webnovel

Chapter 45 Part 3

"kau tahu, Zoro, kurasa aku punya ide untuk gaya masuk pertarunganku berikutnya! Shishishishi!" Luffy memberi tahu mereka. Robin menatapnya dengan mata melebar.

"kau akan jatuh dari langit?"Robin bertanya dengan tak percaya. Sementara Luffy mengangguk.

"Shishishi! Pasti akan menyenangkan!" balas Luffy. Zoro hampir jatuh karena jawabannya.

"Aduh, aduh, aduh!" suara anak perempuan lain terdengar di sana. Semua orang melihat ke arah sumber suara itu. Nami berdiri dari tanah dan menuju ke arah mereka sambil memijat bagian belakangnya. Di ikuti Gan Fall dan setelah itu gadis kecil Shandian.

"Sejak kapan jatuh dari langit itu menyenangkan, Luffy?" Nami bertanya sambil memelototinya. Sementara Luffy hanya tertawa mendengar ini.

"Jika kau karet itu akan menyenangkan." Luffy memberitahunya. Nami hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Luffy.

"Ngomong-ngomong, apakah Chopper baik-baik saja, Zoro?" Luffy bertanya setelah beberapa saat. Zoro lalu meletakkan dokter itu di tanah dan memeriksa nadinya.

"Dia baik-baik saja." Zoro menjawab setelah beberapa saat. "Tapi dia cukup babak belur."

Luffy mengangguk dan menoleh ke Nami.

"Jaga Chopper, Nami." Luffy memberitahunya. Sementrar Nami hanya mengangguk dan mengangkat Choper.

"Ngomong-ngomong, di mana kita?" Nami bertanya, lalu Robin memandang ke arahnya.

"Kota emas." Robin memberitahunya. Nami menatap Luffy dengan marah.

"Di mana emasnya?" Nami memandang ke sekitar, meskipun nadanya marahnya tidak memiliki ke tajaman seperti biasanya, tidak diragukan lagi dia sudah kelelahan. "Luffy, kau sudah berjanji!"

"Itu bukan salahku, Nami!" Luffy menjawab. "Tuhan mengambilnya."

"Tuhan?" ulang nami dengan takut. "Ia disini?"

Luffy menunjuk ke arah pria itu, yang hanya duduk di awan berbentuk bola dan mengamati mereka. Enel melihat ke arah nami dan ia langsung menjerit dan bersembunyi di belakang Luffy. Di antara para topi jerami, the warrior Wiper, satu-satunya Shandian yang tersisa berdiri. Dia melihat sekeliling dengan rasa tak percaya, jelas tidak menyangkan akan menemukan kota Shandora yang hilang begitu tiba-tiba.

"Apakah ini rumah kita?" Wiper bertanya dengan keras. "Shandora?"

Ular raksasa itu juga melihat ke sekeliling, kehilangan agresivitas untuk saat ini. Setelah beberapa saat, ular itu melakukan apa yang tidak di duga oleh siapa pun. Ular itu mulai menangis. Enel kemudian menghukumnya karena "kebodohannya" dengan meledakkannya dengan listrik. Enel kemudian mulai mengejek prajurit Shandian yang tersisa, mengatakan kepadanya bahwa semua ini hanyalah permainan.

"Permainan?" Wiper itu mengulangi dengan jijik.

"Ya, game." Tuhan itu menjawab dengan seringai mengejek. "Permainan kecil yang tidak bersalah. Dan orang-orang di belakangmu adalah para kontestan."

Wiper melihat ke belakang dan yang lainnya mendekat untuk berdiri di sampingnya. Dia menunjukkan ekpresi marah pada kedatangan mereka, tetapi tidak melakukan apa-apa. Nami menggendong Chopper dan bersembunyi di balik dinding, menarik Aisa bersamanya meskipun dia protes.

"Aku menyambutmu, kontestan yang selamat!" Enel mengumumkan dengan arogan. "Aku memuji kalian karena sudah sampai sejauh ini!"

Enel terhibur melihat ekspresi mereka yang melotot dan tertawa.

"Yahahaha! Ada apa?" dia bertanya dengan mengejek. "Aku hanya sedikit bersenang-senang! Tiga jam saat ini dimulai, hanya akan ada 80 orang yang masuk. Ini adalah permainan bertahan hidup."

Luffy menyeringai ketika dia ingat bahwa sebagian besar dari mereka yang gugur sebenarnya masih selamat, kecuali mereka pingsan untuk waktu yang lama sesudahnya.

"Itu termasuk diriku." dia melanjutkan, menyela pikiran Luffy. "Beberapa bergabung sesudahnya, tapi aku sudah memasukkan mereka juga. Aku merencanakan hanya akan ada 5 yang selamat, tapi sepertinya ada tiga lagi."

