Berada di antara benar dan salah membuat Qiandra meradang. Tak pernah dalam hidupnya ia berada dalam posisi tak seberdaya ini. Ia ingin melawan tapi ia tahu ia berada dalam posisi yang salah tapi ia juga tak bisa membenarkan apa yang Ezell lakukan pada ayah dan ibunya.
Sakit yang Ezell rasakan tak akan berhenti hanya dengan menyiksa orangtuanya. Tapi Qiandra juga tahu, memaafkan untuk Ezell adalah hal yang sulit bahkan mungkin mustahil untuk dilakukan.
Jika Qiandra berpikir lagi, ini adalah kesalahannya. Ia yang telah membawa orangtuanya pada posisi seperti ini. Harusnya ia tak datang ke kediaman Ezell, harusnya ia tak mengusik ketenangan yang selama ini dijaga oleh Ezell. Dalam sebelas tahun Ezell tak pernah menyentuhnya maupun keluarganya, namun karena kedatangannya sendiri, ia telah membuka luka lama Ezell. Merusak ketenangan Ezell dengan mengingatkan Ezell akan sakit yang telah dirasakan Ezell.
Qiandra tahu dia berada dalam posisi yang salah, ia sangat tahu, tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang? Memutar balik waktu adalah hal yang tak mungkin ia lakukan. Ia tak akan berandai-andai jika waktu berputar kembali karena itu hanyalah mimpi yang tak akan pernah menjadi kenyataan. Yang bisa ia lakukan saat ini adalah menjaga orangtuanya agar tak menderita dan menuruti Ezell agar kemarahan Ezell tak terpicu.
Menghela nafas berat, Qiandra masih memandangi pemandangan dari luar jendela kaca kamarnya. Apa yang harus ia lakukan agar Ezell bisa berdamai dengan keadaan? Apa yang bisa dia lakukan untuk membuat Ezell tak sejahat saat ini?
Ring.. Ring..
"Ya, Aysha."
"Bu, terjadi ledakan di pabrik."
"Bagaimana mungkin bisa terjadi, Aysha?"
"Asal dari ledakan itu sedang diselidiki oleh polisi, Bu."
"Aku akan segera kesana, Aysha."
"Baik, Bu."
Qiandra meraih tasnya, ia segera keluar dari kamarnya. Ia melupakan larangan Ezell untuk tidak keluar dari rumah. Ia tidak bisa berdiam diri karena masalah yang terjadi di perusahaannya.
♥♥
Qiandra telah sampai di pabriknya. Ledakan yang Aysha katakan bukan hanya sekedar ledakan biasa tapi membuat pabriknya hancur, dan sampai detik ini tim pemadam kebakaran masih mencoba untuk memadamkan api yang membuat malam itu menjadi sangat terang dan panas. Beberapa orang menjadi korban kecelakaan kerja itu dan sudah dilarikan ke rumah sakit, sampai detik ini belum ada korban tewas.
Sejak tadi Qiandra tak berhenti menjawab panggilan dari clientnya. Mereka semua menuntut penyelesaian dari masalah yang terjadi.
"Dari mana asal ledakan ini?" Qiandra bertanya pada seorang detektif kepolisian yang memeriksa tempat itu.
"Tim masih menyelidiki penyebab kebakaran. Dugaan awal terjadi karena kebocoran gas dari mesin di ruang produksi." Jawab detektif itu.
Qiandra diam, otaknya berpikir apakah ini benar-benar murni kecelakaan atau ada hubungannya dengan saingan bisnis Daddynya atau mungkin ini pekerjaan Ezell. Tidak, ini pasti bukan pekerjaan Ezell. Qiandra yakin jika Ezell tak akan melakukan hal seperti ini, pabrik ini adalah bagian dari kenangan seorang Elizabeth.
"Daddy." Qiandra terkejut melihat ayahnya berada di tempat itu. "Apa yang Daddy lakukan disini?" Qiandra sudah berdiri di dekat ayahnya.
Albert memandangi kobaran api yang membakar tempat produksi produk-produk yang membuatnya memiliki harta yang berlimpah. Albert tak bisa memperkirakan berapa kerugian yang ia derita karena peristiwa saat ini.
Di tempat lain, tidak jauh dari Qiandra dan Albert ada seseorang di dalam mobil yang memperhatikan dua orang itu, "Kita pergi, Robert." Dia adalah Ezell. Dia adalah dalang dibalik semua kekacauan saat ini. Pabrik ini memang memiliki kenangan tentang ibunya tapi karena pabrik inilah seseorang lupa diri.
"Baik, Tuan." Robert segera melajukan mobilnya. Di dalam mobil Ezell masih tetap tenang. Ia memang sengaja membiarkan Qiandra keluar dari rumah tapi nanti ketika Qiandra kembali ia akan membuat perhitungan dengan wanita itu. Ezell tak akan berhenti sampai disini, ia jelas akan membuat orang-orang itu membayar luka yang tak pernah kering di hatinya.
