webnovel

Bai Yanshen Marah

Editor: Wave Literature

Ponsel Bai Yanshen bergetar saat ia sedang berada di ruang konferensi. Getarannya sangat keras hingga Jiang Cunyu yang saat itu duduk di samping Bai Yanshen cepat-cepat mengangkat teleponnya. Ketika sedang menghadiri pertemuan formal, biasanya Bai Yanshen tidak akan mengangkat telepon dan Jiang Cunyu yang akan mengangkatnya. Namun, kali ini adalah pengecualian. Saat ia mendengar Mo Jintian mengatakan Baibai, ia sedikit terkejut.

"Baibai?" Jiang Cunyu mengulangi kata-kata Mo Jintian.

"Bukankah kamu Baibai? Ini nomor ponsel Baibai. Apakah dia ada? Biarkan dia menjawab teleponnya."

Mendengar Mo Jintian, Jiang Cunyu langsung berpikir, Siapa yang begitu berani memberi panggilan seperti ini pada Tuan Bai? Ia menatap Bai Yanshen yang duduk dengan ekspresi serius, lalu dengan ragu-ragu membawa ponselnya kepada Bai Yanshen dan berbisik, "Ada seorang anak yang sedang mencari Baibai?"

Bai Yanshen tiba-tiba menoleh dan menatap Jiang Cuntu dengan tatapan tenang dan dingin, tapi itu membuat Jiang Cunyu gemetar. Ia hanya mengulangi kata-kata bocah kecil itu, tapi tatapan Bai Yanshen seperti tatapan ingin membunuh orang. Kemudian, Bai Yanshen menjawab telepon dengan tanpa ekspresi, "Halo?"

"Apakah ini Baibai? Ini aku, Mo Jintian," kata Mo Jintian dengan suara gelisah yang bercampur dengan kesan putus asa.

Ketika Bai Yanshen mendengar Mo Jintian, ia langsung mendorong kursinya ke belakang dan berdiri, lalu berjalan di samping jendela. "Telepon ini... Kamu yang menelepon sendiri?" tanya Bai Yanshen sambil menatap pemandangan di luar jendela dengan mata menyipit.

"Tentu saja aku yang menelepon sendiri. Kalau tidak, memangnya kamu kira ini siapa?" Mo Jintian balik bertanya hingga membuat Bai Yanshen terdiam sejenak.

"Ada apa?" tanya Bai Yanshen.

"Baibai, pasti kamu tidak pernah merasakan bagaimana rasanya tidak dianggap oleh seorang ayah," kata Mo Jintian dengan sedih.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Bai Yanshen sambil menyipitkan matanya. Ekspresi wajahnya tiba-tiba menjadi serius dan ia membatin, Apa yang terjadi pada pria kecil ini?

"Ayahku bilang aku tidak seharusnya memanggilnya dengan sebutan ayah."

"Kenapa dia berkata begitu?" tanya Bai Yanshen dengan suara dingin.

"Tadi dia menggertak Susu, lalu aku mengambil pedang-pedanganku untuk menyelamatkannya. Tapi, dia mencibirku dan berteriak jangan memanggil ayah. Bahkan, dia mengatakannya dengan begitu marah. Kalau tidak, mana mungkin aku berkata seperti ini. Jika dia berkata seperti itu, bukankah itu berarti dia begitu membenciku?"

Bai Yanshen tidak pernah menghibur seseorang, terutama anak-anak. Sekarang ia benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghibur Mo Jintian sehingga ia tidak mengatakan apa-apa dan hanya mendengarkan Mo Jintian.

"Dia pasti sangat membenciku. Karena itu, dia tidak pernah memelukku. Sebenarnya, aku sangat ingin dia memelukku. Ayah lain saja mau memeluk dan bermain kuda-kudaan bersama anaknya. Tapi, aku tidak pernah begitu," kata Mo Jintian. Ia biasanya berkata seperti ini sambil emosi, tapi saat ini ia bahkan lupa bagaimana caranya menggeram.

"Suatu hari nanti, pasti akan ada kesempatan itu," kata Bai Yanshen untuk menenangkan hati Mo Jintian yang sedang terluka.

"Tidak akan ada kesempatan. Aku dengar, Susu sepertinya akan bercerai dengannya. Meskipun dia tidak setuju, aku tahu Susu tidak akan berubah pikiran jika sudah memutuskan sesuatu. Tidak lama lagi, mereka pasti akan bercerai. Setelah mereka bercerai, lebih tidak mungkin lagi bagiku punya kesempatan seperti itu."

"Aku bisa membantumu menunggang kuda."

"Benarkah? Kamu benar-benar mau main kuda-kudaan bersamaku?"

"Iya. Sekarang, bagaimana keadaan Susu?" tanya Bai Yanshen untuk mengganti topik pembicaraan. Sebenarnya, inilah hal yang terpenting.