Fakta bahwa Nami dan Aisa bersembunyi di balik reruntuhan tidak luput dari perhatiannya.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan? Apakah kau akan memilih di antara kalian sendiri atau ... haruskah aku yang memilih?" Enel bertanya. Ini tentu saja tidak mebuat senang semua yang hadir.

Enel memandang mereka semua dan menyeringai geli. Dia jelas tidak benar-benar percaya mereka akan menerima tawarannya.

Mereka semua mengumumkan bahwa Enel lah yang harus enyah dan mengarahkan senjata yang mereka bawa kepadanya. Kecuali Luffy, yang hanya berdiri di sana.

"Dan kau?" Enel bertanya dengan mengejek ketika dia memandang Luffy. "Tidakkah kau akan membuatku menghilang juga?"

"Aku sedang berpikir sebuah contoh praktis tentang bagaimana menghadapi brengsek yang menyebalkan seperti dirimu." Luffy mengumumkan dan menyeringai.

Enel tampak terhibur dengan sikapnya dan tertawa.

"Kelancanganmu cukup lucu, tapi tidak terlalu menyenangkan." Enel menjawab dan berbalik. Mengabaikan penolakan mereka, dia kemudian menjelaskan rencananya kepada mereka dan apa yang telah dia lakukan sejauh ini. Tentu saja, ini membuat mereka semakin marah dan begitupun dengan sanga mantan Tuhan, Gan Fall akhirnya marah setelah diberitahu tentang bagaimana Enel memperlakukan mantan bawahannya.

Gan Fall berlari ke depan ke arah Enel dengan tombaknya terhunus untuk menusuk musuhnya, tetapi orang yang memproklamirkan dirinya sebgai tuhan itu hanya tertawa, melemparkan tongkat emasnya ke udara dan membuka lebar dadanya seakan mengundang agar di serang oleh Gan Fall. Ketika tongkat Enel terbang melewati Gan Fall, tubuhnya berubah menjadi kilat dan dia sekarang berada di belakang, bersiap untuk menyerang mantan tuhan itu dengan listrik, tetapi Luffy dengan cepat mendorong pria itu ke tanah.

Semua orang, termasuk kedua "Tuhan" memandang ke arah Luffy, yang lengannya melar kembali ke posisi semula.

"Oh, ini mengejutkan. Yahahaha!" Enel tertawa. "Kenapa kau melindungi orang tua yang tidak punya harapan ini? Apa urusannya denganmu? Dia bukan salah satu dari nakama-mu!"

Luffy menyeringai.

"Mungkin tidak ada, tapi dia seorang teman." Luffy membalas. "Dan dia membantu Chopper."

"kau ..." Gan Fall berbisik dari tanah.

"Meh, itu tidak penting lagi." Enel mengumumkan. "Waktu yang ditentukan telah terjadi dan masih ada terlalu banyak peserta yang selamat. Bagaimana mungkin tuhan salah?"

Enel lalu memandang ke empat orang yang berdiri di depannya, memandang wajah mereka masing-masing secara terpisah.

"Yahahahaha! Apapun itu! Maukah kalian sekarang menemaniku ke dunia mimpi, Survivor? Ke Fairy Vearth?" Enel bertanya. "Aku merasa murah hati sekarang, jadi kalian semua boleh bergabung denganku!"

Dia lalu melihat ke tanah tempat Gan Fall jatuh.

"Bahkan kau, mantan tuhan, Gan Fall. Yahahahaha!" Enel memberitahunya. Gan Fall mengepalkan tinjunya dengan marah mendangar ini.

"Aku tidak akan ..." Gan fall memulai.

"Bagaimana jika kami menolak?" namun Robin memotong. Enel memandangnya dengan aneh.

"Kenapa menolak? Aku sudah memutuskan itu!" Enel membalas. "Jika kau tetap di sini, kau akan jatuh ke dalam Abyss bersama dengan tanah ini."

"kau bisa melakukan itu dengan kekuatanmu." Robin memulai. "Tapi jika kau dengan sia-sia menghancurkan tanah ini, objek yang kau cari juga akan hancur."

"Lonceng emas, kan?" Enel bertanya dengan senyum geli. "Yahahaha! kau tidak perlu khawatir tentang itu! Aku sudah melacak langkahmu dan sekarang aku tahu hanya ada satu tempat di yang belum di jamah. Aku percaya kita memiliki kesimpulan yang sama, bukan?"

Wajah Enel kemudian kehilangan rasa terhiburnya.

"Benar-benar tak terduga." Enel menggeram. "kau pikir bisa menipu Tuhan dengan informasi seperti ini?"

