webnovel

Pemikiran Samael

"Ahhhh, perutku sangat penuh. Itu sangat nikmat~"

"Baguslah kalau sudah kenyang. Sepertinya alasan cuti hamil masih bisa dilakukan bukan, Bos?"

"Kenapa kau masih mengingat ide gila aku yang hamil ?!" Lucy melempar bantal kecil sofa kepada Samael disana.

Kemudian dia melihat perutnya yang sedikit membuncit karena makan terlalu banyak dan mendengus kesal.

Dia tidak mau hamil muda, itu merepotkan!

Samael sendiri hanya melempar balik bantal kecil itu ke arah Lucy dan duduk disamping Laelia yang tertawa kecil disana.

"Jadi kenapa dengan masalah cuti hamil ini? Apakah, Lucy hamil?" tanya Laelia penasaran dengan mata berbinar.

"Tidak! Itu hanya lelucon suamimu Lia! Dia mengatakan bahwa jika aku hamil, kita bisa meminta penundaan pertukaran pekerja yang selalu kami lakukan!"

Mendengar penjelasan Lucy, Laelia akhirnya paham. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah Agnes dan Nirenga saat bertanya:

"Jadi bisakah aku menebak bahwa keduanya adalah perwakilan dari kolega perusahaanmu?"

"T-Tidak! Nyonya Laelia, hanya Nona Nirenga yang merupakan perwakilan kolega dari Prancis." Agnes langsung mengatakan ini dengan cemas, "Saya, saya hanyalah pekerja biasa....Um, maksud saya, saya masih dalam pelatihan untuk menjadi sekretaris General Manager Samael."

"Jadi begitu." Laelia tiba-tiba teringat, "Jika tidak salah, sekretarismu itu...."

"Gabriel." Samael mengatakannya, "Tapi sekarang dia tidak ada, jadi aku mengambil Agnes."

"Begitulah jadinya...kalau begitu, aku juga akan menerimanya~" Laelia lalu menundukkan kepalanya sedikit: "Dan juga salam kenal, Nona Nirenga, dan Agnes."

Nirenga: "Salam kenal juga, Nona Lia."

Agnes: "Sa-Salam kenal..."

Setelah saling menyapa dengan sopan, akhirnya Laelia bertanya pada Samael: "Dia agak gugup, kau yakin dia akan menjadi sekretarismu, sayang?"

"Jangan khawatir, dia masih dalam pelatihan. Selain itu, Chelsea pada awalnya hanyalah seorang sekretaris pinjaman."

"Manager, meskipun kata-kata Anda memang kenyataan, tapi bisakah Anda mengatakannya dengan nada yang lebih pas? Entah kenapa aku merasa kalau aku adalah wanita murahan yang dijual dari satu tangan ke tangan yang lainnya demi tubuhku."

Mendengar keluhan Chelsea, Samael hanya tertawa terbahak-bahak, "Aku tidak mengatakannya, kau sendiri yang mengatakannya Chelsea. Hahaha..."

Sedikit kedutan muncul di alis Chelsea, tapi dia hanya bisa mendengus kesal dan memakan es krim di tangannya.

Dia memaafkan Samael demi es krim ini!

"Dan begitulah, Agnes adalah calon sekretarisku."

"Aku mengerti." Laelia mengangguk dan menatap Agnes dengan lembut, "Kalau begitu Agnes, tolong bantu Suamiku nantinya."

"Y-Ya! Aku, maksud saya, saya akan berusaha keras untuk memenuhi kriteria Manager!"

Agnes berdiri dan berteriak dengan penuh semangat, tapi pada akhirnya yang lain tertawa melihat kegugupan Agnes yang benar-benar lucu.

Tawa ini menyebabkan Agnes malu, dan akhirnya dia duduk kembali dan membenamkan wajahnya ke bantal sofa yang dia pangku disana.

"Sepertinya masih ada jalan yang panjang bagi Agnes."

