webnovel

Terbentuknya Rajawali Muda

Latihan seperti biasa, aku dan yang lain nya cukup bersemangat dalam sesi latihan hari ini. Latihan di Tribun sepak bola yang sudah lama tak terpakai. jam 12.00 siang, dibawah terik matahari kami bertekad untuk menjadi pemain hebat. Orang gila mana yang mau latihan keras dibawah terik matahari selain kami. Latihan tanpa dukungan, otak dipenuhi dengan kata-kata sampah orang yang ingin menjatuhkan tekad kuat kami. Mereka hanya bisa berkomentar terhadap permainan kacau kami, tanpa tau apa yang kami lalui untuk menjadi sekarang ini. Lari kesana kesini, keringat yang keluar tanpa tau aturan. Dua jam latihan fisik, akhirnya kami istirahat sejenak. Muka merah merekah, "Bagaimana?? kita lanjutkan latihan ini atau tidak??" kata Arau. "Ya kita latihan lagi setelah ini" kata Komeng. "Aahhh sudah lah rau, aku gak sanggup lagi, Perut ku kek di guncang-guncang" kata Giran. Biasa Giran memang kek gitu orangnya, fisik nya sedikit lemah. " lemah kali kau Giran Giran" kata Nandut. "kek gak tau Giran aja" kata Budun sembari ketawa. "Sudahlah besok aja kita lanjutkan lagi" Kataku. Kami pun bersiap untuk pulang. Pulang berjalan kaki tanpa kendaraan.

Malam telah tiba, kami telah berkumpul lagi dirumah Arau. Suara ketawa tanpa henti menemani kami ber 8. Berbicara tanpa rahasia, mengejek tanpa aturan, tertawa tanpa beban. Mungkin hanya kegelapan malam yang menjadi saksi bisu persahabatan kami. Besok kami akan latihan dikampung lain, untuk meningkatkan kemampuan dan mental. Malam telah larut, asap mulai sedikit, air kotor telah terkuras dan akhirnya kami tidur.

Esok harinya kami sekolah, berbeda lokal tapi satu lapangan. Jam istirahat pun tiba, tidak ada tujuan lain selain mengambil bola voli di kantor. Tidak ada sedetik pun yang terlewat untuk bola voli. "Yay, ambil bola dikantor sama angel" Kata Nandut. Kami berdua pun bergegas menuju kantor. "Buk, boleh minjam bola voli???" tanya ku pada seorang guru. "Ibuk gak tau dimana bola nya, coba tanya ke guru olahraga" kata guru itu. Kami keliling mencari guru itu, akhirnya tidak ketemu. Bel masuk pun berbunyi, aku dan Yay sontak langsung berkata kasar di depan kantor. Yaa.. begitulah kami, pihak sekolah pun tidak sepenuhnya mendukung kami untuk menjadi pemain voli profesional. Mereka hanya menuntut kami untuk menjadi orang pintar. Mereka tidak tau, Ada calon Seniman yang tidak butuh matematika, Ada Pengusaha tidak butuh sejarah dan sastra, Ada Musisi tidak butuh nilai kimia nya tinggi. Jika dipaksakan, semua siswa akan jadi bodoh. Sama hal nya dengan menyuruh ikan untuk memanjat. Teman-teman ku pun kecewa, karena tidak bisa menyentuh sedikit pun bola voli pada saat jam istirahat. "Hanncurin aja lapangan ini jika tidak ada gunanya" kata Bokir. "Sudahlah, suatu saat akan kita tunjukkan ke mereka bahwa kita bisa" kata Arau. Begitulah Arau, orang nya sangat bijak. Akhirnya kami pun kembali ke ruangan belajar.

