webnovel

KEPUTUSAN BARA FEBRIANSYAH

"Aku tidak apa-apa Love, aku baik-baik saja." ucap Johan dengan hati yang terluka dan batang miliknya yang menahan rasa ngilu yang sangat.

"Apa kamu yakin Jo?" tanya Dealova lagi dengan kuatir.

"Ya Love, aku tidak apa-apa." ucap Johan tidak tahu lagi bagaimana mencari jalan keluar Dealova yang sudah berurusan dengan seorang Bara Febriansyah.

"Drrrrttt... Drrrrttt... Drrrrttt"

Ponsel Dealova berbunyi, di lihatnya ada nama Bara di sana.

"Jo, kamu diam sebentar ya? ada Bara telepon pasti dia juga sudah baca koran hari ini." ucap Dealova sambil menerima panggilan Bara.

"Hallo, ya Tuan Bara." ucap Dealova sambil menekan tombol speaker agar Johan bisa mendengarnya.

"Nona Kanita, kamu cepat kemari..ada yang akan aku bahas denganmu masalah koran pagi ini, tidak perlu menjemput Chelo, pak Diman sudah menjemputnya." ucap Bara di sana.

"Baik Tuan Bara." ucap Dealova tanpa membantah sedikitpun segera mematikan ponselnya.

"Jo, aku harus pergi sekarang, Bara memanggilku." ucap Dealova menatap Johan yang sedang termenung.

"Jo, kamu mendengarku kan?" tanya Dealova melihat Johan yang sedang termenung.

"Love, bagaimana kalau kamu berhenti dari tempat kerja Bara?" tanya Johan yang tidak ingin terjadi sesuatu antara Bara dan Dealova.

"Maksudmu Jo?" tanya Dealova tak mengerti.

"Georgina sudah mendapatkan keinginannya mendapatkan bukti kalau Bara punya skandal dan Georgina pasti sudah menuntut cerai Bara, sekarang baiknya kamu menghindari masalah ini dengan cara kamu berhenti bekerja." jelas Johan yang jujur saja sangat cemburu dengan adanya Bara di sisi Dealova, karena Johan sudah lebih banyak tahu berapa banyak laki-laki yang mencintai Dealova.

Dealova terdiam sejenak, kemudian dengan tiba-tiba mengecup bibir bawah Johan.

"Trimakasih atas solusinya Jo, kamu memang teman dekatku yang bisa aku andalkan." ucap Dealova dengan tersenyum manis.

Johan tersenyum dalam luka mendengar ucapan Dealova.

"Ya...teman hanya teman dekat bagimu Love, tapi bagiku kamu adalah segalanya, kamu hidupku Love, kamu nafasku." jerit Johan dalam hatinya sambil menatap Dealova dengan mata nanar.

"Oke Jo, aku berangkat dulu, sebelum Si Bengis itu menelepon lagi." ucap Dealova mengecup bibir Johan lagi, entah sudah ke berapa kali Dealova mencium bibir Johan yang membuat dada Johan sesak Nafas.

"Hati-hati Love, salam buat Si Bengis." Gumam Johan menatap kepergian Dealova dengan pikiran yang menggantung dengan sebuah nama SI BENGIS

"Si Bengis? kenapa Love memberi nama aneh pada Bara, belum lagi nama yang di berikan pada Georgina dengan sebutan Mak Lampir, kalau aku di panggil apa ya???" ucap Johan dalam hati dengan pikirannya mulai kacau setelah Dealova masuk dalam kehidupan seorang Bara.

***

Tiba di depan ruang kerja Bara, Dealova berhenti sejenak komat kamit membaca doa agar Bara tidak berbuat yang tidak-tidak setelah mendapat masalah dari berita skandal di koran harian pagi.

Dengan mengambil nafas panjang, Dealova mengetuk pintu beberapa kali, setelah itu membukanya dengan pelan

"Selamat siang Tuan Bara." ucap Dealova sedikit menundukkan wajahnya karena pasti akan mendapatkan amukan dari si Bengis.

"Jam berapa sekarang? kenapa baru datang? satu jam yang lalu aku menelponmu Nona Nita?" ucap Bara dengan tatapan matanya seolah ingin menelan keseluruhan tubuh Dealova.

"Maaf Tuan Bara, Nenek saya tadi mengalami accident sedikit jadi saya harus menungguinya sebentar." ucap Dealova masih dengan menundukkan wajahnya.

