webnovel

Pertanyaan Eyang

Alifah mengabaikan pesan yang di dapat dari Alif. Dirinya fokus dengan alasan nama kembarannya yang katanya akan konsisten dalam belajar Islam. Ya semoga Allah memberi jalan, agar ia termasuk salah satu dari sekian banyak yang ikut memperjuangkan Islam.

Deg. Tiba-tiba Alifah teringat akan sesuatu.

"Alifah kamu tidak berpacaran dengan Alif kan? " Tanya Alifah pada Alifah si nama kembarannya. Sesaat suasana tiba-tiba saja terasa hening. Bahkan kedua sahabat Alifah juga ikut terdiam.

"Ehmm itu. Kami sebenarnya tidak pacaran kok. Memangnya siapa yang pernah bilang kalau kami pacaran?"

"Tapi, kami liat kalian mesra, kaya pacaran" sela Fira.

"Ahh, tidak. Itu cuma pemikiran orang-orang saja kok. Yang sebenarnya itu kami tidak pacaran. Cuma sahabat. Bolehkan kita bersahabat dengan lawan jenis" Tanya Alifah (sahabat Alif ) yang membuat ketiga bersahabat ini saling pandang.

***

Di tempat lain Alif merasa gusar karena Alifah istrinya tidak menjawab pesannya. Padahal terlihat jelas dua centang biru yang menandakan pesan itu sudah di baca. Tapi kenapa tidak balas.

"Kenapa muka kamu kusut begitu? Lagi berkirim pesan sama siapa? Cewek ya? " tanya Rival rese' sambil mencoba mengintip HP Alif.

"Apaan sih. Ganggu saja. Sana pergi!! Jangan mengacau" usir Alif mencoba menghindari Rival yang terus mengganggunya. Tak tau apa keadaannya sekarang lagi kesal. Maunya nabok orang.

"Iyeee.... Sekarang lagi main rahasia-rahasiaan ya. Ah enggak asyik kamu. Kasi tau dong kamu lagi kenapa? " bujuk Rival semakin menjengkelkan.

Sementara Rival seolah tidak tau diri yang karena membuat sahabatnya tambah dongkol. Terkadang memang Rival itu menjengkelkan kalau lagi kumat. Tapi kalau lagi serius, ya serius. Barulah di situ terlihat berwibawanya. Kalau sekarang minta di banting orangnya.

"Kalau kamu lagi galau karena cewek, percuma dong selama ini saya menasihati kamu soal menjaga diri dari lawan jenis".

Meskipun Rival kalau lagi serius terlihat berwibawa tetap saja kalau lagi menuduh itu enggak enak sama sekali.

"Siapa yang lagi galau? Sembarangan"

"Itu lagi apa coba? Liatin HP terus kalau bukan menunggu balasan pesan"

"Bukan siapa-siapa". Balas Alif

kemudian meninggalkan Rival.

***

Ting.

Nada pesan Alifah terdengar lagi. (KENAPA TIDAK BALAS?PADAHAL PESANNYA DI LIAT)

Segera Alifah membalasnya.

"Alifah, sebenarnya dalam interaksi antar lawan jenis itu aturannya dalam Islam. Boleh kita berinteraksi dengan lawan jenis asal menyangkut empat perkara. Yaitu dalam menuntut Ilmu, dalam Jual beli atau Muamalah, dalam dunia kesehatan alias dokter dan pasien dan Hukum sanksi. Selain dari pada itu kita tidak di bolehkan kalau itu bukan mahrom kita". Jelas Alifah pada teman barunya.

"Jadi saya tidak boleh berteman dengan Alif ya?"

"Buka tidak boleh. Tetap boleh tapi jika di lihat cara berinteraksi dengan Alif itu yang tidak boleh. Karena kalian itu terlalu dekat. Kadang berduaan, bercanda kelewatan bahkan seolah kamu itu pamer kemesraan " kali ini si Fira yang menjelaskan.

"Kalau kamu berinteraksi dengan Alif membahas pelajaran ya boleh, itu pun jika ada orang selain kalian berdua. Kan dua-duaan itu yang ke tiga ada setannya".

"Tapi kan tidak lagi berbuat macam-macam. Cuma ngobrol biasa aja kok."

"Tetap saja kalian itu berduaan"

"Iya deh aku paham. Pantes akhir-akhir ini Alif jarang berduaan lagi dengan saya. Pasti ada Rival yang menemani"

***

Ting.

(IYA)

"Apa? Hanya ini? " Alif semakin jengkel melihat pesan dari Alifah. Tapi kenapa di harus merasa jengkel sih dengan Alifah lantaran lama mendapatkan balasan pesan. Mau dia balas mau pun tidak bukanlah seharusnya dia tidak perlu peduli? Bahkan dia pulang jalan kaki sekali pun seharusnya jangan peduli. Tapi ini, Kenapa?

