webnovel

part 28

Ezell berdiri memandangi Qiandra yang menangis dalam diam. Ia tak melakukan apapun selain berdiri beberapa meter dari Qiandra.

"Deane!" Albert yang juga telah menerima kabar dari petugas berlarian menuju ke Deane. "Apa yang kau lakukan, Deane? Kenapa kau seperti ini?" Albert memeluk tubuh Deane. Untuk kedua kalinya ia berada dalam posisi seperti ini. "Kenapa kau berpikiran sempit, Deane? Kenapa?" Albert bersuara pilu. "Kenapa kau pergi dengan cara seperti ini? Kenapa kau meninggalkan aku?" Air mata Albert jatuh, ia kehilangan untuk yang kedua kalinya.

Qiandra mengangkat wajahnya, matanya tak sengaja melihat sosok Ezell yang tengah membalik tubuhnya.

Ezell. Qiandra menggelengkan kepalanya. Tak mungkin, ini tak mungkin ulah Ezell. Ia menolak apa yang otaknya pikirkan. Tapi Qiandra juga tak bisa menerima bahwa ibunya bunuh diri dengan melompat dari gedung berlantai 20, ia tahu benar jika ibunya memiliki phobia ketinggian. Jelas Deane tak akan pergi ke tempat tinggi untuk bunuh diri. Ditambah lagi tak ada alasan bagi ibunya untuk mengakhiri hidupnya.

Petugas kepolisian mendekati Albert, menanyakan perihal mengapa Deane melakukan bunuh diri. Di sana, Qiandra mendengarkan penuturan Albert. Jadi disimpulkan Deane bunuh diri karena pertengkaran yang terjadi dengan Albert. Alasan ini bisa diterima kepolisian tapi tak bisa diterima oleh Qiandra. Sekalipun ibunya ingin mengakhiri nyawanya maka itu bukan dari atap gedung, seorang yang phobia ketinggian mana mungkin berani melangkah di atap gedung. Ia pasti akan memilih menggantung diri, minum racun atau semua hal yang tak berhubungan dengan ketinggian.

♥♥

Pihak kepolisian memastikan jika Deane mati murni karena bunuh diri bukan karena tindak kejahatan orang lain. Namun disini Qiandra tak bisa menerima kenyataan. Ia yakin benar jika ibunya tak akan pernah berani naik ke atap gedung meski dalam keadaan mabuk sekalipun.

"Semua salah Daddy. Jika saja Daddy tak meninggalkan Mommy maka Mommy tak akan berakhir seperti ini." Albert menyalahkan dirinya.

Qiandra yakin jika Albert tak melakukan perselingkuhan, ia berpikir sama seperti Albert, ibunya memiliki kecemburuan yang begitu tinggi hingga tak bisa berpikir dengan jernih lagi.

"Daddy segera urus kepulangan Mommy. Qiandra harus memeriksa tempat itu. Mommy tidak mungkin bunuh diri."

"Qiandra, petugas mengatakan tak ada tanda-tanda pembunuhan."

"Aku tidak bisa menerima sebelum aku memeriksanya sendiri, Dad. Daddy tahu Mommy phobia ketinggian, dia tidak akan mungkin naik ke atas gedung."

"Dia dalam kondisi mabuk, Qiandra."

"Tetap saja. Itu tidak mungkin, Dad."

"Apa kau berpikir Ezell yang membunuhnya?"

Qiandra diam.

"Aku pergi." Ia tak menjawab pertanyaan Albert. Ia segera pergi dari kantor polisi.

♥♥

Qiandra menggenggam erat sebuah penjepit dasi yang cukup ia kenal. Hatinya makin hancur karena pemikirannya yang ternyata benar adanya. Ia menangis deras namun air matanya tetap tak habis. Kakinya melemas hingga membuatnya terduduk di lantai.

