Kuedarkan pandanganku, dan ternyata benar. Semua orang tampak mengintai dari langit-langit rumah ini. Mata Sujiwo agaknya melebar, ujung bibirnya tampak berkedut. Dia tampak menyeringai memandangku seolah menantang. Seolah-olah, dia ingin menggertakku kalau sekarang dia sudah berhasil mengepungku, dan bisa dipastikan mungkin aku akan mati sekarang.
"Kenapa kamu diam, Arjuna Hendarmoko? Oh… bukan, bukan, Juragan Arjuna Hendarmoko?" tanya Sujiwo dengan mimik wajah menantangnya.
Tapi aku membalasnya dengan senyuman, orang seperti Sujiwo jika kita tampak ketakutan, dia malah akan semakin menantang.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com