-18.45 p.m.-
Ryodan bersama dengan kedua sandera mereka sedang menuju ke hotel. Mereka berjalan menyeberangi zebra cross yang di penuhi orang lain yang juga sedang menyeberangi zebra cross. Baik Gon maupun Killua hanya diam mengikuti Ryodan. Mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.
Gon : (Bagaimana sekarang? Kalau sudah tertangkap begini, tidak ada gunanya lagi untuk menangkap Pakunoda.)
Killua : (Dengan keadaan sekarang, jika aku jadi Kurapika, aku akan merubah target. Jika aku ingin menghancurkan Ryodan, aku akan mengincar bossnya. Lalu aku juga tidak perlu terlalu khawatir karena Senritsu pasti akan memberitahu Kurapika mengenai di mana kita akan di bawa pergi.)
Di balik ekspresi wajahnya yang datar dan sikapnya yang tenang, Lucia tersenyum. Dengan jarak beberapa meter dari belakang yang cukup jauh, dia menyadari keberadaan Kurapika yang menyamar sebagai orang lain bersama dengan Senritsu sedang mengikuti mereka.
Tidak lama kemudian, Chrollo dan lainnya tiba di hotel. Pintu lobby terbuka. Ryodan memasuki lobby hotel. Leorio yang sudah tiba duluan sedang berpura-pura menjadi tamu dan duduk santai di sofa sambil membaca koran supaya bisa menutupi wajahnya.
Suasana tegang mengelilinginya. Dari balik koran, dia sedikit tersentak kaget karena melihat Killua dan Gon telah di tahan oleh Ryodan. Nobunaga yang sejak tadi menunggu menyambut kedatangan Chrollo.
Nobunaga : Oh, boss! Kau akhirnya tiba!
Chrollo : Apa menemukan target?
Pakunoda : Tidak.
Chrollo : Baiklah. Kita tinggal menunggu Phinks dan lainnya di sini.
Chrollo dan Shizuku bersandar di pilar dinding besar yang menghadap ke arah tangga lobby. Machi yang membawa Gon berdiri beberapa meter di depan Leorio yang sedang duduk santai di sofa. Sedangkan Killua yang dibawa oleh Lucia berdiri di samping Machi. Pakunoda berjalan mendekati Machi dan Lucia.
Pakunoda : Kalian tertangkap lagi bocah?
Mendengar pertanyaan Pakunoda, Nobunaga langsung tersadar dengan keberadaan Killua dan Gon, seketika itu juga wajahnya menjadi cerah. Dia langsung mendatangi mereka.
Nobunaga : Oh! Apa ini?! Kalian berdua ditangkap lagi?! Hehe (menyeringai lebar)
Killua : Ew...
Setelah itu, Killua langsung memalingkan wajahnya ke arah samping. Gon hanya menatap lurus tanpa ekspresi ke arah depan.
Nobunaga : Aku mengerti sekarang. Kalian pasti sudah berubah pikiran dan ingin bergabung dengan Ryodan ya? (tersenyum percaya diri)
Killua : Tidak. Uang hadiah kepalamu itu telah dibatalkan. Tapi kita tidak tahu. Lalu aku bertujuan menemui Luci dan mengajaknya pulang. Itu saja.
Sekilas Nobunaga melirik ke arah Lucia yang sedang sibuk melihat ke kantongan kertasnya.
Nobunaga : Jadi, kalian yang mengikuti kita dari belakang itu? Boleh juga kemampuanmu itu! Hehe... Tapi lagi-lagi kau kalah dipermainan mengejar! Menyedihkan! Tapi itu namanya nasib! (menyeringai lebar)
Nobunaga berjongkok sambil menepuk kepala Killua dan Gon. Lucia yang merasa jengkel dengan semua perkataan dan perlakukan Nobunaga terhadap Killua dan Gon sengaja bersuara dengan keras supaya perkataan Nobunaga teralihkan.
Lucia : Paku, Paku! Lihat aku membeli banyak kue kesukaanmu!
Pakunoda : Oh, kue apa?
Nobunaga sedikit tersinggung dengan tindakan sikap Lucia.
Nobunaga : Oi, kora! (Hei, kau!)
Lucia mengabaikan Nobunaga dan mengeluarkan beberapa snack kue dari kantongan kertas yang dia pegang sejak tadi dan memberikan satu kue mochi ke Pakunoda dan satu kue kering ke Kortopi. Lalu menatap Nobunaga dengan sinis.