"Kau benar-benar melakukannya, Ezell. Kau benar-benar melakukannya." Qiandra tak tahu harus bagaimana ia menjelaskan perasaannya saat ini. Ketika ia yakin Ezell telah berubah karenanya ia harus ditampar keras oleh kenyataan bahwa Ezell tak pernah berubah sama sekali. Sikap manis Ezell semalam hanyalah pembukaan untuk rasa sakit yang luar biasa. Masih Qiandra ingat bagaimana Ezell menenangkan ia ketika merasa bersalah, dan ternyata itu hanyalah sandiwara. Ezell telah menyiapkan sebuah rencana besar untuk ibunya. Ezell bukan menghapus air matanya tapi menumpahkannya lebih banyak lagi.

Dan kepercayaanmu itu akan hancur berkeping-keping. Tak akan ada yang berhenti ketika Deane masih dengan tak tahu malunya hidup bahagia setelah kematian Mommy.

Pegang kata-katamu dan aku akan dengan senang hati menunjukan bahwa kau telah salah.

Karena menginginkan ibumu tewas? Tidak perlu berterimakasih, aku akan melakukannya dengan baik.

"Kau benar-benar menunjukan padaku bahwa apa yang aku percaya adalah salah. Kau membuatku merasakan pengkhianatan dari kepercayaanku sendiri." Qiandra sesegukan, Ezell telah benar-benar membuktikan kata-katanya. Membunuh ibunya dengan cara yang baik. Pembunuhan yang terlihat seperti bunuh diri. Benar, Ezell bisa melakukan ini mengingat dia adalah pria berdarah dingin.

Ring.. Ring..

Qiandra tak menjawab panggilan teleponnya hingga nada ketiga.

"Kembalilah ke rumah, Mommy akan segera dimakamkan."

"Ya, Dad." Qiandra segera bangkit dari posisinya. Ia menghapus air matanya. "Semua dendammu harus selesai setelah ini, Ezell. Kau sudah membunuh Mommy dan kau sudah membuatku merasakan apa yang kau rasakan." Qiandra pikir ini harus jadi akhir dari semua dendam yang ada di hati Ezell. Ia tak akan memperpanjang kasus kematian Mommynya. Ia akan membiarkan semua ini berhenti disini. Ia telah kehilangan, dan ini adalah balasan atas kehilangan yang Ezell rasakan. Qiandra tak akan membalas kematian ibunya karena ibunya tak akan kembali meski ia membunuh Ezell sekalipun.

♥♥

Pemakaman Deane telah selesai dilaksanakan. Qiandra tak lagi menangis, ia hanya menatap nanar makam sang ibu. Dan kini tubuh ibunya sudah benar-benar terpisah dengannya. Sejahat apapun ibunya pada Elizabeth dan Ezell, Deane tetap ibunya. Jauh dari kesalahan yang sudah Deane perbuat, wanita itu sudah membesarkannya dan membanjirinya dengan cinta.

"Kau harus kuat, Qiandra. Aunty Deane tetap mengawasimu dari atas sana." Zack merangkul bahu Qiandra. Sahabat Qiandra yang harusnya masih berada di London saat ini segera kembali ke negaranya setelah mendengar kabar tentang kematian Deane. Zack ingin menemani dan menguatkan Qiandra agar tak terpuruk dalam kesedihan.

3 sahabat Qiandra lainnya tak datang ke pemakaman Deane namun mereka mendoakan Deane dari tempat mereka masing-masing.

Cukup jauh dari lokasi makam Deane, Ezell melihat dari dalam mobilnya. Dendamnya berakhir hari ini. Deane sudah tewas dan itu akhir dari segalanya.

"Deane sudah tewas. Apa yang akan anda lakukan dengan Nona Qiandra?" Robert bertanya pada Ezell yang duduk di kursi belakang.

Ezell menarik nafasnya, "Aku akan tetap membuatnya jadi milikku, Robert. Dia sendiri yang melewati batasan memasuki hidupku, dia tidak akan bisa keluar dari hidupku."

"Apakah anda tidak berpikir jika Nona Qiandra bisa saja menyalahkan anda atas kematian ibunya?"

"Dia pasti akan menyalahkanku. Tapi apapun itu, dia tidak akan bisa pergi kemanapun. Dia akan tetap bersamaku meski dia membenciku. Aku tidak bisa melepasnya." Ezell menyadari betul arti Qiandra dalam hidupnya, wanita itu berarti untuknya. Harinya berangsur membaik karena adanya Qiandra. Ia bisa lebih manusiawi ketika ia bersama dengan Qiandra. Ia bisa tertawa dan tersenyum hanya karena Qiandra. "Ayo pergi."

