Berbicara tentang Tetua Keajaiban dan Bulan Noah mulai memikirkan sesuatu.
Mungkinkah Tetua Keajaiban mati di dalam sana dan dan secara kebetulan buahnya kembali muncul di dalam Bulan dan entah bagaimana bulan mencerna kekuatan Buah itu dan sebuah keajaiban terjadi pada bulan ini.
Noah tahu bahwa ini benar benar pikiran acak yang sangat tidak masuk akal dan terlalu banyak dengan kebetulan.
Tapi siapa tahu? Ini mungkin saja.
Baik, pikirkan ini nanti ... Untuk sekarang Noah akan kembali ke bumi dan melihat situasi disana, Di ruang angkasa sini tidak ada oksigen sehingga dia harus membuat oksigen sendiri dengan kekuatannya, dan itu kurang nyaman.
Dipikir pikir, bagaimana para tetua bisa bernafas disini?
Mungkinkah tetua ruang membuat sebuah lubang spasial di lubang hidung 5 tetua dan menghubungkannya dengan bumi sehingga setiap mereka bernafas oksigen dari bumi terambil oleh hidung mereka?
Ini mungkin terdengar konyol, tapi ini masuk akal, maksudku ... ini tidak salah kan?
Noah kembali ke bentuk manusia normalnya. Rambutnya memendek dan warnanya kembali menghitam, Pakainnya telah kembali seperti semula, pakaiannya robek robek sekarang karena pertempuran sebelumnya, dia juga malas menggantinya, jadi Noah hanya membiarkannya seperti ini.
Sebuah retakan spasial muncul di ruang angkasa lalu Noah menghilang dari tempat itu.
.
.
.
3 Kelompok penaklukan telah kembali ke Kerajaan West Blue, mereka langsung pergi ke Distrik 2 dan melapor kepada Kyoraku. Sekarang mereka sedang menungu Kedatangan Noah. Tidak ada yang tahu kemana perginya Noah selain keluarganya, jadi mereka hanya bisa menunggu tanpa kepastian kapan kembalinya Noah.
Lagipula Noah tidak pernah berpergian lama lama dan setiap dia pergi keluar pasti ada urusan yang hanya bisa ditangani olehnya, karena Noah biasa mengandalkan bawahannya untuk melakukan sesuatu dan menghabiskan waktunya dengan keluarga.
Dan jika dia pergi keluar pun itu biasanya tidak akan memakan waktu lama dan Noah menyelesaikan urusannya dengan cepat. Mungkin ini adalah waktu terlama dia pergi keluar dari West Blue.
Kemudian para jendral memikirkan kejadian tadi malam dengan penasaran ... mungkinkah itu perbuatan rajanya ?
Soi-fon tidak bersama para jendral ini, setelah sampai ke West Blue, dia pergi ke sebuah pulau sendirian.
.
.
.
"Raja ku ..." Soi-fon bersandar di batang pohon, wajah cantiknya membawa kesedihan dengan air mata mengalir di kedua sisi matanya.
Dulu dia ditinggalkan dan diabaikan gurunya, orang yang di cintainya, sekarang dia tinggalkan oleh rajanya. Dalam 2 Kehidupan cintanya selalu bertepuk sebelah tangan.
Angin laut berhembus menerbangkan rambut pendeknya, gemercik laut menjadi musik pengantar tidurnya dan burung burung yang menjadi temannya.
Dalam beberapa tahun terakhir, disinilah dia, terus menangis memandangi lautan dengan sedih. Soi-fon tidak pernah memperlihatkan kesedihan ini dan selalu memasang wajah kuat saat di depan banyak orang, tapi wajah kuatnya itu langsung menghilang ketika dia sendirian.
Entah berapa banyak air mata yang telah dia keluarkan selama tahun tahun ini.
Tidak ada yang mengetahui ini, tidak ada yang memperhatikan ini, dia sendirian dan terus menangis sendirian.
Soi-fon mendengar suara retakan di udara, dia kemudian mendongak ke arah suara dan melihat seseorang keluar dari kehampaan udara.
Soi-fon menyipitkan matanya berusaha melihat orang itu, orang yang bisa melakukan hal seperti ini pasti bukan orang biasa, dan mungkin saja akan menjadi ancaman untuk Tuan nya.