Lucia : Hmph! Tidak ada untukmu!
Nobunaga : Hah?! (menahan emosi)
Lucia mengulurkan lidahnya untuk mengejek Nobunaga. Dia sengaja memancing emosi Nobunaga. Seketika itu juga, pertengkaran kecil pun terjadi di antara mereka.
Leorio : (Lucia, ternyata dia akrab sekali dengan mereka...)
Lucia tahu seseorang yang sedang berpura-pura membaca koran itu adalah Leorio. Dia menghentikan pertengkarannya lalu tersenyum.
Lucia : Baiklah, karena aku lagi baik hati, kali ini kau kumaafkan ya, Nobu! Ini buatmu. Terus berhentilah mengajak mereka bergabung ke dalam Ryodan!
Nobunaga : Tunggu! Memangnya kenapa?!
Lucia : Kau tahu kan, aku tidak pernah mengatakan perkataan yang sudah pernah kukatakan untuk kedua kalinya.
Nobunaga : Cih!
Nobunaga masih belum menyerah juga. Sekali lagi, dia kembali mencoba membujuk Killua dan Gon.
Nobunaga : Nah, kalau begitu ayo kita menjadi teman! (tersenyum ramah)
Killua : Tidak sudi!
Nobunaga : Kenapa tidak?!
Killua : Awalnya tujuan kita hanyalah uang hadiah. Bahkan aku tidak ingin melihat wajahmu sama sekali!
Killua memalingkan wajahnya ke samping dan menutupi matanya.
Gon : (Alasan yang bagus!)
Nobunaga melihat ke arah Gon.
Gon : Aku juga begitu!
Gon juga ikut-ikutan meniru gaya Killua. Lucia tersenyum senang.
Lucia : (Wah, mereka pintar berakting.)
Seketika Nobunaga tidak dapat berkutik dengan tingkah Gon dan Killua, dia pun tersenyum kaku.
Killua : (Sialan. Suasananya menjadi cukup ketat!)
Nobunaga bangkit dan melihat ke arah Chrollo.
Nobunaga : Bagaimana, boss? Seperti yang kukatakan di markas, bukannya mereka anak baik? Mereka seperti Uvo itu yang tidak takut dengan orang.
Machi : Itu karena mereka anak-anak, jadi mereka tidak takut apa-apa.
Chrollo melirik ke arah Nobunaga lalu ke arah Killua, Gon dan juga Lucia yang berada di belakang Nobunaga. Lucia yang menolak memberikan gerakkan pada kedua tangannya bertanda silang yang berarti "tidak boleh." Chrollo hanya diam karena dia mempunyai pemikiran sendiri.
Chrollo : Paku, coba periksa kembali keduanya sekali lagi.
Killua dan Gon tersentak kaget.
Pakunoda : Oke. Apa yang ingin kau tanyakan?
Chrollo : Apa yang mereka sembunyikan?
Chrollo menatap tajam ke arah Killua dan Gon yang masih menutupi mata mereka.
Killua : (Sialan, pertanyaan yang licik!)
Lucia tahu Chrollo sedang mencurigai sesuatu terutama pada dirinya. Chrollo sengaja melakukan hal ini supaya bisa melihat reaksi apa yang akan Lucia lakukan. Karena menurutnya si pengguna rantai ada hubungannya dengan mereka bertiga (Lucia, Gon dan Killua.)
Akan tetapi, Lucia tidak menunjukkan reaksi apapun. Dia seperti biasanya yang selalu bersikap sangat tenang dan cuek, karena dia sudah tahu dan menyadari trik Chrollo itu.
Chrollo : Apa kau setuju Lucia?
Lucia : Lakukan saja sesukamu.
Lucia dengan sengaja bersikap tidak perduli. Dia hanya menatap sambil menikmati kuenya. Belum sempat Pakunoda melakukan aksinya, tiba-tiba terdengar suara omelan Leorio yang dibuat-buat secara sengaja dan itu tampak sangat natural.
Leorio : BANGSAT! MEMANGNYA INI SUDAH JAM BERAPA YANG KAU PIKIRKAN, HAH?!
Lucia : (Nice timing, Leorio!)
Killua dan Gon yang mengenali suara keras tersebut, refleks langsung melihat ke arah sumber suara yang terdapat tepat di depan mereka. Perhatian anggota Ryodan lainnya juga ikut teralihkan sepenuhnya. Tampak Leorio membanting korannya di atas meja dengan kesal. Gon dan Killua sedikit tersentak kaget.
