke arah Iris lalu berlari ke depan seorang diri, tak lama, ia datang lagi dengan menuntun kuda yang tadinya di pakai oleh Morgan dan Thomas.
"Mereka sepertinya terpisah."
Alita bergerak mengelilingi kuda itu, tidak ada luka atau pun bekas cakaran di sana, semuanya terlihat seolah-olah dua orang laki-laki itu tidak sengaja meninggalkan kuda mereka karena hal lain.
"Di mana telaga itu?" tanya Iris sambil menggertakkan giginya, ia melirik ke sekitar. Litzy berputar-putar di tempat yang sama, peliharaannya sama sekali tidak menemukan bau yang tertinggal di sana.
"Perlu berjalan ke sana beberapa saat lagi."
Rilie menunjuk jalan di depannya tanpa daya, ia mengerang dengan lemah, sebagai seorang peri ia tidak pernah membiarkan kakinya berjalan terlalu jauh, biasanya ia hanya bermalas-malasan di atas bunganya sepanjang hari menikmati sinar matahari.
Kalau saja di depannya ini bukan penyihir agung, ia akan menyesatkan mereka di tengah hutan lebat ini.
Sarah mengikuti tiga orang di depannya dengan tenang, ia sama sekali tidak buka suara dari tadi, Alita meletakkan tangannya pada kuda itu, dalam sekejap kuda itu terserap dengan kekuatannya ke dalam ruang penyimpanannya.
"Kurasa mereka tidak jauh dari sini." Alita mengedipkan matanya, ia melihat ke sekeliling, ada beberapa ranting yang patah tak jauh dari mereka, gadis vampir itu mendekat dengan pelan.
"Seseorang jelas telah kemari." Iris mengerutkan keningnya, padahal mereka sudah mendapatkan sedikit petunjuk tapi mengapa rasanya keberadaan Morgan dan Thomas semakin terasa sulit dijangkau.
Rilie kembali memimpin rombongan itu menuju telaga yang ia katakan, sepanjang perjalanan mereka habiskan dalam diam, bahkan Litzy yang berjalan di samping Iris pun bungkam.
Tidak ada jejak, tidak ada bau, mereka menghilang seolah-olah lenyap ditelan bumi.
Iris semakin gelisah dari waktu ke waktu, ia hampir meledakkan amarahnya ketika mereka sampai di telaga yang Rilie maksud.
"Biasanya di sini." Rilie buka suara, telaga di depan mereka ini adalah aliran sungai yang mengalir dari bukit, samar-sama suara gemericik air terjun terdengar dari kejauhan.
"Guk … guk … guk!"
Litzy yang berjongkok di dekat air tiba-tiba menyalak, Alita langsung menatap Iris. "Apa yang dikatakannya?"
Iris menelan ludahnya, ia mengepalkan kedua tangannya. "Dia mencium darah Thomas."
Alita langsung menoleh ke arah bukit, ia bertanya-tanya mungkinkah Thomas ada di sana? Ada seseorang menyakitinya?"
Iris menggelengkan kepalanya dengan pelan, walaupun ia terlihat tenang di permukaan tapi hatinya semakin berdebar dengan kencang dan ia tidak dapat menahan perasaan gelisah itu lebih lama lagi.
Mereka berjalan menyusuri tepian telaga dan sampai ke air terjun, Alita mengedipkan matanya ketika melihat sebuah rumah kayu yang megah berdiri dengan kokoh di depan mereka.
"Ini …."
"Sepertinya ini kediaman serigala putih itu, kan?" Sarah melirik sekitar, ia cukup kagum dengan pemandangan semarak yang ada di sekitar sini, sang pemilik rumah pasti berusaha keras mempercantik sekitar tempat ini.
Rilie bergumam pelan, matanya fokus ke bunga-bunga di pinggiran air terjun, ia tidak dapat menahan dirinya untuk menyapa bangsanya itu dengan penuh sukacita.
Alita menyipitkan matanya ketika ia mendengar suara langkah keluar menuju pintu, ia menarik jubah Iris dan membuat mereka menjadi waspada dalam sekejap.
