webnovel

Special Gift for My Beautiful Fiancee, Jane Loghter

Aku memasang ekspresi datar ketika merasa kebingungan dengan apa yang berada di hadapanku sekarang, kupikir undangan makan malam itu hanya tipuan Charlotte semata, tetapi sekarang kakek sudah duduk di kursinya dan menatapku sambil tersenyum. Semua orang sudah berada di sini, bahkan ayahku pun turut hadir malam ini. "Charles....akhirnya kau tiba juga, tepat waktu. Sempurna!" seru kakek dari tempatnya, sontak saja aku sedikit menundukkan kepalaku untuk memberikan hormat, yang lain pun nampak memancarkan rasa senang dari mata mereka karena kehadiranku. "Oh...kakak ku, aku pikir kau akan terlambat karena penerbangan mu hari ini pasti melelahkan. Akan tetapi tidak apa, aku senang sekali kau sudah berada bersama kita." ujar Lourine yang merupakan adik perempuan Charlotte, meskipun aku tidak membencinya sebesar aku membenci Charlotte, gadis itu tetap saja membuatku muak seperti semua orang di keluarga sialan ini. Albert memintaku untuk segera duduk di samping ayah ku, lantas ia keluar setelah memberikan salamnya pada kakek dan ayah.

"Aku senang saat mendengar berita pernikahan mu, Charles. Percaya atau tidak semua orang di rumah besar sangat terkejut sekaligus bahagia, mungkin setelah ini kau sebaiknya menghabiskan waktumu bersama sama" kali ini adalah James yang berbicara, usia kami hampir sama hanya saja aku lebih tua beberapa bulan darinya. Hanya pada James lah aku bisa mencurahkan sedikit perhatianku, sambil tersenyum kecil aku membalasnya, "Tentu jika saja aku bisa menghabiskan satu malam bersama banyak orang, sayang sekali aku selalu merasa muak dan pusing ketika dikerubungi banyak orang. Terlebih seorang penipu maupun mantan narapidana." tanganku langsung dicekal oleh ayah, aku jelas tahu persis betapa tidak menyenangkannya membicarakan hal tersebut. Akan tetapi kita tidak akan pernah tahu rencana musuh sebelum mencari informasinya sendiri, "Hm...Charles....Charles kau masih belum berubah. Kau masih hidup nyaman dengan mulut harimaumu itu, sekarang lebih baik kita memulai acaranya dari pada mendebatkan hal yang tidak mengenakkan," sanggah Kakek, aku lagi lagi tersenyum. Tentu saja beliau akan mencoba menenangkan emosi orang orang yang baru saja ku sindir.

Di pertengahan kegiatan makan malam, Charlotte mengusikku untuk kesekian kalinya, "Jika kau punya waktu pertemukan lah aku dengan kekasihmu itu, aku....ah tidak, semua orang ingin tahu siapa sebenarnya Jane Loghter itu? Dari keluarga manakah dia berasal atau seberapa menarik entah penampilan atau prestasinya." Inilah saat ketika aku akhirnya bisa membanggakan sosok Jane setelah sekian lama, aku tidak tersenyum sedikitpun. Suaraku terdengar dingin dan mengandung kesombongan didalamnya, "Ayahnya adalah mantan Kapten pasukan khusus, ibunya seorang dokter bedah. Kakak pertamanya memiliki pekerjaan yang sama dengan sang ayah, jabatannya adalah Letnan Kolonel. Kakak keduanya baru saja menikah dengan salah satu konglomerat dan untuk tambahan ia baru saja menjadi seorang profesor." sejenak ku hentikan kalimat ku dan meletakkan alat makan ku dengan rapi, "Jane sendiri adalah seorang dokter bedah, pekerjaan keluarga mereka memang hanya berkecimpung dalam bidang militer atau kedokteran. Dan jika kau bertanya apakah ia adalah seorang wanita yang cantik? Tentu saja, parasnya secantik prestasinya, melebihi dirimu, Charlotte ku."

Aku tidak berharap banyak tentang respon mereka, hanya saja hampir semua orang terdiam dan mendengarkan secara saksama apa yang aku sampaikan, Charlotte sendiri dengan tenang melanjutkan makannya. Penipu ini memang sulit untuk ditaklukkan bagiku sekalipun, aku tidak bisa langsung menyerangnya dengan cara marah marah ataupun kekerasan fisik. "Pilihan kakek memang yang terbaik, tetapi yang harus kau pastikan sekali lagi adalah tentang perasaanmu sendiri. Ayah tidak mau mendengar berita perceraian mu dengan Jane," sejenak hanya sejenak jantungku berdetak tidak wajar, aku mengangguk. "Aku sungguh yakin dengan perasaanku Ayah, amat sangat yakin jika aku (tidak) menginginkannya disisi ku," sekali lagi aku berbohong. Pembicaraan tentang pernikahanku berhenti begitu saja, Kakek lebih banyak diam padahal beliau adalah orang yang cerewet. Aku adalah orang yang duduk tepat di samping kakek setelah ayah, "Apa kakek tidak menyukai makan malam hari ini? Tenang saja, kek. Aku akan mengajakmu entah itu makan siang atau makan malam bersamaku juga ayah dan ibu." bisik ku pada kakek.