Gon dan Killua : (Leorio!)
Lucia tersenyum licik cukup lebar ketika melihat Leorio sedang berakting dengan cukup bagus. Leorio sengaja berteriak marah di teleponnya supaya Gon dan Killua bisa mendengarnya.
Leorio : Bodoh! Ini bukan Beiroku! Ini hotel Bei Chi Taku!
Leorio sengaja menekan dan mengucapkan satu per satu nama hotelnya. Dia sengaja memasang wajah yang sangat garang.
Leorio : Bagaimana mungkin kau mendengar hal itu salah?! Kau selalu seperti ini!
Killua dan Gon yang kebingungan hanya diam dan memerhatikan Leorio. Mereka mendengar perkataan Leorio dengan sesakma. Leorio yang menyadari dirinya sedang ditatap pun melihat ke arah Gon dan Killua. Dia sengaja membuat tampang segarang mungkin dan tatapan ingin membunuh orang yang biasanya dilakukan oleh para mafia itu.
Leorio : Nani miten da kora! (Apa yang kau lihat hah brengsek?!) Mau berkelahi, huh?!
Shizuku : Haruskah kusingkirkan dia?
Chrollo : Abaikan saja dia. Jangan menatapnya.
Chrollo melihat ke arah lain. Shizuku pun mendengarkan perintah Chrollo lalu melihat ke arah lain. Sedangkan Gon dan Killua yang merasa aneh dan bingung pun menjadi sweatdrop dan sedikit tersenyum kaku. Sekilas Gon dan Killua saling bertatapan, seketika mereka seperti bisa saling bertelepati.
Gon : (Leorio, dia kenapa ya?)
Killua : (Entahlah. Apa yang dia lakukan sih?)
Leorio masih melanjutkan aktingnya. Dia menatap orang lain yang sejak tadi menatapnya yang duduk berada tepat di belakangnya.
Leorio : Oh! Oh! Oh! Apa yang kau lihat juga, hah?! Ini bukan tontonan untukmu tapi untuk si idiot ini, bangsat!
Buru-buru orang lain yang berada di belakangnya pun langsung melihat ke arah lain. Leorio kembali menaruh ponselnya di telinganya dan bersuara keras.
Leorio : Dasar! Masa depanku jadi suram! Oi idoit! Ini semua karena kurangnya tanggung jawabmu, anjing! Karena kerjaanmu itu tidak becus, semuanya menjadi "HITAM" di depan mataku!
Leorio kembali menekankan setiap kata-katanya terutama pada kata "hitam." Seketika itu juga, Gon dan Killua yang mengerti hal itu langsung tersentak kaget. Mereka seperti menyadari dengan perkataan Leorio. Lucia tersenyum.
Killua : (Ini...!)
Leorio : Dengar ya! Hanya kali ini saja akan kuanggap tidak terjadi apa-apa. Aku hanya akan pura-pura tidak melihat dan menghitamkan mataku sekali ini! Jika berikutnya kau gagal, maka kau tahu kan apa yang akan terjadi?! Dengarkan baik-baik, pukul 19.00 tepat! Datanglah ke hotel ini pada saat itu juga! Jika terlambat satu detik saja, aku akan memecatmu! AKU AKAN MEMECATMU LANGSUNG! (berteriak keras)
Killua dan Gon yang mengerti dengan arti dari beberapa kode yang diberikan oleh Leorio itu seketika langsung tersenyum.
Gon dan Killua : (Ini pesan!)
Leorio mematikan ponselnya dengan kesal dan memasukkan ponselnya ke dalam saku jasnya. Lalu kembali mengambil korannya dan membukanya dengan lebar supaya bisa menutupi wajahnya. Dari balik koran, Leorio yang merasa tegang pun menghela nafas berat.
Gon : (Semua hitam di depan mata... Pukul 19.00 tepat. Benar ini adalah sebuah pesan. Kurapika akan menyerang dalam keadaan gelap!)
Killua sedang bersiap-siap. Dia sedikit mengerakkan tangannya yang masih terikat oleh benang Nen.