Seorang wanita keluar dari pintu, ia menyunjingkan senyum di wajahnya, rambutnya yang berwarna pirang itu tergerai tertiup angin, hanya sepotong kain yang menutupi tubuhnya yang dililit tali tipis berwarna hitam.
Iris mengepalkan kedua tangannya, wanita ini adalah serigala putih.
Belum sempat ia membuka mulutnya, sosok Morgan berdiri di belakangnya, laki-laki itu menatap balik Iris dengan pandangan kosong.
Iris terperangah, apa yang telah terjadi pada Morgannya?
"Morgan!"
Michelle bersedekap, ia tahu dengan jelas apa maksud rombongan penyihir ini mendatangi dirinya, tapi mereka sudah terlambat. Morgan sudah ada di dalam pengaruhnya.
"Bunuh mereka," katanya dengan dingin, bibirnya menyeringai lebar.
Alita gemetar, bagaimana pun juga musuh alami ras vampir adalah manusia serigala, ia langsung membentangkan sayapnya dan melayang ke udara.
Iris menatap Michelle, entah apa yang ada di pikiran si serigala putih itu. Ia berniat menggunakan Morgan untuk membunuh dirinya, benar-benar tidak masuk akal, dia pasti sedang bermain-main.
Morgan melompat dan dengan cepat tubuhnya berubah menjadi serigala besar berbulu abu-abu, ia membuka mulutnya lebar-lebar dan bersiap menggigit sang penyihir.
Sarah mundur, ia tidak berminat ikut campur dalam masalah Iris, ia mengambil tempat yang bagus untuk menonton pertunjukan.
Sebuah akar muncul dari dalam tanah dan menghalangi Morgan, serigala itu melolong, matanya berubah menjadi semerah darah.
"Morgan! Ini aku Iris!" Iris berteriak, ia menghindari serangan Morgan, Alita kebingungan, ia tidak bergerak sama sekali dari tempatnya.
Serigala itu tidak memedulikan Iris, ia melolong lagi dan mengayunkan kakinya yang dipenuhi dengan cakar tajam itu ke arah Iris.
Sang penyihir menjadi murka, ia menjerat Morgan dengan akar-akarnya, serigala itu memberontak keras, matanya menatap Iris dengan penuh kebencian.
"Aku Iris!"
Iris menyentuh kepala Morgan dan menyentuh bulu-bulu serigala itu dengan lembut, penyihir itu berusaha mengendalikan emosinya yang siap meledak kapan saja pada wanita yang masih berdiri di ambang pintu dan bersedekap.
Wanita itu berani mempermainkan miliknya, memanipulasi pikirannya. Iris mengepalkan kedua tangannya, ia tidak peduli jika wanita itu satu pack atau memiliki hubungan darah dengan Morgan, selama mereka mengusik miliknya maka Iris akan melenyapkannya.
Iris melemparkan asap merah pada Michelle, wanita itu terkejut dan terjatuh ke belakang, Morgan meraung, ia menghancurkan jeratan yang mengurungnya dan berniat menyerang Iris lagi.
Alita menggemerutukkan giginya, jika ia hanya diam saja dan menonton, ia tidak akan menemukan Thomas, sang gadis vampir itu melesat turun, ia menarik sebuah belati keluar dari ruang penyimpanannya dan menghunuskannya pada Michelle yang masih jatuh terduduk di lantai.
SRAT!
Michelle menghela napas, untungnya ia mempunyai refleks yang cepat dan ia berguling menghindarinya, matanya menatap tajam ketika melihat sosok vampir berdiri di hadapannya.
"Vampir," ucap Michelle sambil menjilat sudut bibirnya, ia menyeringai lebar. "Sudah lama aku tidak makan jantung vampir."
"Sialan!"
Alita memegang erat belatinya, berusaha menahan dirinya untuk tidak gemetar berhadapan di depan serigala dewasa ini.
Michelle terkekeh pelan, ia menatap Alita dengan mata yang tidak berkedip. "Vampir yang berasal dari keluarga kerajaan, kebetulan yang benar-benar menyenangkan."