" Kamu sudah kembali!" kata Gabriel yang membuat Joe kaget. Valen melihat ke arah Gabriel, dia juga melihat ada Joe disana, dia tersenyum.
" Om!" sapa Valen sambil berdiri dan berpelukan.
" Kita makan siang dulu! Ayo!" ajak Gabriel, lalu mereka semua pergi ke ruang makan diikuti Valen dan Monica. Tidak ada yang berani berbicara pada saat makan karena itu merupakan aturan yang dibuat di dalam rumah Gabriel. Valen merasa risih saat Monica tidak berhenti menatapnya bahkan meladeninya sepert seorang istri bukannya melayani Joe suaminya. Joe hanya terdiam dengan wajah penuh kecemburuan melihat tingkah Monica. Gabriel yang ingin protes pada putri semata wayangnya, hanya dapat menahannya karena bagaimanapun peraturan dibuat untuk dipatuhi dan Monica tahu persis jika papanya tidak akan berani menegur atau berbicara apa-apa saat makan, begitu juga Joe. Setelah selesai makan, mereka pindah ke ruang tengah untuk sekedar minum dan makan cemilan.
" Monic! Jaga sikapmu! Kamu dan Valen telah memiliki keluarga sendiri-sendiri! Hormati dan hargai dia, bagaimanapun dia adalah suamimu, ayah dari anakmu!" kata Gabriel dengan tegas.
" Tapi, pa..."
" Sudah, cukup! Papa nggak mau lagi melihat kamu bersikap kekanak-kanakan! Apa kamu mau anakmu membencimu karena tingkah laku konyolmu itu?" kata Gabriel yang kali ini benar-benar telah kehilangan kesabaran terhadap putrinya itu. Dia tidak mau jika berita seperti ini akan tersebar diluar dan membuat hubungannya dengan keluarga Joe jadi buruk. Monica terdiam, wajahnya menjadi cemberut dan sedih.
" Kita ke kantorku, son!" kata Gabriel, dibarengi anggukan kepala dari Valen. Monica hanya menatap Valen yang berdiri dan berjalan mengikuti langkah papanya.
" Sayang!" sapa Joe. Monica hanya diam saja.
" Aku tahu kalo kamu masih dan sangat mencintai dia! Tapi aku akan selalu menunggu kamu untuk membuka hatimu untukku! Walaupun itu akan memakan seumur hidupku!" tutur Joe dengan lembut. Monica menatap Joe lekat-lekat, suaminya itu memang sangat sabar dan sangat mencintai dirinya. Padahal dia selalu berlaku cuek padanya dan diluar sana banyak wanita yang mengeja-ngejar dia, tapi dia sangat setia pada Monica. Dia seorang pria tampan dan tubuhnya juga bagus, dia putra satu-satunya dari keluarga Maynard, sebenarnya hanya dia yang bisa membuat Monica puas dengan segala keinginannya yang selalu harus dikabulkan.
" Aku akan mencobanya, tapi aku tidak bisa berjanji!" kata Monica akhirnya. Joe tersenyum dan matanya berbinar kebahagiaan, walaupun Monica belum mencintainya, tapi apa yang diucapkan Monica saat ini adalah kemajuan yang sangat berarti dalam kehidupan rumah tangganya setelah sekian tahun.
" Kita ke Oma sekarang!" kata Monica.
" Iya, sayang!" jawab Joe senang campur terkejut. Lalu mereka pergi tanpa mengganggu Gabriel.
Sementara di ruang kerjanya Gabriel menghela nafas panjang setelah apa yang dikatakan oleh Valen.
" Kenapa kamu tidak menggantikan aku saja, son!" kata Gabriel.
" Kehidupanku berada disana, Om!" kata Valen.
" Tapi kamu bisa mengontrol semua dari sana, son! Aku sudah tua dan ingin menikmati masa tuaku tanpa mengurusi semua ini!" kata Gabriel.
" Kenapa bukan Joe atau Monic yang melakukannya?" tanya Valen.
" Entahlah! Aku hanya ingin kamu saja! Pikirkan lagi!" kata Gabriel.
" Entahlah, Om! Aku..."
" Aku akan melamar mamamu!" kata Gabriel cepat, Valen tidak menyangka apa yang dia pikirkan saat perjalanan kesini akhirnya terjadi juga.
" Apa? Mama tidak akan mau!" kata Valen.
" Hahahaha! Kamu tidak mengenalku begitu dekat, son!" kata Gabriel. Valen terdiam, dia hanya tidak ingin mamanya tersakiti lagi oleh pria.
" Kamu pikir kenapa papamu tidak pernah ketahuan jika dia memiliki banyak kekasih di luar sana?" ucap Gabriel. Valen menatap pria tengah baya dihadapannya itu.
" Apa, Om yang...? Tapi Ben...! Arghhhh, dasar Ben sialan!" kata Valen sedikit marah.