Killua : (Sepertinya aku bisa langsung lolos dalam sekejap dari jeratan benang ini jika sedikit merubah dan melenturkan sendi yang ada pada jari-jariku ini. Ini akan memakan waktu sekitar 0.7 detik untuk penyerangan. Lalu butuh beberapa detik sebelum mata kembali beradaptasi terhadap gelap jika mati lampu secara tiba-tiba!)
Tiba-tiba terdengar suara Lucia yang melintas di kepala Killua.
"Onichan, tenanglah. Saat tiba-tiba gelap nanti, aku akan membantu menghalangi mereka supaya Kurapika bisa dengan mudah menyulik Lucilfer. Tapi sebagai gantinya kau dan Gon tidak akan bisa kabur sekarang."
Killua tersenyum cukup lebar.
Killua : "Baiklah... Jika sesuai perkataanmu itu, berarti aku masih punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Lalu, itu berarti kau berada dipihak kami, kan?"
Lucia tidak menjawab pertanyaan Killua, dia hanya tersenyum. Sebuah radio kecil yang sejak tadi ada di depan meja. Leorio dengan sengaja menghidupkannya dan memutar tombol volumenya dengan cukup keras.
Terdengar suara radio yang sedang memutarkan sebuah melodi musik yang berjudul "Moon Child." Leorio, Killua dan Gon melirik ke arah jam dinding yang ada tertempel di dinding resepsionis.
Leorio, Killua dan Gon : (Ato san pun! (Tinggal 3 menit lagi!))
Leorio, Killua dan Gon sedang menunggu kesempatan yang akan segera datang dengan sabar. Meskipun ekspresi wajah mereka terlihat sangat tenang. Akan tetapi, di balik koran, Leorio merasakan ketegangan dan ketakutan yang luar biasa besar. Kakinya juga sedikit gemetaran.
Walaupun radio sedang memutarkan melodi lagu yang indah, suasana tegang di antara Killua, Gon dan Leorio membuat mereka tidak bisa menikmati melodi lagu yang mengalun dengan indah ini. Untuk pertama kalinya mereka merasa waktu berjalan sangat lambat.
Sampai sekarang, hujan masih belum juga mereda. Terlihat semakin banyak tamu yang keluar dan masuk ke dalam hotel ini. Para pegawai hotel cukup sibuk melayani para tamu yang terus berdatangan untuk check in maupun check out.
Pakunoda : Jadi, apa yang kalian sembunyikan?
Pakunoda mengangkat satu tangannya ke atas secara perlahan dan mengarahkannya ke arah Killua dan Gon. Seketika itu juga, Killua dan Gon disadarkan kembali dengan kenyataan. Semua tatapan kembali tertuju kepada Pakunoda.
Killua : (Sialan, aku pikir dia sudah berhasil teralihkan tadi. Jika dia menyentuh kami, tidak hanya rencana kami saja yang akan terungkap melainkan semua ingatan kami juga... Ini buruk! Sedikit lagi! Waktunya sedikit lagi!)
Gon kembali melirik ke arah jam dinding.
Gon : (Bagaimana ini?! Padahal tinggal sedikit lagi! Waktunya tinggal satu menit lagi! Tapi...)
Radio : Moon Child berakhir. Program kami memiliki satu menit tersisa.
Dalam sisa waktu yang tersisa hingga mencapai pemadaman listrik yang akan terjadi tepat pada pukul 19.00. Killua sudah mempersiapkan dirinya untuk mencari kesempatan dengan melakukan sesuatu pada jari-jarinya. Sedangkan Gon, dia terus memikirkan bagaimana caranya supaya bisa lolos dari sentuhan Pakunoda maupun gengaman Machi.
Killua : (Baiklah, aku akan mencoba mengundur waktu dan mengalihkan perhatiannya.)
Pakunoda yang hendak mau menyentuh pundak Killua, tiba-tiba tangannya terhenti sejenak karena perkataan Killua.
Killua : Percuma. Tidak ada gunanya. Selama kau melakukan kontak dengan lawan, kau memiliki kemampuan untuk mengungkapkan memori mereka, kan?
Pakunoda : . . . . .
Killua : Bukannya kau sudah tahu kalau kami tidak punya apapun untuk disembunyikan. Kami tidak tahu apa-apa. Bahkan jika kita tahu sesuatu...
Tiba-tiba Pakunoda mencekik leher Killua dengan kasar.
Killua : Ah!
Pakunoda : Aku akan mengetahuinya jika menyentuhmu. Jadi diamlah.