"Baik, Tuan."

Mobil Ezell meninggalkan tempat pemakaman itu.

♥♥

Qiandra kembali ke kediaman Ezell, tidak, ia tidak kembali untuk tinggal di tempat itu lagi. Ia kembali hanya untuk menyelesaikan semuanya dengan Ezell.

"Bagaimana perasaanmu setelah Mommyku tewas? Pasti sangat menyenangkan." Qiandra menatap Ezell yang memunggunginya.

Ezell yang sedang menonton televisi membalik tubuhnya, ia berdiri dari sofa dan mendekat ke Qiandra, "Keinginanku tercapai, sudah pasti aku akan senang."

"Jadi, apakah arti perlakuan manismu kemarin malam adalah untuk kejutan yang aku terima hari ini?" Qiandra tersenyum semu, "Kau berhasil membalaskan dendammu. Kau berhasil membuat aku merasakan apa yang kau rasakan. Dan kau berhasil membuatku merasakan sakitnya ketika apa yang aku percaya mengkhianatiku. Terimakasih, terimakasih untuk semua yang sudah kau berikan. Aku menerimanya tanpa melakukan pembalasan." Sakit di hati Qiandra kian terasa nyeri ketika ia mengucapkan kalimat-kalimat itu. Kenapa semuanya harus seperti ini? Kenapa disaat ia mulai merasakan kenyamanan saat bersama dengan Ezell? Benar, ia memang tak akan mungkin bisa bersama dengan Ezell karena dendam yang ada di antara mereka.

"Kenapa kau harus membunuhnya dengan tanganmu sendiri, Ezell? Kenapa harus dengan tanganmu sendiri?" Qiandra makin merasa sesak.

"Ibumu tewas bunuh diri, Qiandra. Aku tidak membunuhnya."

"Tak perlu mengelak, Ezell. Kau bisa membodohi semua orang tapi kau tidak bisa membodohiku."

"Aku tidak mengelak, aku tidak membunuhnya."

"KAU MEMBUNUHNYA, EZELL! Kau melakukannya! Kau melakukan semua yang kau katakan." Qiandra berteriak marah. Ia tahu segalanya tapi Ezell masih bersikap seolah ia tak membunuh ibunya. "Jepitan dasi ini, aku menemukannya di gedung itu! Kau membunuhnya!"

Jepitan dasi yang tadinya ada di tangan Qiandra kini terjatuh ke lantai setelah menyentuh dada Ezell.

"Semuanya sudah selesai sekarang. Kau telah membalaskan dendammu. Aku sudah merasakan apa yang kau rasakan. Dan aku harap setelah ini kau tidak akan memiliki dendam yang tersisa lagi. Aku berharap kau hidup bahagia setelah kematian Mommy!"

"Dengarkan aku, Qiandra. Jepitan ini memang milikku tapi bukan aku pelakunya." Ezell masih bersikeras bukan dirinya. "Aku mengunjungi tempat itu bersama dengan Robert, dan jepitan ini mungkin terjatuh saat aku melihat tempat itu."

Qiandra tertawa hambar, "Apakah begitu sulit mengakuinya, Ezell? HArusnya kau mengakuinya dengan lantang dan bangga. Kau sudah membunuh jalang yang sudah membuat ibumu bunuh diri."

"KARENA AKU MEMANG TIDAK MELAKUKANNYA, QIANDRA!"

"Tak ada alasan bagimu untuk tidak melakukannya. Mommy phobia ketinggian, ia tak akan bunuh diri. Sudahlah, Ezell. Aku merelakan kematian Mommy. Semua demi kepuasan hatimu. Semua demi kau. Mulai hari ini aku dan kau tidak ada hubungan apapun lagi."

"Jika kau berpikir kau bisa meninggalkan tempat ini maka kau salah, Qiandra. Kau tidak akan bisa pergi dari sini!"

"Untuk terus menerima penyiksaanmu? Aku tidak akan tinggal, Ezell. Tidak akan."