Beberapa saat kemudian.
"Tuan?"
Soi-fon mengusap matanya dan memastikan bahwa dia tidak salah lihat, setelah beberapa kali dia dapat memastikan bahwa itu Rajanya.
Apa yang dia lakukan disini?
"Soi-fon?" Soi-fon keluar dara kebingungannya dan melihat Noah yang sudah berada didepannya.
"Ahh .. aku .." Melihat Tuannya yang ada didekatnya Soi-fon dengan cepat membersihkan air mata yang ada di mata dan wajahnya. Soi-fon kebingungan karena dia dilihata oleh Tuannya dalam keadaan seperti ini.
"Kau menangis?" Tanya Noah sambil melihat gerakan Soi-fon yang tergesa gesa menghapus air matanya.
"Itu ... tidak ... Aku tidak menangis" Soi-fon berusaha berbicara senormal mungkin.
"Siapa itu? Siapa yang membuatmu menangis?" Noah bertanya dengan pelan tapi memiliki sedikit kedinginan di suaranya.
"Tidak ... tidak ada tuanku ... semuanya baik baik saja" Kata Soi-fon sambil memaksakan senyum.
"Kau berbohong" wajah Noah mendekat ke wajah Soi-fon dan menatap matanya dengan Tajam.
"Itu ... Tuan maafkan aku ... aku tidak bermaksud untuk berbohong" Soi-fon menundukan kepalanya karena takut dimarahi oleh tuannya. Matanya sudah berkaca kaca saat mengetahui bahwa Noah akan marah padanya, dia tidak mau di benci oleh tuannya karena ini.
Noah masih menatap Soi-fon dengan tajam yang membuat Soi-fon takut setengah mati sebelum Noah mengusap rambutnya dengan lembut.
"Tidak apa apa, kau bisa menyimpannya untuk dirimu sendiri jika tidak ingin memberitahuku"
Soi-fon merasa nyaman di kepalanya dan memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Soi-fon tertegun melihat Noah yang tersenyum padanya hingga membuatnya kehilangan fokus.
"Uuuh ... maafkan aku tuan" Muka Soi-fon merah padam, dia langsung kembali menundukan kepalanya. Wajah Noah yang begitu dekat dan senyumnya yang menawan membuat wajah Soi-Fon panas.
"Tidak apa apa, kamu tidak harus memikirkan ini"
"Ya ..." Soi-fon menjawab pelan dengan suara yang hampir tidak terdengar.
"Bagaimana kalau kita kembali? Kau sudah disini berarti kalian sudah menyelesaikan tugasmu kan? Mari kita kembali dan merayakannya" Noah menarik tangan Soi-fon dan membawanya terbang.
"Ya ..."
Soi-fon bingung dengan perlakuan Noah padanya, dia pikir Noah telah mengabaikannya dan hanya menganggapnya seorang jendral El Cielo. Tapi Soi-fon juga tahu bahwa sikap Tuannya memang seperti ini, ini bukan karena perasaan khusus atau apapun.
Soi-fon tahu bahwa Noah merupakan orang yang setia, dan dia sudah mempunyai seorang istri yang cantik dan banyak anak yang imut, jadi tidak untuk mungkin untuk mengacaukannya, dia juga tidak mau melakukan itu.
Soi-fon cukup puas dengan keadaannya sekarang, selama dia bisa terus berguna untuk tuannya, itu sudah cukup baginya.
Dengan senyum diwajahnya saat tangannya ditarik oleh Noah. Soi-fon Pergi meninggalkan pulau ini bersama Noah dengan gembira.
"Mungkin di kehidupan ketiga ku nanti ... aku bisa bersama dengan orang yang ku cintai ..."
.
.
.
Angkatan Laut.
Sengoku bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang. Angkatan laut di seluruh 4 lautan telah mundur kembali ke markas besar Marinefood.
Langkah yang benar adalah mencegah El Cielo dan jika sudah seperti ini, mereka akan mencoba berusaha mengambil alih kembali 4 lautan.
Tapi masalahnya adalah mereka El Cielo.
Angkatan laut tidak punya kekuatan untuk melawan mereka. Hanya akan ada korban sia sia di pihak angkatan Laut jika mereka melawan El Cielo.