"Tentu tentu, kau memang harus merencanakan hal tersebut, Charles. Hahaha....pewaris ku yang sangat membanggakan ini, kau tetap Charles kecil ku meskipun sekarang usiamu telah menginjak kepala tiga."aku dan ayah turut tertawa karena kelakuan kakek, sudah menjadi aturan tidak tertulis di keluarga kami. Jika, tidak boleh ada satupun pasangan putra ataupun putri mereka yang diijinkan hadir dalam perjamuan keluarga. Hanya ada putra putri beserta cucunya lah yang akan kalian temukan saat seluruh keluarga berkumpul. "Ah..ya jangan lupa untuk mengundang Jane juga saat kita akan makan bersama di Inggris."

"Apa yang kakek maksud dengan Jane yang hadir dalam perjamuan keluarga?" tanya Charlotte. Kakek menatapnya sedikit merendahkan lantas menjawabnya dengan nada tidak suka, "Jane akan segera menjadi menantu keluarga ini. Seperti hak yang kuberikan pada Livia sebagai ibu Charles, Jane pun akan memiliki hak untuk hadir dalam setiap perjamuan keluarga kita, karena aku sangat menyukai wanita itu sangat menyayanginya seperti aku menyayangi Charles."

"Tetapi menantu pertama dari cucu cucu kakek adalah Roxy, tetapi kakek tidak pernah mengundangnya,"

"Aku membicarakan tentang para pewaris kekayaan keluarga, bukan tentang siapa yang pertama kali menikah dan mendapatkan anak" tandas kakek yang membuat suasana semakin buruk saja, hatiku dipenuhi kegembiraan karena bukan hanya aku yang 'menyerang' orang orang munafik ini. Ternyata kakek juga menyadari betapa menjijikkannya mereka yang hanya menumpang nama Fitzwiliam dibelakang nama mereka. "Kalau kau mau mendapatkan hak seperti itu, cobalah lebih keras setidaknya sampai kau benar benar layak menyandang marga Fitzwiliam dibelakang namamu, Endrew." ujarku pada laki laki yang telah mengajukan pertanyaan konyol pada kakek barusan. Hm....dia orang yang sama yang ku maksud sebagai mantan narapidana, dia dipenjara selama lima tahun karena menggelapkan dana perusahaan. Aku sangat kesal jika mengingatnya, karena ulahnya tersebut aku dan ayah harus mati matian bekerja siang dan malam. Tanpa aba aba aku langsung berdiri dan mengucapkan terimakasih untuk makanannya pada kakek dan ayah lantas berpamitan.

Albert menungguku dengan tenang bersama sebatang rokok di belahan bibirnya, sengaja kuambil puntung rokok tersebut dan menginjaknya sampai mati. "Aku membayar mu untuk bekerja Albert, dan menjaga nama baik perusahaan adalah bagian dari pekerjaanmu. Ah...aku sudah selesai, ayo kita kembali sekarang."

"Charles sialan, aku tahu kau selalu menyimpan dendam mu." balas Albert sembari menyusul ku yang beberapa langkah didepannya dengan suasana hati yang baik. Jane pasti sudah menerima hadiahku sekarang, akhirnya foto foto lama itu bermanfaat juga setelah ku simpan bertahun tahun .

.

.

.

.

.

Jane PoV

.

.

.

.

.

.

"Pria yang romantis, entah kenapa kau sangat cocok dengan sifat apapun, Charles. Arogan, ambisius, dingin, romantis, bijaksana, segalanya sangatlah sempurna jika kau yang melakukannya," gumam ku seorang diri. Kubuka paper bag yang diberikan oleh Jessi sebelumnya, memang benar isinya adalah sebuah kalung berlian yang sangat cantik. Akan tetapi lebih dari itu, sebuah memori card terselip didalamnya. Dengan segera aku membukanya di laptop, suatu hal yang tak pernah ku sangka muncul. Isinya adalah kumpulan foto foto kami semasa sekolah dulu, aku yang tersenyum dari kejauhan, aku yang mengernyit karena sesuatu, aku yang menangis karena terjatuh, aku yang tampak sangat serius saat sedang belajar, dan aku juga Charles yang berfoto bersama dan tampak bahagia. Semuanya terlalu menggembirakan untuk menjadi sebuah jalur hidup yang sempurna.

Próximo capítulo