webnovel

Pantatku Sakit

Editor: Wave Literature

Ye Fei mengerutkan bibirnya sambil menatap pria tampan itu dengan berkaca-kaca. Ia menarik ingusnya dengan keras dan air matanya terus bergulir, tapi ia tidak pernah membiarkannya air mata itu jatuh. Ia berusaha keras untuk tidak menangis. Saat Su Mohan melihat Ye Fei seperti ini, hatinya melunak dan ia menarik kepala mungil Ye Fei ke dadanya. "Jangan menangis," ujarnya sekali lagi. Tampaknya Su Mohan takut jika ia telah menakut-nakuti Ye Fei, sehingga ia menambahkan, "Bagus."

"Jangan buang aku," kata Ye Fei. Ia masih mengedipkan kedua matanya. Air matanya yang ingin keluar tidak pernah menetes karena terus-menerus ia tahan.

Tatapan Ye Fei yang sedemikian rupa membuat Su Mohan merasa sedikit lebih tertekan daripada saat ia terus-menerus menyeka air mata wanita itu. Namun, ia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun yang kejam setelah mendengarkan kata-kata Ye Fei yang lembut dan manis. "Baik, tidak aku buang," kata Su Mohan.

Ye Fei bersandar di dada Su Mohan lagi, berbisikan lembut, dan perilakunya tampak sangat imut. Ia tahu persis gestur seperti apa yang paling disukai. Jelas, ia berakting dengan baik dan berharap bisa memperbaiki kegilaannya yang sebelumnya agar pria ini tidak membenci.

Su Mohan tidak tahu apa yang terjadi padanya. Ia biasanya membenci wanita yang menangis dan bahkan tidak cukup sabar untuk mengatakan beberapa patah kata. Namun, ketika ia melihat Ye Fei menangis hari ini, ia merasa hatinya sakit. Bahkan, ia kesal saat melihat wajah Ye Fei berlinangan air mata.

Tak lama kemudian, terdengar ketukan keras di luar pintu dan diikuti seruan, "Tuan, saya Chu Zheng."

Su Mohan mengambil selimut dan menutup paha Ye Fei untuk berjaga-jaga karena roknya terlalu pendek. Ia tidak mau membiarkan cahaya musim semi itu sembarangan terlihat. Kemudian, ia menjawab, "Masuk." 

Chu Zheng, seorang asisten khusus yang mengenakan pakaian kerja dan membuatnya terlihat cerdas, segera membuka pintu dan masuk ke ruangan. Ia membawa seorang pria tampan yang membawa kotak obat dan meninggalkan beberapa pria berpakaian hitam-hitam di luar untuk menjaga pintu. "Tuan, Dokter Huang…"

Chu Zheng belum selesai berbicara, namun matanya hampir copot saat melihat wanita yang duduk di pangkuan Su Mohan sambil memeluk leher tuannya. Sebelum ia bisa melihat penampilan gadis itu, tatapan tajam yang memotong keheningan mendarat padanya. Chu Zheng langsung tergesa-gesa menunduk dan memandang sepatu kulitnya. Ia juga masih bertanya-tanya tentang siapa yang terluka. Ia telah bersama Su Mohan begitu lama, namun ia belum pernah melihat seorang wanita duduk di pangkuan tuannya dengan manja.

Dokter Huang mengenakan kacamata dan membawa kotak obat, lalu berjalan ke arah Su Mohan dan bertanya dengan hormat, "Apakah Tuan Su tidak enak badan?"

Su Mohan tidak menjawab dan hanya menatap Ye Fei di lengannya. Ye Fei menatap Dokter Huang dengan mata berkaca-kaca. Ye Fei membuka mulutnya, namun akhirnya tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dokter Huang mengusap keringat di dahinya saat melihat tampang Su Mohan yang tidak senang, lalu bertanya lagi, "Bagian mana yang sakit, Nona?"

Ye Fei menatap Dokter Huang untuk waktu yang lama. Pada akhirnya, ia menarik kembali pandangannya dan menatap Su Mohan dengan sedih. Su Mohan menghiburnya dengan lembut, "Beritahu padanya bagian mana yang sakit. Dengarkan apa kataku."

Chu Zheng langsung tercengang saat mendengar nada suara Su Mohan sampai dagunya hampir jatuh ke tanah. Ia benar-benar tidak bisa menahan diri untuk diam-diam melihat dan menatap Ye Fei. Kemudian, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya lagi dan mengingat informasi tentang wanita itu dalam benaknya.

Wajah Ye Fei berubah sedikit memerah. Ia menatap mata gelap Su Mohan sejenak, lalu menatap Dokter Huang. Beberapa orang di ruangan itu memperhatikan tubuh Ye Fei.

"Aku…" Ye Fei baru mengatakan sepatah kata, tapi semua orang langsung mendengarnya dengan saksama. Ye Fei benar-benar menciut, namun bukan karena ia tidak ingin diperiksa dokter. Hanya saja, ia merasa agak canggung jika harus memberitahu di hadapan tiga pria dewasa itu. "Pa… Pantatku sakit."

Próximo capítulo