"Kenapa dengan nenek kamu?" tanya Bara yang jadi terfokus pada nenek Dealova.

"Jatuh dari tempat tidur Tuan Bara, jadi saya harus memanggil tukang urut ke rumah." ucap Dealova dengan alasan sekenanya.

"Hm, begitu ya.. kapan-kapan kalau ada waktu aku ingin berkenalan dengan Nenek kamu." ucap Bara yang membuat Dealova tersedak air ludahnya.

"Uhukk.. uhuk..." Dealova terbatuk dengan wajahnya yang memerah.

Bara bangun dari tempat duduknya dan memberikan segelas air teh yang ada di mejanya pada Dealova.

Dengan cepat Dealova meraihnya dan meminumnya dengan beberapa kali teguk saja.

"Maaf Tuan Bara, kenapa rasa tehnya sangat pahit dan hanya separuh saja." Ucap Dealova sambil mengusap bibirnya yang basah terkena tumpahan air teh.

"Itu teh pahit tanpa gula, dan tinggal sedikit karena sudah aku minum sebelumnya." jawab Bara dengan tenang.

"Hueeekk.. hueeekk"

Dealova merasa perutnya mual dan ingin memuntahkan semua isi dalam perutnya.

"Kenapa tidak Tuan Bara tidak bilang dari tadi kalau itu sisa minuman Tuan." ucap Dealova dengan tubuh lemas.

"Dan kenapa kamu meminumnya langsung tanpa bertanya lebih dahulu." ucap Bara dengan tenang dan santai.

"Sialan, bukannya malah minta maaf malah merasa tidak berdosa." ucap Dealova dalam hati.

"Nona Nita, duduklah sudah waktunya kita serius membahas masalah ini." ucap Bara berganti dengan wajah yang sangat serius.

Dealova duduk kembali dengan suara hatinya yang merapal doa-doa.

"Apakah kamu sudah membaca koran pagi ini? kalau belum lihat dan baca ini." ucap Bara sambil meletakkan surat kabar di atas meja di hadapan Dealova.

Dengan ragu Dealova mengambilnya dan perlahan membukanya seolah-olah dia belum membacanya sama sekali.

"Menurutmu bagaimana Nona Nita? apa kamu marah dengan berita itu?" tanya Bara menatap dalam wajah Dealova.

"Menurutku, biarkan saja berita itu Tuan, yang terpenting kita tidak melakukan hal itu." ucap Dealova yang tidak merasa di rugikan karena kehidupannya lebih buruk dari yang di beritakan.

"Kalau menurutku kita tidak harus membiarkannya, tapi aku akan menjadikan hal itu menjadi nyata, karena itu yang di inginkan Georgina." ucap Bara dengan suara berat dan terlihat jelas ada gurat kekecewaan di wajah Bara.

"Maksud Tuan Bara?" tanya Dealova menelan air ludahnya, dengan perasaan yang tidak enak.

"Kamu harus menjadi kekasihku dan akan aku akan menggelar pers tentang hubungan kita secepatnya." ucap Bara dengan suara datar.

Dealova bangkit dari duduknya seketika.

"Ohhhh tidak...tidak Tuan Bara, aku tidak menerima sandiwara ini." ucap Dealova dengan suara bergetar.

"Baiklah kalau Nona Nita tidak mau bersandiwara kita akan melakukannya dengan sungguh-sungguh tanpa sandiwara ataupun rekayasa." ucap Bara dengan suara tegas tanpa memberikan kesempatan pada Dealova untuk bicara.

"Dengarkan saya dulu Tuan Bara, maksudku tidak seperti itu, aku tidak bisa melakukannya karena aku sudah mempunyai kekasih dan aku tidak ingin menyakiti hatinya." ucap Dealova yang sungguh-sungguh tidak ingin menyakiti hati Johan walau Johan belum mengungkapkan perasaannya kepadanya.

"Hmm, baiklah kita buat masalah menjadi sederhana saja, putuskan kekasihmu dengan segera dan aku akan memberikan uang sebesar apapun yang di minta kekasihmu." ucap Bara dengan tatapan dingin karena Dealova melawan perintahnya.

"Tuan Bara Febriansyah yang terhormat, seandainya pun kekasih saya mau menerima hal itu, saya yang tidak mau.. cinta tidak bisa di beli dengan uang Tuan Bara." ucap Dealova dengan emosi yang siap-siap meledak dengan sikap Bara yang berkesan memerintah.

Próximo capítulo