Bel pulang sekolah telah dibunyikan, kami pun terlepas dari penjajahan pelajaran. Seperti yang dijanjikan kami kemarin malam, sore ini akan menjalani latihan di kampung lain. Yaitu kampung tempat kami ikut turnamen waktu itu. Kami semua telah bersiap-siap untuk pergi. Seperti biasa, Budun selalu mengeluarkan jurus telat nya pada saat ditunggu. "Lama kali lah Budun nii" keluh Bokir. "Tinggalin aja gak rau??" kata Bokir lagi dengan sedikit emosi yang keluar. " Tunggu aja lah, nanti ngambek pula dia. Abis ngambek minta balon, kan makin pusing" kata ku sembari bercanda. Mereka semua pun tertawa. Tidak lama kemudian Budun dan Giran pun sampai. "Udahh gak usah masuk, kita mau langsung berangkat ni" kata Komeng. Kami berangkat untuk memulai latihan. Sesampainya disana, orang pun sudah rame. Kami pun disambut oleh pelatih sana. "Yuk langsung main aja" kata si pelatih sana. Kami langsung bermain tanpa pemanasan. Smash mereka rata-rata kuat semua, kami pun kocar-kacir dibuat nya. Tapi kami masih bisa membalas dengan smash kuat juga. Passing Arau yang mulus menuju ke Giran, Giran mengumpan kepada Budun, "Boomm" dan akhirnya bola menuju semak belukar. Bukan pantulan bola nya, melainkan smash Budun yang melambung jauh. Kami pun tertawa melihat smash Budun yang sejauh itu. Budun pun tertawa juga melihat smash nya. Permainan pun selesai, kami kalah. Yaaa.. kata-kata kalah sudah menjadi kata favorit kami, Bahkan kata-kata itu telah melingkar di otak kami. Biasa permainan ada yang menang dan ada juga yang kalah, tapi kami keseringan kalah. Bagiku itu sudah prestasi luar biasa. Pada saat ingin pulang, pelatih sana pun memanggil kami. "Hey, sini bentar!!" kata pelatih sana. "Kenap???" Jawab kami. kami pun duduk melingkar didekat lapangan. "Jadi gini, kulihat permainan kalian bagus, tinggal poles sedikit aja buat kalian jadi hebat. Aku ingin menawarkan kalian buat menjadi klub kedua kami disini. Masalah latihan, perlengkapan, tranportasi dan keuangan Tidak usah kalian pikirkan. Yang penting kalian mau gabung jadi klub kampung kami" kata si pelatih sana. Kami pun bingung, tidak tau mau jawab apa. " Bukan nya gak mau pak, tapi kami gak enak sama orang kampung kami nanti, seolah-olah kami tidak menghargai mereka" kata Bokir. "Ya sudah tidak apa-apa, tapi jika kalian berubah pikiran, kalian bisa menghubungi saya" kata pelatih itu. "Iya pak, nanti kami pikir-pikir dulu. Akhirnya kami pulang. Besok sore nya sepulang sekolah, kami ber8 menuju kerumah seorang senior kami, untuk menanyakan perihal tawaran bermain di klub kampung lain. Kami telah sampai, dan kebetulan juga senior kami ada. "Jadi gini om, kami ditawarkan oleh pelatih kampung lain untuk bermain di klub kampung mereka" kata Komeng. "Gimana ya, kalo kalian terima... nanti orang kampung kita tidak akan menghargai kalian lagi, kalian kan tau gimana orang kampung kita" kata senior. "Iya juga sih, Terus solusi nya gimana ni om???" kata Arau. "Jadi gini, gimana kalau kita buat klub untuk kalian sendiri? aku akan menjadi pelatih kalian..!!" kata senior. "benar ni om?? sahut Budun. "iya benar, nama klub kalian aku ambil dari klub senior-senior kampung kita dulu yaitu RAJAWALI , Berhubung kalian penerus mereka, kita buat menjadi RAJAWALI MUDA, Gimana???" kata senior. " oke om, kami mau" kami menjawab dengan rasa bahagia. Perjuangan keras yang kami lalui membuahkan hasil. 8 pemuda paruh baya yang berjuang tanpa menyerah, berlatih dibawah ocehan sampah orang-orang. Dan akhirnya Senja sore hari menjadi saksi terbentuk nya RAJAWALI MUDA.

Próximo capítulo