" Aku selalu berhubungan dengan dia, son! Aku hanya ingin mamamu tahu dengan sendirinya jika pria yang dinikahinya adalah pria brengsek!" tutur Gabriel.
" Apa kamu tahu jika mamamu selalu mendapatkan hadiah ulang tahun sebuah kotak kecil berwarna merah pada setiap tahunnya? Dan papamu tidak pernah memperhatikannya, karena dia begitu sibuk dengan wanita -wanita jalangnya diluar sana!" kata Gabriel.
" Iya! Aku ingat! Kado merah kata mama!" ujar Valen.
" Mamamu dan mama monic memiliki beberapa persamaan dan aku sama-sama mencintai mereka berdua!" kata Gabriel.
" Apa aku begitu egoisnya hingga tidak menyadari semua ini, Om?" tanya Valen.
" Sudahlah! Begini saja! Aku akan membantumu tapi dengan satu syarat!" kata Gabriel.
" Apa?" tanya Valen penasaran.
" Jadilah penggantiku dan mamamu akan bahagia bersamaku!" jawab Gabriel. Valen menatap mata pria itu untuk mencari kebohongan disana, tapi hanya ketulusan dan kejujuran yang terpancar di mata biru itu.
" Baiklah...Pa!" kata Valen.
" Apa? Kamu memanggilku apa?" tanya Gabriel kaget.
" Papa!" jawab Valen tegas.
" Son!" sahut Gabriel dengan mata bekaca-kaca. Lalu keduanya saling memegang pundak dan menempelkan dahi, itu adalah bentuk salam dari Kelompok mereka.
" Apa aku boleh bertanya?" tanya Joe pada Valen saat mereka sedang duduk di taman menikmati teh dan biskuit.
" Tanyalah!" kata Valen.
" Apa yang membuat dia mencintaimu?" tanya Joe. Valen tersenyum.
" Jadilah diri sendiri!" jawab Valen.
" Maksudmu?" tanya Joe lagi.
" Kamu bukan aku Joe dan tidak kan bisa menjadi aku! Biarkan dia mencintaimu karena kamu Joe, bukan Valen!" tutur Valen dan Joe menatap wajah pria di depannya itu dengan tajam.
" Aku punya rencana!" kata Valen.
" Apa?" tanya Joe, lalu mereka dengan serius berbicara sambil tertawa.
" Selamat pagi, Tuan Gab!" sapa Pasto saat mereka semua sedang minum teh dan kopi di teras samping rumah setelah sarapan.
" Ya, Pas?" tanya Gabriel.
" Ada seorang wanita yang mencari Tuan Joe!" kata Pasto. Monica yang saat itu sedang bermain dengan putranya mendengar ucapan Pasto dan langsung menatap suaminya, sedangkan Joe menatap Pato.
" Siapa, Pas?" tanya Joe.
" Katanya sekretaris anda Tuan!" kata Pasto.
" Isabel? Suruh dia masuk!" jawab Joe. Valen melirik Monica yang matanya tidak terlepas dari Joe. Valen tahu dia sedikit penasaran dengan wanita itu.
" Selamat Pagi, Tuan!" sapa Isabel, seorang wanita yang sangat cantik dan sexy malah. Tubuhnya tinggi dan proposional.
" Ya, Bel?" tanya Joe.
" Bisa kita bicara berdua, Tuan? Ada masalah sedikit di kantor!' kata Isabel.
" Kalo begitu kita ke kantor saja!" kata Joe.
" Baik, Tuan!" jawab Isabel. Gabriel tahu ini pasti akal-akalan Valen dan Joe untuk mengetahui isi hati putrinya.
" Pa! Aku ke kantor dulu!" kata Joe.
" Hmm!" jawab Gabriel yang sedang membaca koran.
" Valmont! Papa kerja dulu ya sayang!" kata Joe lalu mencium anaknya.
" Aku ke kantor dulu!" kata Joe pada Monica lalu pergi bersama Isabel meninggalkan mereka. Valen hampir saja tertawa melihat raut wajah Monica yang sepertinya cemburu melihat kebersamaan Joe dan Isabel.
" Aku akan ke kantor dulu, Pa!" kata Valen.
" Sejak kapan kamu memanggil papaku dengan sebutan papa?" tanya Monica kaget.
" Sejak papa melamar mamaku, adik kecilku!" jawab Valen menyentil dahi Monica.
" Auchhhh! Paaaa! Sakit!' teriak Monica manja.
" Kalian memang lebih cocok jadi saudara daripada kekasih!" kata Gabriel tertawa. Monica melihat papanya yang tertawa, dia sangat bahagia melihatnya, karena sejak mamanya meninggal, dia tidak lagi pernah melihat tawa lepas papanya.
" Baiklah! Aku setuju, lagipula mamamu sangat cantik dan sayang padaku!" kata Monica senang.