Angkatan laut juga tidak mungkin meminta bantuan Pemerintah Dunia. Karena justru Pemerintah Dunia lah yang harusnya membuat gerakan, karena Pemerintah Dunia sangat mementingkan otoritasnya di 4 lautan (Kecuali West Blue yang sudah di kuasai Noah).
Tapi melihat tidak ada pergerakan dari Pemerintah Dunia, membuat Sengoku semakin bingung.
"Jika pemerintah Dunia tidak bergerak, kenapa kita harus?" Sengoku tahu bahwa ketika 4 lautan di ambil alih oleh E Cielo, orang orang yang berada di ke 4 lautan akan hidup lebih baik, Yang mana hal ini sama dengan tujuan mereka, yaitu melindungi yang lemah.
Angkatan Laut melawan El Cielo semata mata hanya karena perintah dari Pemerintah Dunia, bukan karena keinginan mereka.
Angkatan Laut tidak memiliki pilihan karena pemerintah Dunia yang mendanai semua operasional angkatan laut dan banyak hal lainnya dalam keberlangsungan keberadaan angkatan laut. Jika angkatan laut membelot maka mereka akan kacau, dengan dana yang sedikit tidak mungkin Angkatan laut bisa berurusan dengan Bajak laut yang bertambah setiap harinya.
"Ini lebih baik seperti ini ... Dunia menjadi lebih baik pada saat Noah dan El Cielo ada ... Lebih baik kita mengikuti arus, karena arusnya sudah terlalu besar ... dan Angkatan Laut sudah tidak bisa untuk melawan arus itu" Sengoku menggumamkan apa yang ada dalam hatinya.
.
.
.
Pemerintah Dunia.
Di dalam ruang 5 Bintang Tua ada kesuraman berat yang bisa dirasakan setiap orang yang ada didalamnya.
Tetua Waktu dan Tetua Pedang diam dan bingung bagaimana menjelaskan situasi ini kepada Tuan mereka. Ini adalah kekalahan telak, sangat memalukan, dan akan menjadi aib yang akan terus ada sampai akhir hidup mereka.
Tapi bukan itu masalahnya, masalahnya adalah mereka telah mengecewakan Tuan mereka.
"Bagaimanapun, kita masih harus memberikan laporan pada Tuan" Tetua waktu memecah kesunyian.
"Huft ... itu benar" Tetua pedang mendesah. Menopang dirinya dengan pedangnya Tetua pedang berhasil berdiri dengan susah payah.
Mereka masih belum pulih dari cidera melawan Noah, Meskipun mereka memiliki fisik yang menentang langit, mereka masih akan membutuhkan waktu bertahun tahun untuk sembuh dari ini.
Terutama tetua pedang yang telah menggunakan kekuatannya melibihi batasnya beberapa kali, dapat Menggerakan badan pun dapat dibilang sebuah keajaiban.
Mereka berdua berjalan dengan lambat menuju rumah Tuan mereka berdua, IM.
Disebuah ruangan yang sepi, ada satu orang yang memiliki kehadiran yang sangat mulia. Siluet hitam besar dengan bentuk yang aneh adalah kata kata yang tepat untuk menggambarkan orang itu. Ruangan ini cukup gelap sehingga sulit untuk melihat apapun.
Tetua Waktu dan Tetua Pedang memasuki ruangan dengan perasaan yang berat. Mereka berdua langsung bersujud dan meminta maaf atas kegagalannya.
"Maafkan kami telah mengecewakanmu Tuanku" Tetua waktu berbicara dengan nada yang sangat menyesal.
Tidak ada jawaban untuk sementara waktu, suasana menjadi semakin berat dan berat setiap detiknya.
"Itu bukan salah kalian ... orang ini, Noah ... dia adalah orang yang setingkat denganku ... dan hanya aku yang dapat bertarung melawannya ... sebaiknya kalian memulihkan diri dan memikirkan agar tidak terjadi kekacauan di Mariejoa karena kematian 3 dari kalian" Siluet itu berbicara dengan jeda di setiap poinnya.
"Baiklah Tuanku"
Tetua Waktu dan Tetua Pedang berbicara bersamaan. Setelah itu mereka berbalik pergi meninggalkan ruangan ini.
"Noah ..." Siluet itu bergumam
.
.
.