webnovel

Kesedihan Disiang Hari

" Mama! Papa! Reva berangkat dulu ya!" pamit reva dengan senyum cerianya, lalu memeluk Tata lalu Valen.

" Eh, anak mama tumben peluk-peluk, biasanya cuma cium pipi aja!" ucap Tata yang sedikit aneh dengan tingkah putrinya.

" Kan sekarang reva udah punya mama sama papa! reva senenggggg banget! Reva nggak diejek sama temen-temen lagi!" ucap reva. Tata tertegun dengan ucapan putrinya.

" Emang siapa yang berani ngejek anak papa?" tanya Valen dengan suara berat sambil menatap reva. Dan Tata tahu jika suaminya itu sedang menahan amarah.

" Tenang aja, pa! Semua reva hajar!" kata reva. Tata menutup mulutnya yang menganga mendengar ucapan anaknya.

" Itu baru anak papa!" kata Valen tersenyum bangga.

" Nggak! Mama nggak suka anak perempuan pake berantem-beranteman!" ucap Tata marah.

" Biar saja! Apa kamu mau dia di bully teman-temannya?" ucap Valen.

" Pokoknya mama nggak setuju! Kalo kamu di bully, lapor sama bu guru!" ucap Tata.

" Nanik! Bawa Reva!" kata tata. Valen mengedipkan mata pada reva yang cemberut karena mamanya yang melarangnya berantem. Reva melihat kedipan Valen, dia langsung tersenyum ceria. Tata melihat senyum Reva dengan mata tertuju di belakangnya, dengan cepat dia memandang Valen, Valen langsung pura-pura melihat ponselnya.

" Halo, Ben!"

- " Bos! Ternyata kemarin dia ada disini!" -

" Apa?"

Valen menjauh dari Tata yang sedang memeriksa dokumennya yang akan dibawanya ke kantor.

- " Maaf, Bos! Kemarin di kantor ada sedikit masalah!" -

" Bodoh! Pecat orang yang melakukannya! Dia pasti suruhan dia!"

- " Iya, Bos! Maaf! Saya terlambat menyadarinya!" -

" Aku tidak mau lagi kamu melakukan kesalahan"

- " Siap, Bos!" -

" Apa pagi ini ada jadwal?"

- " Jam 10 ada meeting dengan investor dari jepang!" -

" Dari jepang? Siapa?"

- " Mr. Okinawa!" -

" Ok! Aku ke kantor dengan istriku!"

- " Siap, Bos!" -

Valen menutup panggilannya dan menghembuskan nafasnya, Licin juga lo! Sejak kapan lo punya teman mafia! Apa lo takut kalah dari gue? Dasar brengsek! batin Valen marah. Tata melihat tingkah laku Valen yang tidak biasa, tapi dia tidak berani bertanya, karena Valen tidak akan mengatakan sesuatu yang belum terselesaikan.

" Kita berangkat, sayang?" tanya Tata menyadarkan Valen dalam lamunannya.

" Iya!" jawab Valen lalu berjalan mendekati istrinya dan memegang pinggang istrinya dengan erat.

" Aku harus pergi selama 2 hari sayang! Tapi ada Hans yang akan mengantar jemput kamu dan menjaga kalian.

" Apa harus seextrim itu?" tanya Tata tidak nyaman.

" Reyn! Aku ini pengusaha besar dan telah menikah, walaupun belum aku umumkan! Tapi lawan-lawan bisnisku tidak akan berhenti mencari tahu tentang diriku. Kamu nurut ya?" pinta Valen menggenggam tangan istrinya.

" Baik, sayang!" jawab Tata mengalah. Valen melihat Tata cemberut.

" Kamu kenapa sayang?" tanya Valen.

" Apa kamu akan selalu meninggalkan aku sama reva dan Varel?" tanya Tata sebel.

" Varel?" ulang Valen.

" Iya! Adiknya Reva namanya Varel!" jawab tata.

" Kalo cewek?" tanya Valen.

" Pasti cowok!" jawab tata.

" Hahaha! Ok aku janji setelah ini aku akan bersama kalian terus!" ucap Valen.

" Janji?" tanya Tata.

" Janji!" jawab Valen. Kemudian Valen menurunkan istrinya di kantornya dan dia menuju ke bandara untuk terbang ke luar kota. Tata sangat sibuk, karena Fero telah mengundurkan diri dari perusahaan dan itu membuat Tata cukup kerepotan karena beberapa data tentang perusahaan di pegamg oleh Fero dan hanya Fero yang bisa. Terpaksa Tata membuka lowongan baru untuk sekretaris karena Merry diangkatnya sebagai asistennya.

" Atau kamu punya teman sekretaris yang mau bekerja disini, mer!" kata Tata.

" Nanti saya tanyain, Bu!" jawab Merry.

" Kamu kapan nikah, Mer?" tanya Tata disela kerjanya.

" Mana nikah, Bu? Pacar aja nggak ada!" jawab Merry.