"Karena itu pilihan Chelsea, seharusnya dia memiliki kualitas." Samael memakan es krim yang disuapi Laelia dan berkata, "Aku percaya pada penglihatannya."

Atira yang mendengar semua percakapan disana hanya bisa mengatakan ini dengan pahit, "Aku merasa kalau aku ditinggalkan disini."

"Huh? Kenapa?" x3

Samael, Laelia, dan Lucy langsung bertanya pada saat yang sama.

Sayangnya Atira hanya tersenyum kecil pada mereka dan tidak mengatakan apapun lagi yang membuat ketiganya merasa tidak enak.

Alhasil Nirenga disana bertanya: "Nona Atira, bukan? Apakah Anda merasa ditinggalkan karena Anda satu-satunya yang tidak berkaitan dengan pekerjaan kita?"

Atira mengangguk dan berkata, "Pada awalnya kupikir keluarga Duodere disamping adalah keluarga yang sama denganku."

"Tapi siapa sangka dalam dua bulan singkat, mereka sudah mengenal orang yang seharusnya tidak bisa dijangkau."

"Bahkan beberapa hari yang lalu, kalian bertemu dengan Kalika itu bukan? Bos Perusahaan yang katanya masuk dalam daftar Forbes? Jadi karena itulah, aku merasa ditinggalkan...."

Samael mengambil es krim di tangan istrinya dan bertanya, "Roda terus berputar bukan? Ini hal yang wajar. Ngomong-ngomong masalah pekerjaan, bagaimana keadaan Suamimu?"

Bahkan Samael sendiri tidak pernah bertemu dengan tetangga ini sejak dia pindah ke Dunia ini.

Padahal dia terkadang mau bertemu untuk mabuk bersama kapan-kapan. Tapi dia benar-benar tidak pernah bertemu dengannya satu kalipun!

"Kudengar dia kerja dinas luar kota? Benarkah tidak pernah pulang demi kau istrinya, Atira?" tanya Samael sambil memakan es krimnya.

Atira mempertahankan senyumannya dan berkata, "Ya, sepertinya dia masih belum bisa kembali dari Florida. Tapi aku yakin dia akan kembali dalam seminggu kemudian!"

Samael dan yang lainnya akhirnya melihat senyuman indah di wajah Atira, dan akhirnya mereka juga tersenyum.

Laelia menyentuh tangan Samael dan tersenyum lembut. Samael sendiri hanya mengecup dahinya dan tidak mengatakan apapun lagi.

Lagipula ini adalah malam yang indah, jadi jangan sampai ada perbedaan atau bahkan kesedihan. Jadi Samael tadi sengaja mengalihkan pembicaraan kepada suami Atira yang sangat dia cintai.

Tapi sebenarnya Samael sedikit khawatir pada Atira.

""Dalam keadaan apapun. Bukankah ini adalah jalan cerita yang biasa terjadi dimana sang suami berselingkuh saat menjalankan kerja di luar kota?""

...

.

.

.

...

Samael memikirkannya dan tiba-tiba ada skenario aneh di dalam otaknya mengenai masalah di atas.

Tapi pada akhirnya...

""Tidak, tidak, tidak, jangan pikirkan masalah bodoh seperti ini. Jangan buat masalah dengan urusan keluarga lain....Lagipula ini juga bukan urusan keluargaku sendiri bukan?""

Samael akhirnya menghapus semua pemikiran itu tadi karena pada dasarnya bukan urusannya untuk masalah keluarga lain bukan?

Pada akhirnya Samael mengambil sesendok es krim dan menyuapi Laelia disana.

Melihat Laelia yang membuka mulutnya untuk memakan es krim yang dia bawa, Samael memikirkannya dengan puas.

""Keluargaku disini lebih penting. Bahkan, aku masih misi penting untuk membawa kembali dua putri kecilku untuk lahir ke Dunia ini kan?""

""Jadi apa urusanku dengan masalah rumah tangga keluarga lain?""

Próximo capítulo