webnovel

Memberitahunya Melalui Tindakan

Editor: Wave Literature

Bai Yan tiba di kamar Ji Xiaonian dan melihat ternyata gadis itu benar-benar sedang beristirahat. Namun, dia tetap masuk ke dalam kamar, lalu duduk dengan perlahan di samping ranjangnya dan merapikan selimut menutupi tubuhnya.

Ji Xiaonian yang berbaring membelakanginya, sebenarnya tidak sedang tertidur. Dia merasakan bahwa ada seseorang yang duduk di samping ranjangnya. Awalnya, dia mengira orang itu adalah Yu Shengjie sehingga dia segera membalikkan badannya menghadap orang tersebut.

Begitu melihat orang itu adalah Bai Yan, Ji Xiaonian merasa sangat terkejut. Namun, setelah mendapatkan kembali kesadarannya, dia mulai kembali teringat akan kejadian hari ini yang menyakiti hatinya.

"Buat apa kamu kemari?" Tanyanya ketus dengan kedua matanya menatap tajam ke arah Bai Yan.

Teringat akan pemandangan yang dilihatnya di rumah keluarga Bai barusan, hati Ji aXiaonian kembali merasa sesak. Dia merasa, dengan adanya kehadiran Fang Miaoling, paman dan bibi sudah tidak mungkin memedulikannya lagi. Dan juga Bai Yan, pria itu sebelumnya tidak pernah tersenyum hangat ketika bersamanya. Namun di hadapan Fang Miaoling, dia malah tersenyum seperti itu.

Terpikirkan akan semua hal itu, hati Ji Xiaonian semakin merasa kesal dan marah. Dia sedang tidak ingin melihat orang yang ada di hadapannya ini, apalagi untuk berbicara dengannya.

Bai Yan awalnya mengira, Ji Xiaonian akan sangat senang ketika melihatnya dan akan menunjukkan senyumnya seperti biasanya. Namun tidak disangka, gadis ini justru memberinya ekspresi dingin seolah-olah dirinya telah melakukan sesuatu kesalahan besar padanya. Hal ini membuatnya sedikit kesal.

"Kenapa? Tidak ingin bertemu denganku?" tanya Bai Yan kepada Ji Xiaonian.

"Pergi lah. Aku mengantuk," ucap Ji Xiaonian tanpa sedikitpun memandang mata Bai Yan dan malah membalikkan tubuhnya membelakangi pria itu.

Di hadapan orang lain, Bai Yan begitu lembut dan baik hati, akan tetapi di depan dirinya, entah mengapa pria itu selalu menunjukkan sisi dingin dari dirinya. Oleh karena itu, Ji Xiaonian merasa dirinya tidak perlu harus terus-terusan memohon-mohon padanya. Saat ini, suasana hatinya sedang sangat buruk dan hal itu membuat dirinya sama sekali tidak ingin melihatnya.

Bai Yan sama sekali tidak menyangka bahwa Ji Xiaonian akan berperilaku seperti ini terhadapnya. Tanggapannya barusan, membuat egonya membengkak seketika. Dia sadar betul seberapa tinggi ego yang dia miliki, lalu tanpa mengatakan apa-apa, dia berdiri dan berjalan keluar.

Di dalam hati Bai Yan, sebenarnya dia berharap bahwa Ji Xiaonian akan menahannya agar untuk tidak keluar. Dia yakin jika gadis itu akan memanggilnya dan memintanya untuk tetap tinggal menemaninya. Namun, tidak disangka walaupun dia telah berada di luar kamar saat ini, gadis itu sama sekali tidak berusaha menahannya.

Bai Yan menghentikan langkah kakinya saat tiba-tiba teringat akan pria di lantai bawah yang muncul begitu saja di rumah ini. Hatinya kembali terbakar api emosi, lalu dengan cepat dia membalikkan tubuhnya, kembali ke dalam kamar.

