Dasar, mereka. Pintar benar memperdaya Suwoto. Mereka ndhak tahu, apa, toh, jika Suwoto ini adalah tangan kananku. Bagaimana bisa, ibaratnya saja, pembunuh, malah disuruh-suruh bawa kayu bakar seperti ini. Pasti, perempuan-perempuan berkebaya khas orang zaman dulu itu cekikikan, sembari melihat Suwoto kuwalahan membawa kayu bakar. Sebab jelas, tepat di belakang kebun Paklik Sobirin baru saja menebang pohon yang sudah tua, dan mungkin kayunya sudah layak untuk dibuat memasak.
"Mungkin mereka jatuh hati kepadamu, itu sebabnya mereka suka cari perhatian. Ah, biasa... perempuan," kubilang.
Suwoto berjalan, dan aku pun berjalan di sampingnya. Menikmati lalu-lalang orang-orang, sembari menghirup udara segar.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com