webnovel

Tamu Jauh dan Penting

Baik!

Saya hanya pelayan?

Pelayan mana yang bisa mengatakan kalimat itu dengan sesuka hatinya pada Tuan yang dia layani?

Selain itu, apa kau kira aku bodoh Freya?

Siapa orang yang mengatur Keluarga Duodere selama ini, hantu?

Tidak, itu kau yang mengaku sebagai pelayan!

Sudut mulut Samael berkedut beberapa kali sebelum akhirnya dia menggelengkan kepalanya, "Lupakan, bukannya aku rugi karena perilakumu."

Freya mengangguk dan akhirnya mengikuti langkah Samael dibelakang dengan sedikit...lebih dekat, lagi.

"Freya."

"Ada apa Tuanku?"

"...Kau tidak penasaran kenapa aku secara tiba-tiba mengambil Sophie saat aku kembali ke sini?"

Freya sedikit terdiam sejenak sebelum akhirnya mengatakan, "Keputusan Anda, Andalah yang membuatnya. Menurut saya, selama itu tidak mempengaruhi keluarga, tidak masalah."

"Tapi Tuanku, secara pribadi saya ingin bertanya bahkan jika ini lancang. Kenapa Anda kembali ke Inggris?"

"Ini..." Samael kebingungan untuk menjawabnya!

Dia ingin menjawab: ""Aku kembali kesini karena misi penting?""

Tapi apa misinya? Menjadi pacar sewa !!!

Tolonglah, ini sama saja dengan eksekusi publik jika Samael mengatakannya pada Pelayan sexy ini!

Freya melihat bahwa Samael terdiam, dan berkata: "Sepertinya Anda masih menyembunyikan sesuatu, Tuanku, Saya menunggu Anda untuk menjelaskannya jika waktunya sudah tepat."

"....Sungguh..." Samael menghela nafas, "Aku merasa kau benar-benar tidak harus menjadi pelayan Freya."

"Tapi saya memang seorang Pelayan."

"...."

---------

Sampai di ruang makan, apa yang disambut oleh mata Samael adalah sebuah ruangan super luas dengan di tengahnya adalah lampu gantung dengan pernak-pernik kristal yang indah.

Dinding-dinding disana dipenuhi lukisan yang terlihat mahal, dan di dekat dinding itu berdirilah lusinan pelayan wanita dan pria.

Di tengah ruangan itu adalah sebuah meja makan yang panjang dengan banyak kursi yang semuanya terlihat mahal...

Dan duduk di kursi dekat kursi utama, adalah Sophie yang tersenyum pada Samael disana. Posisinya adalah Nyonya, jadi posisi kursi itu adalah hal yang wajar~

Dibandingkan Sophie yang tadi, Sophie yang sekarang jauh lebih cantik dengan rambut dan wajah yang lebih dirawat, serta tambahan pakaian yang cantik.

Itu benar-benar menampilkan sosok Sophie yang sebenarnya, dan itu memang pantas disebut kecantikan Negara!

"Tuan Duke."

"Sophie, kau menjadi lebih cantik." pujian Samael tidak pelit-pelit.

Sudut mata Sophie melengkung menjadi bulan sabit, tapi diam-diam dia melirik ke arah Freya yang berdiri menunggu dekat tembok ruangan itu.

Melihat bahwa wajah itu masih kaku, Sophie sedikit mendecakkan lidahnya.

Samael sedikit melirik arah yang dilihat Sophie sebelum akhirnya dia menggelengkan kepalanya dan duduk dibawah bimbingan pelayan laki-laki disana.

Sophie hanya tersenyum pada Samael, dan keduanya makan makanan yang disajikan dengan diam.

Ini etika dalam makan, meskipun sejujurnya, Samael tidak suka makan seperti ini.

Waktu makan adalah waktu terhangat dengan keluarga, tapi demi status dan wajah di mata para pelayan ini, keduanya hanya makan dengan diam.

Hanya saja...

Clank...

Sophie sekali lagi memecahkan piring di depannya, dan wajahnya yang memerah menjadi lebih merah!

Memalukan! Aku sudah merusak dua piring!

Kenapa makan saja harus repot-repot seperti ini!

Kenapa rasanya sangat susah memotong ikan salmon ini?

Kenapa punggungku harus lurus saat makan?

Kenapa saat mengunyah harus pelan, dan tidak ada sedikitpun suara saat makan!

Ini penyiksaan !!!

Pelayan yang ada di sisi Sophie sedikit menatapnya dengan jijik sebelum akhirnya mengambil piring dan mengganti makanan disana dengan yang baru.

Samael sedikit tertawa melihat ini, dia meletakkan pisau dan garpu di tangannya dan bertanya: "Perlu kubantu sayang?"