Sedangkan Ji Xiaonian yang mengira Bai Yan telah pergi begitu saja, merasakan perih di dalam hatinya. Dia merasa bahwa pria itu selalu saja bersikap dingin dan tidak peduli padanya. Dia merasa bahwa Pria itu selalu mementingkan egonya dibandingkan dengan dirinya. 

Mata Ji Xiaonian kini terasa panas, lalu beberapa butir air mata terlihat menetes keluar dari mata indahnya. Dia sama sekali tidak mengira bahwa Bai Yan akan kembali dan perlahan-lahan telah berdiri di samping ranjangnya lagi.

Bai Yan kini berdiri sambil menatap punggung Ji Xiaonian. Dia tidak tahu harus mengucapkan apa setelah berusaha keras menekan egonya dan kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Ji Xiaonian, aku bawakan camilan untukmu. Kamu mau makan, tidak?" kata Bai Yan secara asal mencari sebuah alasan.

Mendengar suara itu, Ji Xiaonian terkejut dibuatnya, dia pun segera bangun dan duduk di ranjangnya. Sambil mengusap matanya yang memerah, dia menoleh dan menatap ke arah Bai Yan. "Kamu, kamu bukannya sudah pergi?" tanyanya sambil terisak.

Melihat mata Ji Xiaonian yang memerah dengan air mata yang tergenang, hati Bai Yan terasa perih melihatnya. Dia duduk di samping ranjang, lalu mengulurkan tangannya dan menghapus air mata yang jatuh di pipinya. Untuk pertama kalinya dia bertanya dengan suara yang sangat lembut, "Kenapa menangis?"

Melihat Bai Yan begitu lembut terhadapanya, membuat hati Ji Xiaonian terasa sesak. Dia tidak bisa lagi menahannya, dia kini menyandarkan kepalanya ke tubuhnya dan memeluk pria itu dengan sangat erat. "Huaa! Kak Yan, kalian sekeluarga sudah memiliki Fang Miaoling jadi tidak peduli padaku lagi," isaknya.

"Sekarang kakakku pergi meninggalkanku sendiri di sini. Aku hanya memiliki dirimu seorang. Kamu tidak tahu betapa sedih dan sakitnya hatiku ketika melihatmu sekeluarga dan Fang Miaoling bersenda gurau bersama. Kalian terlihat begitu bahagia tanpa mengingatku sedikitpun," ujar Ji Xiaonian lagi.

"Aku tahu aku terlihat begitu kekanak-kanakan seperti ini, tapi aku sangat iri dan cemburu melihatnya. Kak Yan, benarkah kamu sudah tidak menginginkanku lagi karena telah memiliki Fang Miaoling bersamamu?" tanya Ji Xioanian sambil masih terisak. Matanya yang sembab itu terlihat menatap memelas ke arah Bai Yan.

Sebenarnya, soal Bai Yan membawa Fang Miaoling untuk tinggal di rumahnya bukanlah suatu permasalahan baginya. Dia hanya menginginkan perhatian dari Bai Yan dan kedua orang tuanya saja. Asalkan mereka masih memerhatikan dan memedulikan dirinya, keberadaan Fang Miaoling tidak menjadi sebuah persoalan baginya. 

Namun setelah Bai Yan membawa pulang Fang Miaoling ke rumahnya, pasangan Bai itu melupakan ulang tahunnya begitu saja. Dan lagi pria itu seperti mengabaikannya begitu saja. Dia tidak dapat menerima perasaan diabaikan dan ditinggalkan yang sekarang dirasakannya. Itu sebabnya, saat ini hatinya terasa begitu sesak dan sedih hingga tidak dapat lagi menahan air matanya mengalir deras membasahi pipinya.

Bai Yan hanya terpaku melihat gadis kecil di hadapannya ini menangis tersedu-sedu. Dia mengatupkan bibirnya, tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka, perilaku acuh tak acuhnya ternyata telah melukai hati Ji Xiaonian sampai begitu dalam.

