webnovel

part 1

Ezell duduk di sebelah makam yang bertuliskan Elizabeth Hillory. Mata tenangnya menatap makam itu dengan sendu. Kerinduan dan kesepian kini menggantikan tatapan tenangnya.

Elizabeth Hillory adalah ibu Ezell. Wanita yang begitu ia cintai. Jika ditanya siapa wanita pertama yang membuatnya jatuh cinta, maka jawabannya adalah ibunya sendiri. Ezell memang sangat menyayangi ibunya tapi sebuah tragedi membuatnya kehilangan sang ibu.

Ibunya tewas dengan menggantung dirinya sendiri. Pemandangan saat ibunya tergantung di lampu mewah kamarnya tak mungkin bisa ia lupakan. Ezell yang usianya saat itu baru 16 tahun, begitu terpukul melihat ibunya gantung diri. Ia bahkan tak bergerak dari tempatnya berdiri, matanya terus memandang wajah sang ibu yang terlihat membiru dengan lidah yang terjulur keluar. Ia tak menyangka jika wanita yang pada malam harinya masih menemaninya tidur, masih mendekapnya hangat, akan berakhir tragis. Ia tak pernah menyangka jika ibunya tega meninggalkan dirinya. Ia tidak pernah menyangka jika mati lebih baik daripada bersamanya.

Satu-satunya orang yang bisa Ezell salahkan adalah ayahnya. Penyebab kematian ibunya adalah ayahnya. Andai saja pria itu tidak berselingkuh, andai saja pria itu tak membagi hatinya dan andai saja pria itu tidak mengatakan akan menikah lagi maka semuanya tak akan berakhir menyedihkan. Ia pasti masih bisa mendekap hangat tubuh ibunya. Ia pasti masih bisa merasakan kasih sayang dari ibunya.

Kematian ibunya menyisakan kebencian mendalam pada sosok ayahnya. Sejak kematian ibunya, Ezell tak pernah lagi bicara dengan ayahnya. Hingga pada suatu hari ia memutuskan untuk pergi dari rumah ayahnya. Hari itu adalah hari ketika wanita yang ternyata sudah dinikahi ayahnya datang ke rumahnya bersama dengan seorang gadis kecil yang usianya 4 tahun lebih muda dari Ezell.

Ezell tak mempedulikan larangan ayahnya untuk pergi. Dengan membawa barang-barangnya dan ibunya, Ezell meninggalkan rumah dengan mobil mewah hadiah ulang tahunnya dari sang ibu. Usia 16 tahun bukanlah usia anak kecil. Di usia itu Ezell sudah bisa merawat dirinya sendiri. Ezell lebih memilih pergi daripada ia harus hidup bersama dengan orang-orang yang sudah membuat ibunya bunuh diri.

Kehampaan yang Ezell rasakan semua berasal dari kematian ibunya. Wajahnya yang tenang digunakan untuk menyembunyikan kehampaan yang dia rasakan.

Sudah 30 menit dia berada disana tapi dia tidak mengatakan apapun. Ini adalah hal yang biasa Ezell lakukan ketika ia berada di makam. Ia tak akan mengadu tentang hidupnya yang melenceng dari jalurnya. Ezell tahu ibunya tak pernah menginginkan Ezell hidup sebagai seorang mafia. Ia datang hanya untuk melihat makam ibunya. Ia datang hanya agar ibunya tahu bahwa ia yang ditinggalkan tetap hidup dengan baik saat ini.

Harusnya Ezell membenci ibunya karena telah egois, kenapa ibunya tak membawanya serta untuk mati? Kenapa ibunya meninggalkannya dan menghanyutkannya dalam sebuah kehampaan tiada ujung. Tapi dia tidak bisa membenci ibunya karena rasa sayangnya yang begitu besar.

Suara derap langkah terdengar mendekat.

"Bos, ada telepon." Tangan kanan Ezell memberikan ponsel pada Ezell.

Ezell melihat ke layar ponselnya. Ia mematikan panggilan itu. Panggilan yang tak pernah Ezell terima adalah panggilan dari rumahnya. Ezell tidak memutuskan hubungan kekeluargaan mereka karena Ezell tahu tak akan ada mantan anak dan tak akan ada mantan ayah. Ia hanya menjauh dari orang-orang yang bisa membangkitkan luka lamanya. Hidup dalam kebencian, kehilangan dan kehampaan lebih buruk dari terjun ke neraka.

Harusnya Ezell menerima kenyataan jika ia ingin hidup damai tapi setiap mengingat bagaimana wajah ibunya saat tewas, Ezell tak pernah bisa berdamai dengan kata damai.

Ponsel Ezell kembali berdering. Masih dari pemanggil yang sama.

Ezell bangkit dari tempat duduknya dan meraih ponsel dari tangan anak buahnya. Ia melempar ponsel itu ke batang pohon yang melindungi makam sang ibu dari hujan dan panas. Ponselnya sudah hancur karena hempasan kuat yang dilakukan oleh Ezell tadi.

"Belikan aku ponsel baru." Ezell melangkah melewati anak buahnya. Ini sudah biasa terjadi. Wajah tenang Ezell tak bisa menjamin jika tindakannya akan setenang wajahnya.