Pakunoda mencekik dengan cukup kuat. Lucia yang melihat hal itu merasa kesal.
Lucia : Bukannya itu terlalu kasar, Paku?!
Pakunoda melirik ke arah Lucia yang berdiri di sampingnya.
Pakunoda : Dia tidak akan mati, Zero.
Killua : Ugh...
Gon melanjutkan perkataan Killua yang tadi tidak sempat diselesaikan oleh Killua.
Gon : Bahkan jika kita tahu sesuatu, kita hanya akan mencampurnya dengan ingatan acak lainnya.
Killua : I-itu... Benar.
Pakunoda merasa kesal dan juga mencekik Gon.
Gon : Ugh...
Pakunoda : Sepertinya kalian berdua keliru...
Pakunoda mendekatkan wajahnya ke arah Killua dan Gon.
Pakunoda : Ingatan yang akan aku ekstrak itu adalah yang paling murni yang ada terdapat paling terdalam dalam dirimu yaitu memori asli. Aku tidak akan mengambil gambar palsu yang kalian berdua buat. Pertanyaanku akan memicu ingatanmu, sama seperti melempar kerikil ke dalam kolam dan kenangan itu akan muncul kembali. Ingatan yang belum dirusak. Itulah tujuanku. Jadi percuma saja menipuku.
Radio : Waktu sekarang tepat pukul 19.00. Sampai jumpa lagi minggu depan.
Killua : (Sekarang saatnya!)
Pakunoda : Sekarang, jawab pertanyaanku. Apa yang kalian semー
Thup!
Tiba-tiba lampu padam. Seketika hotel menjadi gelap gulita.
Orang lain : Uwaa! Ada apa ini?! (heboh dan panik)
Seluruh orang terutama Ryodan kecuali beberapa dari mereka yang sudah tahu dengan pasti hal ini akan terjadi (Senritsu, Kurapika, Leorio, Killua, Gon dan Lucia) yang berada di dalam hotel terkejut karena terjadi pemadaman listrik yang diluar dugaan mereka.
Lucia tersenyum lebar. Belum sempat Pakunoda menggunakan Nennya untuk menyerap kenangan. Dia yang terkejut kehilangan fokusnya. Lucia, Killua dan Gon menghela nafas lega.
Killua : (Mieru! Yatsura mieteinai! (Aku dapat melihat! Mereka (Ryodan) belum bisa melihat!))
Dalam keadaan gelap gulita, hanya Gon, Killua dan Lucia yang bisa melihat karena sudah terlatih sejak dini segera melakukan aksi mereka. Terutama Gon yang lahir dan besar di hutan dan gunung yang sudah terbiasa dengan kegelapan.
Baik Killua dan Gon langsung menggunakan kesempatan ini untuk membalas, mereka berusaha keras melepaskan diri mereka dari ikatan benang Nen milik Machi. Killua berhasil melepaskan dirinya. Setelah itu, Killua langsung mematahkan satu lengan Pakunoda yang mencekik lehernya.
Pakunoda : Erk!
Lucia yang marah juga membantu Killua dan Gon untuk menyerang. Dia sengaja meninju perut Pakunoda dengan kuat.
Lucia : (Ini balasan karena kau telah melukai Killua, sialan!)
Pakunoda : Ugh!!
Tidak hanya mendapatkan sebuah tinju dari Lucia, Gon juga menendang keras dagu Pakunoda sehingga langsung sedikit termundur ke belakang.
Machi : Bocah di sebelah kanan (Killua) telah lolos!
Machi mulai panik karena Killua telah lolos dari tangannya.
Machi : Mienai! (Aku tidak bisa melihat!)
Tiba-tiba Killua meluncurkan sebuah serangan kilat dengan cara menendang kuat ke arah perut sebelah kiri sehingga terdengar adanya suara patah tulang.
Kretek!
Machi : Ugh!!
Lalu dengan segera Killua menusukkan kuku jarinya yang tajam ke arah dada Machi dengan keras.
Machi : Argh!
Killua bermaksud mau mencongkel keluar jantung Machi, akan tetapi gagal karena terhalang otot dadanya yang keras. Machi yang kesal dan kewalahan menggertakkan giginya tanpa suara.
Machi : Tsk! (Jadi sejak tadi mereka menunggu kesempatan ini?!)