Tangan kanannya mulai di penuhi dengan energi. Enel mengangkatnya dan mengarahkan jari telunjuknya ke arah Robin dan di ujungnya jarinya energi listrik terkonsentrasi dengan sendirinya.

"Aku benci wanita manipulatif." Enel bergumam. Robin tampak ngeri saat kilat melaju ke arahnya, tetapi pada menit terakhir seseorang melompat di depannya, menerima serangan itu.

"LUFFY!" Robin berteriak.

Robin mundur sedikit dan melindungi dirinya dari serangan Enel. Ketika kilat menghilang, semua orang memandang Luffy. Enel menatapnya tak percaya dan hal yang sama terjadi pada yang lain. Luffy berbalik dan menatap Robin yang heran. Dia tersenyum.

"kau memanggilku Luffy!" dia memberitahunya dan tersenyum. Robin berkedip beberapa kali.

"A-Apa kau baik-baik saja?" Robin tergagap. Luffy menyipitkan matanya.

"Apakah kau baik-baik saja, siapa?" Luffy bertanya.

"kau baik-baik saja atau tidak, Kapten-san?" Robin bertanya. Luffy cemberut mendengar ini.

"kau seharusnya mengatakan Luffy!" Luffy merengek.

"Aku pikir ini bukan waktu yang pas untuk ini, Luffy!" Robin memberitahunya. Luffy menyeringai dan berbalik untuk menghadapi musuhnya yang menganga sekali lagi.

"Bagaimana kau tidak kenapa-napa setelah terkena itu, Luffy?" Zoro bertanya. Luffy hanya tertawa.

"Shishishi, Well karena aku karet!" Luffy mengumumkan. Para anggota Topi jerami memiliki pandangan yang menandakan mereka mengerti sesuatu.

"Aku tidak tahu benda apa karet ini, tetapi tidak ada yang bisa menandingi guntur!" Teriak Enel. Luffy berbalik sekali lagi dan memandang First mate nya.

"Zoro." Luffy memberitahunya. Luffy menatap matanya dan kemudian dengan cepat melirik dengan matanya ke kejauhan.

"Mengerti." Zoro berbisik. Zoro kemudian meraih Robin dengan tangannya dan menyeretnya menjauh dari tempat itu. Kemudian ketika dia melewati Nami, dia juga meraihnya dan mereka semua sekarang berada di jarak yang cukup jauh dari Luffy dan Enel. Luffy lalu menatap Wiper.

"Aku sarankan kau juga pergi dari sini!" dia memberitahunya. Pria itu memelototinya, tetapi kemudian menghela nafas.

"Jika kau pikir kau bisa mengalahkannya, maka lakukan sesuka hatimu." dia mengatakan pada Luffy. "Tapi setelah Enel pergi, aku akan menyelesaikan masalahku denganmu penghuni Blue Sea!"

Setelah mendengar ini, Luffy lah yang menghela nafas.

"Aku tidak punya masalah denganmu." Luffy membalas. Wiper menggeram.

"kau di sini, di tanah kami!" Wiper berteriak. "kau ingin mengambil apa yang menjadi milik kami!"

"Aku-" Luffy memulai.

"Meskipun obrolan kecilmu cukup menghibur , aku sudah bosan dengan itu!" Enel mengumumkan dan mengarahkan telapak tangannya pada mereka.

"EL THOR!" Enel meraung dan ledakan listrik besar melaju ke arah mereka. Luffy menggembungkan perutnya untuk menutupi area yang lebih besar dan melindungi pria lain. Ketika kilat berhenti, perut Luffy kembali normal dan dia berbalik ke Wiper yang menatap dengan kaget.

"Kenapa kau melindungiku?" Wiper bertanya. Luffy hanya memberikan senyuman khasnya.

"Jika aku tidak melakukannya, maka serangannya akan mengenaimu!" Luffy menjawab dengan riang. Si Shandian menatapnya untuk beberapa saat, menggelengkan kepalanya dan kemudian lari dari mereka.

Luffy sekali lagi berbalik menghadap yang katanya 'Tuhan' itu. Luffy lalu melirik ksatria, yang terbaring di tanah dengan kaki Enel di atasnya.

'Aku pertama-tama harus membawanya menjauh dari pria tua yang aneh itu.' pikir Luffy. Lalu matanya melirik ke wajah Enel dan dia hampir ketakutan.

Apa yang menatapnya adalah ekspresi yang jelas tidak cocok dengan Enel. Matanya terbuka sangat lebar, rahangnya terbuka hampir ke tanah dan ingus mengalir dari hidungnya.

Luffy menyeringai.

'Jadi kurasa inilah yang dimaksud Giant Ossan ketika dia mengatakan bocah ingusan?'

Próximo capítulo