" Mau aku kenalin sama seseorang?" tanya Tata.

" Ah, ibu! Ada-ada saja!" jawab Mery.

" Hahaha! Kamu ini! Pake malu segala! " jawab tata tertawa. Tiba-tiba perutnya terasa kram lagi.

" Ahhh!" keluh tata.

" Kenapa, Bu?" tanya Merry.

" Nggak! Perutku tiba-tiba kram lagi!" jawab Tata meringis kesakitan.

" Apa kita ke RS , Bu?" tanya Merry dengan nada kuatir.

" Nggak usah! Nanti juga hilang!" ucap Tata. Dipejamkannya matanya sejenak sambil berbaring. Kemudian merry melanjutkan kerjaannya hingga waktu makan siang tiba. Merry membangunkan Tata untuk makan siang.

" Aku mau salad aja, Mer!" kata Tata yang kemudian duduk.

" Masih sakit Bu?" tanya Merry yang melihat Tata meringis.

" Iya! Biasanya sebentar aja udah ilang!" ucap Tata khawatir. Ya Tuhan! Aku nggak mau terjadi apa-apa dengan bayiku! batin Tata takut karena perutnya terasa sakit sekali.

" Saya pesankan makanan dulu ya, Bu!" ucap Merry, Tata menganggukkan kepalanya. Beberapa saat kemudian mereka menikmati makan siangnya. Ponselnya bergetar, nama Nanik tertera pada layar..

" Halo! Ya, Nik, ada apa?"

" Kenapa kamu menangis?"

- " Reva, mbak!" -

" Reva Kenapa?"

- " Reva..." -

" Nik! Jangan bikin aku takut!"

- " Reva diculik, mbak!" -

" Apa?"

Tata berdiri dengan cepat, dia terkejut dan takut, tiba-tiba dia merasa perutnya seperti diremas dan darah menetes disepanjang kakinya.

" Akhhhh!" teriak Tata, pandangannya menjadi kabur dan ponsel yang dipegangnya terjatuh menyusul tubuhnya lunglai dan pingsan, merry yang melihatnya langsung panik dan memanggil Hans yang berada diluar ruangan.

" Pak Hans! Pak Hans! Tolong Bu Tata pendarahan!" teriak Merry dari dalam ruangan. Hans yang mendengar namanya dipanggil segera masuk dan melihat Tata yang pingsan di sofa dan ada darah menetes di kakinya.

" Asatag, Nyonya! Cepat kamu ikut saya bawa Nyonya ke RS!" kata Hans. Kemudian Hans menggendong Tata dan keluar ruangan lalu membawa Tata ke RS.

" Apa yang terjadi?" tanya Hans saat menuju RS.

" Entah! Tadi Bu Tata mendapat telpon dari mbak nanik!" ucap Merry dengan raut wajah khawatir.

" Nanik? Pengasuh Non Reva?" tanya Hans.

" Iya!" jawab Merry.

" Lalu?" tanya Hans.

" Lalu Bu Tata seperti kaget dan tiba-tiba jatuh!" jawab Merry memberikan penjelasan pada Hans. Setelah sampai di RS, Hans segera membawa Tata ke IGD dan menyuruh Merry menunggu di kursi tunggu. Sementara dia mencari tahu apa yang terjadi pada Tata saat ditelpon Nanik. Hans mencoba menghubungi Ben, tapi tidak bisa, mungkin mereka masih meeting. Dia ingin menghubungi Nanik, tapi dia tidak memiliki nomornya.

" Apa kamu memiliki nomor Nanik?" tanya Hans pada Merry. Merry menggelengkan kepalanya. Hans merasa putus asa.

" Mer, saya harus ke sekolah Non Reva. saya titip Nyonya dulu! Kalo ada apa-apa hubungi nomor saya! Berapa nomor ponselmu?" tanya Hans kemudian Merry menyebutkan nomor ponselnya.

" Langsung hubungi saya jika ada apa-apa!" ucap Hans dan diangguki oleh Merry. Hans melangkahkan kakinya keluar RS menuju mobilnya dan mngendarainya menuju sekolah Reva.

Sementara Nanik hanya bisa menangis di kantor sekolah Reva. Hans sampai kira-kira 20 menit kemudian.

" Permisi, Pak! Apa Nanik pengasuh Reva Abiseka ada?" tanya Hans pada satpam sekolah.

" Ada, Pak! Mari saya antar. Mereka berjalan menuju kantor kepala sekolah.

" Permisi, Bu! Ada yang mencari Mbak nanik!" ucap Satpam itu pada salah seorang guru yang berada didepan pintu. Nanik yang mendengar ada yang mencarinya segera berdiri dan berjalan ke pintu.

" Pak Hans! Reva!" ucap Nanik sambil menangis.

" Non Reva kenapa?" tanya Hans.

" Dia diculik!" jawab Nanik sambil menangis keras.

Próximo capítulo