"Ciptakan produk palsu dan hancurkan nama baik Kingswell, buat semua penanam modal menarik uang mereka. Alihkan mereka ke Clairie Group." Ezell sudah mempersiapkan semuanya dengan matang meski dalam waktu singkat. Jika ia tak bisa menghancurkan Kingswell group maka namanya bukan Ezellio.
"Baik, Tuan." Robert tetap fokus pada setir mobilnya.
Ezell tak peduli jika ia harus membuat beberapa orang terluka karena dendamnya, yang ia tahu, ia harus menjadi jahat untuk orang-orang yang telah jahat padanya. Ia harus lebih kejam dari orang-orang yang telah kejam padanya dan ibunya. Tapi, harus diketahui bahwa Ezell telah menginstruksikan bawahannya agar tak ada korban nyawa. Jika hanya luka bakar itu bisa diatasi. Ia tak bisa melibatkan nyawa orang lain dalam dendamnya. Ia masih punya otak untuk mengarahkan dendamnya hanya pada orang yang tepat.
♥♥
Qiandra pulang dipagi hari, semalam ayahnya masuk rumah sakit lagi. Dan di hari itu, dua kali ayahnya masuk ke rumah sakit. Akhirnya semua beban berada di atas pundaknya. Qiandra menjadikan dirinya tameng untuk ayahnya.
"Semuanya pasti berat untukmu, kan?" Suara itu membuat Qiandra berhenti melangkah.
Qiandra memiringkan tubuhnya, ia melihat Ezel yang tengah duduk dengan memainkan ponsel di tangannya.
"Aku ingin melihat bagaimana caramu menyelesaikan masalah yang muncul sekarang. Ah, bagaimana dengan Daddymu? Aku pikir dia akan mati karena serangan jantung."
"Jangan katakan jika kau dalang dari semua ini, Ezell."
"Itu memang aku."
Qiandra seketika terdiam, keyakinannya dihancurkan oleh fakta, "Bagaimana bisa kau melakukannya, Ezell."
"Aku bisa melakukannya, sudah aku buktikan."
"Dimana kau letakan otakmu! Kau meledakan tempat itu tanpa memikirkan orang lain!"
"Tak ada yang tewas, Qiandra. Tujuanku hanya membuat kalian yang mati bukan buruh yang bekerja disana."
"Apakah kau puas dengan menghancurkan apa yang sudah dibangun orangtuamu dengan keringatnya, Ezell! Kenapa kau seperti ini!"
"Aku belum puas. Sudah aku katakan ini baru permulaan. Akan aku kembalikan semuanya dari awal, aku akan melihat bagaimana ibumu menyemangati Albert untuk bangkit, atau aku ingin melihat ibumu berlari ke pelukan pria kaya lainnya."
Kepala Qiandra benar-benar sakit sekarang. Berdenyut nyeri hingga terasa ingin pecah. Penyebab dari kehancuran pabrik ayahnya adalah anaknya sendiri, harus bagaimana ia menyelesaikannya sekarang.
"Aku tidak akan menyerah, Ezell. Kau lakukan apapun dengan caramu dan aku akan melakukan apapun dengan caraku."
"Semakin kau tidak menyerah itu semakin baik, Qiandra. Aku lebih senang bermain lama tapi menyakitkan daripada cepat tapi tak terasa menyenangkan."
"EZELL!!" Qiandra habis kesabaran. Kedua tangannya mengepal kuat, "Apa sebenarnya yang kau mau! Aku sudah bersedia mati tapi kau mencegahku, dan sekarang kau menghancurkan pabrik, apa yang bisa membuatmu puas, Ezell?! APA!"
"Baru permulaan saja kau sudah seperti ini, Qian. Kau mengatakan kau tak seperti yang aku pikirkan tapi kenyataannya kau lemah, benar-benar lemah." Ezell pikir ini terlalu dini untuk melihat Qiandra meledak seperti ini, "Bagaimana aku bisa puas jika aku baru mulai." Ezell melepaskan ponselnya, ia melangkah mendekati Qiandra. Menarik tangan wanita itu lalu menghempaskannya ke sofa.
Selanjutnya yang terjadi adalah apa yang bisa membuat Ezell puas. Tubuh Qiandra.
Tanpa pemanasan, tanpa cumbuan yang membuat melayang, Ezell menghujam Qiandra. Seperti biasa, kasar dan cepat. Ia bahkan tak mau repot-repot melepaskan pakaian Qiandra, merobek bagian bawah pakaian Qiandra dan melakukannya.
Qiandra bisa gila jika dia terus berada dalam posisi seperti ini. Masalah yang ia hadapi dan perlakuan Ezell padanya bisa membuatnya berakhir di rumah sakit jiwa.
Lemah? Dia tidak lemah, dia hanya tidak berdaya jika itu menyangkut keluarganya.
tbc