"Susu mungkin sedikit kaget dan dia tertidur. Aku diam-diam keluar dan meneleponmu. Pakaiannya disobek Ayah. Untung tadi aku cepat-cepat keluar. Kalau tidak, aku tidak tahu bagaimana jika Ayah memukul Susu."

Mo Jintian yang baru saja merasakan senang langsung kembali kesal.

"Susu masih terluka dan dia turun tangan. Sebenarnya, aku tidak ingin mereka bercerai karena jika mereka bercerai, aku akan menjadi anak yatim. Meskipun tidak ada bedanya jika aku punya ayah atau tidak punya ayah, aku selalu ingin punya ayah. Tapi, kalau begini, Susu selalu sedih. Lalu, aku harus bagaimana?"

Ketika Bai Yanshen mendengar bahwa Mo Xigu menyobek pakaian Su Xiqin, seketika wajahnya menjadi dingin. Aura dinginnya terpancar hingga ke segala penjuru dan membuat orang-orang tidak bisa menahan rasa terkejut mereka. Mereka pun berpikir, Siapa yang mengganggu Tuan Bai lewat telepon? Jika begini, hari ini tidak akan berakhir dengan baik.

"Masalah ini, aku tidak bisa membantunya. Kamu pikirkan saja pelan-pelan," kata Bai Yanshen dengan dingin.

Mo Jintian terdiam sejenak, lalu berkata, "Meskipun orang dewasa agak rumit, biasanya anak akan ayah setelah orang tua bercerai. Jika Susu tidak bisa mengambilku meskipun aku ingin ikut dengan Susu, apa yang harus aku lakukan?" Anak itu berpikir sejenak, lalu melanjutkan, "Aku tahu Ayah punya banyak uang, sedangkan Susu tidak. Sama seperti yang di televisi. Orang yang tidak punya uang tidak akan bisa melawan orang yang punya uang. Baibai, aku harus bagaimana agar bisa membantu Susu?"

"Bukankah kamu baru saja bilang bahwa kamu tidak ingin mereka bercerai?" Bai Yanshen membalik pembicaraan Mo Jintian.

"Tapi, dia menyakiti Susu. Jadi, aku akan mengikuti apa keinginan Susu."

Bai Yanshen hanya terdiam. Lalu, Mo Jintian bertanya lagi, "Menurutmu, apa yang harus aku lakukan?"

"Jangan khawatir. Kamu pasti bisa bersama dengan Susu," kata Bai Yanshen dengan hangat.

"Benarkah??"

"Iya. Kamu jaga Susu baik-baik. Kalau ada masalah, kamu boleh menghubungiku."

"Tentu saja aku akan menjaga Susu dengan baik. Tapi, aku masih demam?"

Bai Yanshen mengerutkan dahinya dan tidak menjawab pertanyaan Mo Jintian. Ia malah bertanya, "Haruskah aku menyuruh seseorang untuk memasakkan sesuatu untuk kalian?"

"Tidak, tidak... Susu tidak akan mau menerima bantuan orang begitu saja. Meskipun kamu adalah temanku, Susu memiliki prinsip yang kuat dan tidak akan menyetujuinya. Bisa saja dia akan marah kepadaku. Aku akan menelepon Bibi Xixi. Bibi Xixi adalah teman baik Susu. Jika dia yang datang kemari untuk membantu, Susu tidak akan marah. Terima kasih atas tawaranmu, Baibai. Setelah begitu banyak biacara denganmu, suasana hatiku sedikit membaik."

Setelah mendengar kata-kata Mo Jintian, Bai Yanshen tanpa sadar berkata, "Jika ada masalah, kamu bisa mencariku kapan saja. Tapi, saat kamu mencariku, jangan sampai Susu tahu."

"Iya, aku tahu. Aku pasti tidak akan membiarkan Susu mengetahuinya. Baiklah. Dah, Baibai."

Setelah Bai Yanshen menutup telepon, tatapannya menjadi muram. Ia memandang ke arah jendela untuk beberapa saat sebelum berbalik badan dan kembali ke posisinya semula. Kemudian, ia berkata, "Pertemuan hari ini cukup sampai sini."

Setelah menutup rapat, Bai Yanshen berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu. Semua orang menghela napas lega. Untung saja pertemuan ini diselesaikan karena jika tidak, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi.

Bai Yanshen kembali ke ruangannya dan duduk di kursi eksekutifnya. Jiang Cunyu yang saat itu mengikutinya tidak tahu kenapa Bai Yanshen tiba-tiba berubah seperti itu. Beberapa saat kemudian, perintah dingin keluar dari mulut Bai Yanshen, "Asisten Jiang, blokir semua akses kerja sama yang berhubungan dengan Perusahaan Mo."

Próximo capítulo