"Aku tidak peduli, Qiandra. Mau atau tidak mau kau harus tinggal disini."

"Kau benar-benar kejam padaku, Ezell. Setelah mematahkan hatiku, membuat kepercayaanku hancur berkeping-keping dan membunuh ibuku, kau masih ingin bersamaku. Apa kau pikir aku bisa melihat wajah orang yang membunuh ibuku setiap hari? Tidak, aku tidak sekuat itu. Aku juga bisa merasakan muak seperti yang kau rasakan padaku dan Mommy. Meski harus mati, aku akan keluar dari rumah ini."

"Coba saja. Kau tidak akan bisa pergi!"

Qiandra membalik tubuhnya, ia melangkah pergi.

Ezell memerintahkan beberapa penjaganya untuk menghentikan Qiandra, tapi Qiandra bisa melewati mereka. Qiandra tak akan tinggal di kediaman Ezell lagi. Tak akan pernah.

Akhirnya Ezell yang turun tangan, ia menghadang Qiandra.

"Untuk apalagi kau menghalangiku, Ezell. Semuanya sudah selesai. Aku tidak bisa kau siksa terus menerus."

"Kau tidak boleh pergi dari sini, Qiandra. Kau milikku!"

Qiandra merasakan sakit bukan main ketika Ezell mengatakan bahwa ia adalah milik Ezell. Ia benar-benar berharap bahwa kata itu bermakna baik tapi nyatanya Ezell ingin memilikinya hanya untuk membalas dendam.

"Aku tidak lagi milikmu setelah kau membunuh Mommy."

"Ya, ya, kau benar. Aku membunuh Deane! Jika kau berani melangkah keluar dari tempat ini maka aku akan membunuhmu!"

"Aku tak takut mati, Ezell!" Qiandra melayangkan kakinya ke perut Ezell hingga Ezell terhuyung ke belakang. Qiandra segera berlari.

"Jangan biarkan dia lolos!"

Para penjaga di kediaman Ezell segera menghalangi Qiandra, namun mereka berakhir dengan luka tembakan. Qiandra tak membunuh orang-orang itu, ia hanya melumpuhkannya saja.

"QIANDRA!" Ezell menggeram marah.

Qiandra terus menembaki siapapun yang menghadangnya.

"Lumpuhkan dia!" Ezell tak memberi ampunan untuk Qiandra. Ia mungkin tak akan membunuh Qiandra tapi ia cukup tega untuk melumpuhkan Qiandra.

Qiandra tak memberikan ruang pagi penjaga Ezell untuk menyerangnya.

Dorr,, tangan kanan Qiandra tertembak. Qiandra melihat ke arah Ezell yang menembaknya, ia mengangkat senjatanya dan menembak perut Ezell dengan pistolnya. Tak hanya satu tembakan, Qiandra memberikan dua tembakan lainnya ke bahu kanan dan kiri Ezell. Ia tidak akan membiarkan Ezell menang lagi kali ini.

"Hentikan dia! Jika kalian tidak bisa menghentikannya aku akan membunuh kalian semua!" Ezell meneriaki anak buahnya. "Kau tidak akan bisa pergi, Qiandra. Kau tidak akan bisa pergi!" Ezell mengabaikan rasa sakit dari tembakan Qiandra. Ia akan lebih sakit lagi jika ia kehilangan QIandra.

Rumah Ezell dipenuhi dengan darah, Qiandra tak mengendur sedikitpun. Ia tak akan memikirkan siapapun lagi, sudah cukup ia mengorbankan dirinya dan berakhir dengan luka yang begitu menyakitinya.

Dan pada akhirnya Qiandra berhasil bebas dari kediaman Ezell setelah melumpuhkan banyak penjaga.

"Terimakasih untuk semua sakit yang kau berikan, Ezell. Aku akan mengingatnya sampai mati." Qiandra masuk ke mobilnya dan segera pergi.

"Qiandra.. Kau tidak bisa meninggalkanku." Ezell bersuara pelan, hingga akhirnya ia kehilangan kesadarannya karena terlalu banyak darah yang keluar dari luka tembakan di tubuhnya.

tbc