Di samping itu, Gon yang masih belum sepenuhnya terlepas dari benang Nen Machi masih berusaha untuk kabur, akan tetapi Machi berusaha mengontrol benangnya supaya tidak longgar dan terlepas. Dia menarik benangnya.
Gon : Aahhh!!
Killua : Gon!!
Machi : Aku tidak akan membiarkan yang sebelah kiriku (Gon) kabur! Zero bantu aku!
Lucia : Aku tidak bisa melihat! (berpura-pura)
Sedangkan anggota lainnya juga kebingungan. Mereka sama sekali tidak bisa melihat dan bergerak dalam keadaan gelap pun tidak dapat menyerang secara sembarangan. Nobunaga hanya memegang pedang katananya.
Nobunaga : Kusso! Nani mo mienee! (Sialan! Aku tidak dapat melihat apa pun!)
Lucia tersenyum lebar. Dia tahu Nobunaga akan segera memasang Ennya, lalu menarik keluar pedangnya jika ada musuh yang bergerak memasuki wilayahnya. Sebelum itu terjadi, dengan cepat Lucia menonjok sekali ke arah wajah Nobunaga dengan kuat.
Lucia : (Ini adalah pukulan untukmu karena kau juga sama menyebalkannya, Nobunaga!)
Nobunaga : Arggghh!!! Hidungku!!!
Darah pun mengalir melalui hidung Nobunaga.
Pakunoda : Nobunaga, kau tidak apa-apa?!
Lucia : (Sebaiknya kau khawatirkan saja dirimu sendiri, Paku!)
Lucia tersenyum licik sambil melayangkan tendangannya ke arah perut Pakunoda.
Nobunaga : Sialan!!! Beraninya!!!
Karena merasa tidak begitu puas, sekali lagi Lucia ingin menendang wajah Nobunaga. Akan tetapi, dengan instingnya, dia menghindar dengan menundukkan kepalanya ke bawah.
Lucia : (Ha! Dia bisa menghindar?! Refleks yang bagus tapi bagaimana dengan ini?!)
Lucia sengaja menyerang kaki Nobubaga, dia menggunakan tendangan low kick yang dulu pernah dia mainkan di sebuah game.
DRUAK!!
Terdengar suara yang cukup keras orang yang terjatuh di lantai dan ternyata Nobunaga terbanting ke lantai.
Nobunaga : Gyaaaak!
Nobunaga berusaha berdiri dengan menggunakan pedangnya untuk menahan tubuhnya. Nobunaga yang marah karena dipermainkan langsung mengaktifkan Ennya.
Nobunaga : En!
Lucia yang masih belum merasa puas juga, dia hendak mau meninju wajah Nobunaga sekali lagi. Akan tetapi, Lucia langsung mengurungkan niatnya karena menyadari keberadaan Kurapika. Lucia tersenyum lebar.
Nobunaga yang merasa ada pergerakan hendak mau menangkap musuhnya, akan tetapi tiba-tiba ada sebuah pisau dengan kecepatan tinggi yang terbang ke arah Nobunaga.
Pisau itu menancap ke arah pilar dinding dan hampir mengenai wajah Nobunaga. Nobunaga terkejut. Kemudian dia langsung melihat ke arah datangnya pisau terbang itu.
Nobunaga : Datangnya dari pintu masuk ya (bergumam) Siapa itu! Beraninya kau! (berteriak)
Shizuku yang sudah mulai terbiasa dengan kegelapan berjalan perlahan-lahan dan melihat ke arah sekelilingnya. Dia merasa ada yang aneh.
Shizuku : Hey. Orang yang tadi marah-marah di telepon yang duduk di sofa sebelah sana tidak ada. Apa dia rekan mereka?
Nobunaga : Dari situasi saat ini, dia tidaklah penting. Yang terpenting adalah kita berhasil mengamankan keduanya! Lalu mata kita juga akan mulai terbiasa dengan kegelapan ini.
Machi : Tenang saja. Di aku ada satu. Zero?
Lucia : Aku juga!
Gon dan Killua : Ugh...
Shizuku : Are? Danchou wa doko? (Lho? Boss di mana?)
Tiba-tiba ada suara petir yang cukup keras menyambar bersamaan dengan itu cahaya kilat itu masuk melalui jendela besar pun sedikit menerangi lobby yang serba gelap gulita dan itu memperjelas penglihatan mereka, jika Chrollo sudah tidak ada di samping mereka. Semua anggota kecuali Lucia terkejut bukan main.
-Bersambung-