Setelah terdiam beberapa waktu, Bai Yan mengulurkan tangannya meraih Ji Xiaonian lebih erat masuk ke dalam pelukannya. "Tidak ada satu orangpun yang tidak menginginkanmu. Kami semua sangat peduli padamu. Bagaimana mungkin sepanjang hari kamu berpikir yang tidak-tidak seperti itu?"

"Bukannya kemarin sudah kukatakan padamu, ketika kamu menjemput Fang Miaoling, aku ingin ikut bersama kalian untuk pulang ke rumah? Mengapa kamu tidak menungguku sama sekali? Memberi kabar saja tidak?" cecar Ji Xiaonian dengan lirih.

Bai Yan hanya terdiam mendengarnya. Dia ingin memberitahu pada Ji Xiaonian bahwa sebenarnya setelah mengantar Fang Miaoling ke rumah, dirinya buru-buru kembali ke sekolah untuk menjemputnya. Hanya saja sungguh disayangkan gadis itu sudah tidak ada di asrama. 

Kemudian Bai Yan menelpon pembantu rumahnya untuk memastikan apakah Ji Xiaonian sudah pulang ke rumah atau tidak. Dan ternyata pembantunya mengatakan gadis itu sudah berada di rumah. Kalau sudah begitu, dia mau menjemput siapa? Namun, semua ini tidak dijelaskannya, mulutnya masih terkatup tanpa suara.

"Jawab aku. Mengapa tidak memanggilku? Takut aku membuatmu malu?" desak Ji Xiaonian.

Melihat Bai Yan tidak bersuara sama sekali, Ji Xiaonian menatapnya lekat-lekat dan kembali mencurahkan seluruh isi hatinya. "Kak Yan tahu tidak, melihatmu menjemput Fang Miaoling di depan seluruh orang banyak membuatku iri dan sedih di saat yang sama."

"Kak Yan, jawab aku. Sebenarnya kamu memiliki perasaan padaku atau tidak? Sebenarnya kamu mau jadi pacarku atau tidak?" seru Ji Xiaonian kali ini dengan air mata yang lebih deras lagi membasahi wajahnya. Melihat pria itu masih tidak bereaksi apa-apa, tangisnya semakin menjadi-jadi memenuhi ruangan itu.

Bai Yan tidak tahan akan lagi mendengar tangisan Ji Xiaonian, namun dia juga tidak tahu bagaimana dapat menjawab seluruh pertanyaannya. Saat ini yang terpikirkan olehnya hanyalah menjawab pertanyaan gadis itu dengan tindakan. Kemudian tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia memegang wajah mungil gadis itu dengan kedua tangannya, menundukkan kepalanya dan mengecup singkat bibirnya.

Seolah-olah baru saja mencicipi sesuatu yang sangat lezat dan memabukkan, Bai Yan dengan perlahan dan penuh kelembutan kembali mencium bibir mungil itu. Napasnya menggebu dengan penuh gairah yang menyala-nyala. Disisipkannya lidahnya masuk menjelajahi mulut Ji Xiaonian, lalu kini bibirnya mulai menyesap perlahan bibir bawahnya. Perlahan namun pasti, ciumannya semakin lama semakin intens dan penuh kenikmatan.

Ji Xiaonian yang tidak menyangka akan diperlakukan seperti ini oleh Bai Yan, hanya membeku dan terdiam. Bai Yan.. Dia.. Dia.. D… Dia.. Batinnya bergejolak tidak karuan berusaha mempercayai apa yang sedang terjadi.

Entah apa karena ciuman ganas dari Bai Yan, namun saat ini tubuh Ji Xiaonian terasa panas. Gairah dalam tubuhnya bergejolak seiringan dengan tangannya yang kini dia letakkan di leher pria itu. Bibirnya kini membalas lumatan bibir itu, diikutinya irama bibir Bai Yan yang melumat bibirnya dengan ganas.

Ji Xiaonian tahu betul, Bai Yan adalah pencuri hatinya. Tidak peduli bagaimana pria itu membuatnya sedih, hanya dengan satu perlakuan lembut pada dirinya, dia pasti akan kembali takluk padanya.

Próximo capítulo