Ezell masuk ke mobilnya. Tangan kanannya tadi masuk ke dalam mobil dan menyetir mobil. 2 mobil di belakangnya ikut meninggalkan kawasan pemakaman menyusul mobilnya.

Kemanapun Ezell pergi, selalu ada 2 mobil yang mengikutinya. Bukannya Ezell penakut tapi ini hanya menjelaskan bahwa penjagaan seorang Ezell selalu ketat. Tapi, meski penjagaan sudah ketat seperti ini, banyak orang yang coba membunuh Ezell. Tapi dari sekian banyak kematian yang mengancamnya, Ezell tak pernah berada dalam posisi 'hidup atau mati'. Ia sering terluka tapi luka itu tidak pernah membawanya ke kondisi yang buruk.

Ezell ingin mati tapi dia tidak pernah mengizinkan lawannya untuk membunuhnya. Ia juga tidak ingin bunuh diri karena dia tahu akan sakit bagi sahabat-sahabatnya jika ia mati bunuh diri. Ia tahu rasanya ditinggalkan oleh orang yang dicintai jadi dia tak akan melakukan hal buruk seperti itu.

"Antar aku ke kediaman Celinna." Ezell selalu mencari wanita itu untuk mencari ketenangan yang menghilang. Celinna adalah satu-satunya teman wanita yang tak pernah Ezell tinggalkan. Dia sering bermain wanita tapi Celinna adalah yang paling lama berhubungan dengannya.

Celinna adalah tempat pulang Ezell ketika dia sudah lelah bersama dengan wanita ini dan itu. Dengan kata lain, Celinna adalah orang yang bisa dia datangi dan dia tinggali sesuka hatinya. Celinna tidak pernah menuntut padanya karena sejak awal sudah Ezell katakan bahwa ia hanya akan mendatangi Celinna ketika ia membutuhkan ketenangan.

Satu-satunya wanita yang bisa membuat Ezell merasakan pelukan ibunya hanyalah Celinna. Wanita yang berprofesi sebagai pemilik rumah bordil yang ia namakan Cleopatra. Sosok ratu Mesir yang kecantikannya sangat terkenal. Kecantikan yang Celinna miliki memang tidak bisa menyamai Cleopatra tapi yakinlah, seorang Celinna bisa membuat ratusan pria bertekuk lutut padanya. Celinna sudah membuktikannya, ia menjual kecantikannya dan banyak pria yang membayar mahal untuk kecantikannya itu. Ia tidak menjadi pelacur, ia hanya menjadi simpanan orang-orang kaya. Dan ketika ia sudah bisa membuka rumah bordil sendiri. Ia berhenti menjadi simpanan. Ia berhenti menjadikan kecantikannya sebagai ladang uang.

20 menit sudah berlalu. Mobil Ezell dan 2 mobil yang selalu berada di belakang mobil Ezell, sudah sampai di parkiran sebuah tempat mewah yang pada bagian atas gedung terdapat neonbox raksasa yang bertuliskan Cleopatra.

Ezell turun dari sana. Anak buah Ezell juga turun dari sana. Mereka masuk mengikuti Ezell.

"Bersenang-senanglah sampai jam 9 malam." Ezell selalu membiarkan anak buahnya untuk bersenang-senang. Ia bukan bos yang hanya akan bersenang-senang sendirian sedangkan anak buahnya berjaga untuknya.

"Baik, Bos." Anak buah Ezell menjawab serentak.

Ezell masuk ke ruangan Celinna.

"Selamat datang, sayang." Celinna menyambut Ezell dengan panggilan manis serta senyuman menawan.

"Apa aku mengganggu istirahatmu?" Ezell melangkah mendekati Celinna yang sudah merubah posisi berbaring di sofa menjadi duduk.

Celinna tersenyum, "Kau tidak pernah mengangguku. Tidak pernah sama sekali."

Ezell tersenyum. Senyuman yang hanya bisa terlihat ketika Ezell bersama dengan sahabat-sahabatnya dan juga Celinna. Bahkan untuk semua wanita yang pernah ia tiduri, Ezell tidak pernah menunjukan senyumannya manisnya.

Sampai di sofa, Ezell membaringkan tubuhnya di sana, kepalanya ia letakan di paha Celinna.

"Bangunkan aku jam 9 nanti." Ia datang hanya untuk mencari ketenangan dari pelukan dan pangkuan Celinna. Ia tidak datang untuk memuaskan dirinya. Saat ini ia sedang tidak bernafsu.

Celinna mengelus kepala Ezell, "Akan aku lakukan seperti yang kau katakan. Tidurlah."

Ezell menutup matanya. Belaian lembut Celinna mengantarkannya terlelap. Kelembutan yang Celinna punya selalu membuat Ezell kembali pada wanita ini. Belaian yang seperti mantra selalu berhasil membuat Ezell terlelap dalam damai. Wajah Ezell yang selalu tampak tenang karena sandiwara, benar-benar menjadi tenang ketika ia terlelap tanpa beban.

tbc

Próximo capítulo