***

"WA dari siapa? " tanya Fira si ratu Kepo.

" Bukan siapa. Sudah selesai makannya kan? Kembali ke kelas yuk! " Ajak Alifah yang di ikuti sahabat-sahabatnya termasuk teman barunya yang tadi sempat menawarkan pertemanan.

***

Di bawa terik matahari gadis itu menunggu seseorang yang katanya tidak boleh telat. Lah ini? Ini sudah 20 menit dia menunggu tapi batang hidungnya juga belum muncul juga.

Lima menit kemudian suara motor berhenti telat di hadapannya kemudian menyodorkan helm dan menyuruh Alifah naik motor segera degan bahasa isyarat alias pake kode segala.

"Lama" kata Alifah setelah posisinya sudah siap, tapi dasar Alif. Dia sama sekali tidak menghiraukan protesan Alifah. Dia hanya menjalankan motornya dan berbaur dengan para pengendara lainnya yang sudah membuat jalanan tambah sesak.

***

Seperti biasa setelah Alifah mengganti bajunya dia segera ke kamar Mawar. Entah untuk menemani Mawar belajar atau bermain bahkan untuk istirahat sekalipun, dia melakukan di kamar yang pernah dihuninya. Tak lupa dia mengunci kamarnya, takut Alif tiba-tiba saja muncul tanpa mengetuk pintu. Karena saat ini dia tidak memakai jilbab dan kerudungnya. Kalau terlihat Alif lagi bagaimana.

"Kamu sudah tidur siang kah? Kok main lagi? " tanya Alifah ke adiknya.

"Sudah tadi, tapi Cuma sebentar saja. " jawab Mawar.

"Kakak tidur aja. Capek kan dari Sekolah. Mawar tidak apa-apa main sendiri kok"

"Ya sudah kakak istirahat ya. Kalau mau keluar bangunkan kakak saja"

"Ok"

***

Setelah istirahat sebentar kini Alifah sudah ada di dapur untuk membantu para asisten rumah untuk menyiapkan makan. Meskipun Mbak Aty dan Mbak Sumi melarangnya Alifah tetap kekeh untuk membantu mereka. Setelah beberapa saat mereka memanggil keluarga Alif untuk makan malam.

"Emmm sambel Mbak akhir-akhir ini enak saya suka Mbak" Seru Alif menyantap makanannya dengan lahap. Dan akhir-akhir ini memang Alif selalu lahap makannya. Apa lagi ada sambal terasi yang menjadi makanan paforitnya.

Sementara Alif senang memuji sambal, lain halnya dengan Alifah yang tiba-tiba raut wajahnya terlihat berbeda ketika Alif memuji sambal buatan Mbak yang tak lain adalah sambal buatannya.

"Kamu suka? "tanya Eyang yang di balas Alif menaikkan jempolnya dua sekaligus. "Itu bukan sambal buatan Mbak Sumi atau Mbak Aty, tapi sambal buatan istri kamu". Jelas Eyang yang membuat Alif tersedak makanannya sendiri. Yang membuat Orang-orang yang ada di meja makan panik kecuali Eyang pastinya.

"Kenapa keselak? Makanannya tiba-tiba tidak enak karena tau yang buat Alifah". Tuduh Eyang.

"Enggak kok tetap enak" jawab Alif setelah tenggorokannya sudah di basahi air.

"Ternyata kamu pinter masak. Pantes saja sambalnya lain dari yang biasanya. Aku pikir Mbak Aty mencoba resep baru? Ayam Gepreknya juga buatan kamu? " tanya Alif ke Alifah.

Alifah hanya mengangguk sebagai balasan.

"Enak" pujian Alif entah kenapa membuat pipi Alifah terasa panas.

"Enggak salahkan Eyang jodohkan kamu dengan Alifah yang pintar masak. Kamu kan enggak terlalu suka dengan makanan di luar rumah"

"Iya enggak salah" jawab Alif tanpa menyadari perkataannya." Eh salah, karena kami terlalu dini untuk menikah " ralat Alif setelah menyadari perkataannya barusan.

"Itu tidak jadi masalah. Toh sudah terlanjur kan. Siapa juga kamu setuju"

"Eyang kan yang maksa" nyolot alif mendengar penuturan Eyangnya.

"Kapan Eyang maksa kamu"

"Eyang.... "

"Iya Eyang minta maaf. Oh iya Alifah. . Kamu kalau lagi di kamar Alifah tidak berpakaian seperti ini kan?"

Kali ini Alifah yang terasa tersiram air dingin atas pertanyaan Eyang. Dia tau apa maksud Eyang. Apakah dirinya harus berbohong kali ini?

Próximo capítulo