"Sa-Sayang?! Aku...Itu, baik...Tuanku, sungguh memalukan."

Dengan sedikit mengubur wajahnya ke gundukan dadanya yang besar, Sophie menjawab dengan sangat malu.

Samael menggelengkan kepalanya dan berdiri menuju sisi Sophie, "Apa yang perlu dipermalukan? Ini wajar bagi orang biasa kesusahan dalam hal ini."

Dengan membantu mengiris ikan di piring makanan yang baru, Samael menyerahkan potongan ikan itu ke mulut Sophie.

"Yup, katakan Ahh–"

"Huhh...." Freya diam-diam menghela nafas, tapi dia tidak mengatakan apapun.

Waktu makan berlalu dengan para pelayan pria dan wanita disana diberi makanan anjing dari kedua pasangan muda ini!

Sekarang adalah waktunya minum teh, dan akhirnya mereka bisa berbicara dengan senang hati sekarang.

"Apakah nyaman di rumah barumu sekarang, Sophie?"

Sophie mengangguk dan menyanjung, "Itu sangat nyaman, dan sedikit...canggung. Rumah baru ini, terlalu luas."

"Hahaha, luas kah...Tapi jika sepi, apa gunanya?" Samael membisikkan ini.

Baginya, kesepian mencekik seperti ini, hancurkan saja!

Dia bahkan tidak bisa membayangkan seperti apa rasa di hati Kakek Dewa yang tinggal di tempat kosong itu entah berapa juta tahun lamanya....

Atau mungkin, karena dia Dewa, ada perbedaan estetika antara Kakek Dewa dan "Manusia Biasa" seperti dirinya?

"Tuanku, bagaimana jika..."

Bang!

Kata-kata Sophie langsung dipotong oleh suara pintu yang terbuka, dan disana seorang pelayan pria datang kesisi Samael dan membisikkan sesuatu padanya.

"Tuan Duke, ada pengantar pesan dari Kerajaan." bisik pelayan itu pada Samael.

Wajah Samael serius dan dia berkata, "Bawa tamu kita ke ruangan itu, dan berikan perawatan yang baik."

"Dimengerti Tuan Duke."

Setelah pelayan itu pergi, Samael tersenyum pada Sophie: "Sepertinya kita harus menunda waktu pertanyaan ini kapan-kapan Sophie, ada sesuatu yang menunggu."

"Apakah, seperti itu..." Wajah Sophie meredup sejenak sebelum akhirnya dia tersenyum, "Saya akan menunggu Anda."

Samael mengangguk dan langsung pergi dari ruangan itu.

Tentu saha Freya tetap pergi mengikuti sisi belakang Samael sebagai pelayan yang ideal~

Saat Samael membuka pintu di ruang tamu khusus, terlihat sosok pria paruh baya berkumis yang duduk di kursi dengan sangat angkuh!

Namun saat melihat Samael, dia langsung berdiri dan membungkuk penuh hormat, "Semoga Tuhan memberkati Duke dan Keluarga serta wilayahmu!"

"Terima kasih, duduklah kembali." Samael berterima kasih dan duduk di seberang pria paruh baya itu.

Pria paruh baya itu juga duduk, dan berkata: "Duke, saya disini hanya untuk menyampaikan pesan ini kepada anda."

Segera dia mengambil sebuah surat dengan sangat hati-hati dari jas bajunya sebelum akhirnya menyerahkannya kepada Samael.

Samael menerima ini, dan dengan aneh bertanya: "Segel ini, dari Raja?"

"Ya Duke, surat ini ditulis oleh saya atas kata-kata dari Yang Mulia sendiri."

"Kalau begitu, aku tidak akan sopan."

Samael segera membuka amplop itu dan langsung membaca isi surat yang terkandung di dalamnya.

Semakin lama dia membaca ini, semakin besar perubahan wajah Samael, seolah-olah berita ini...

Bom!

"....Huhhh, kau, yakin ini dari Yang Mulia sendiri bukan? Kau tidak menambahkan hal lain disini, kan?" Samael bertanya dengan dingin.

Pria itu bergetar dan segera menundukkan kepalanya, "Demi Inggris dan atas nama keluarga saya Cauls, saya bersumpah isi surat itu 100% sesuai dengan omongan Yang Mulia!"

"Duke, Anda harus benar-benar datang ke Istana secepatnya. Jika tidak...."

"Hentikan." Samael menghentikan Cauls ini dan berkata, "Aku sudah tahu."

"Besok, aku akan pergi langsung ke Istana dan bertemu tatap langsung dengan Yang Mulia!"

Próximo capítulo