webnovel

Exaworld Online

01 november 2068

Pada hari ini peralatan game Exaworld Online secara resmi dirilis. Game MMORPG pertama di dunia yang menggunakan teknologi Virtual-Reality Full Dive.

Exaworld dikatakan sebagai game terobosan baru pada zaman ini. Kenapa? Game ini bahkan bisa meniru hukum fisika bumi!

"Tuhan sudah menciptakan dunia kedua!"

Itulah jawaban dari Beta tester dan para pengulas game setelah memainkan game ini.

Sistem ini dikembangkan oleh perusahaan Exaworld di jepang dengan bantuan ilmuan dari berbagai negara lainnya dan tentu saja setelah 15 tahun penelitian dan 1 tahun masa beta mereka akhirnya mengembangkan teknologi yang ajaib ini.

Setelah menunggu selama 15 tahun permainan inipun akhirnya secara resmi dirilis!

Di dalam kelas yang sepi dua orang laki-laki sedang menonton berita tersebut lalu pria berbadan gendut bertanya dengan bersemangat.

"Rein, apa kau dengar! ...akhirnya kita dapat memainkan game itu!"

"Tentu saja aku tahu! Setelah 15 tahun kita menunggu akhirnya hahaha..." Rein menjawab dengan gembira sambil memperhatikan berita di laptop Rudi.

"Jadi bagaimana gendut? apakah kita akan membeli game itu hari ini?" Rein menepuk bahu Rudi dengan senyum lebar di wajahnya.

"Iya, itu akan lebih baik jika kita langsung membelinya. Eh... tunggu sebentar... Rein!... Lihat harganya!!"

Rein yang sedang merapikan bukunya tersentak kaget dengan teriakan tiba-tiba Rudi.

"Ada apa, kenapa kau selalu mengagetkanku?" Rein menenangkan dirinya lalu melihat apa yang diperhatikan oleh Rudi.

"...ini tidak mungkin kan? Apa apaan ini! Bagaimana bisa mereka menaikan harganya menjadi 20 juta rupiah!?" Rein tercengang dengan kenaikan harga yang 2 kali lipat lebih tinggi dari harga aslinya.

Rein langsung mengambil ponsel yang berada di sakunya lalu mulai mengetik dengan cepat, seketika wajahnya langsung berubah muram.

"Sial... Aku hanya memiliki 15 juta rupiah... Apa yang harus kulakukan dengan 5 juta rupiah lagi?"

"Umm.. aku bisa membantumu sedikit, tapi kalau 5 juta itu... aku tak memilikinya."

Rudi mengatakannya dengan canggung, dia benar-bear ingin menolong temannya tetapi keadaannya sendiri juga cukup sulit.

"Huftt... Tidak usah, aku hanya harus bekerja lagi. Gendut coba kau lihat lagi apa ada info lainnya?"

"Ok." Rudi langsung memainkan mousenya dengan cepat dan melihat semua informasi yang tersedia.

"Rein lihat ini, disini tertulis server akan dibuka pada tanggal 1 januari 2069 lalu selama 1 tahun akan dibebaskan dari biaya bulanan."

"Hmm, jadi masih ada 1 bulan lagi sebelum server dibuka.. Gendut berapa biaya perbulannya?"

"500.000 rupiah per bulan."

"Eh Gila! itu hampir setengah dari gaji part timeku!" Rein mengeluh dan dahinya semakin lama semakin berkerut mendengar apa yang Rudi katakan.

"Gendut... maafkan aku, jika perhitunganku benar sepertinya aku hanya bisa bermain di bulan Juli..."

"Ya sudah tidak apa, kami akan tetap menunggumu sampai kau bisa memainkannya," Rudi menepuk bahu Rein untuk menyemangatinya, "Kalau begitu aku akan bersiap untuk membeli peralatannya, sampai jumpa Rein."

Rudi merapikan bukunya lalu beranjak pergi dari kelas yang meninggalkan Rein sendirian.

"Hah.., kenapa hariku sangat buruk..."

Rein bersandar sambil menatap kosong papan tulis yang berada di depannya.

Rein, seorang pria muda berumur 18 tahun yang memiliki kulit berwarna putih dengan rambut dan mata berwarna hitam, tubuhnya juga seperti pria normal lainnya.

Dia adalah seorang mahasiswa yang lumayan pintar dan dengan daya ingat yang kuat. Tetapi nasibnya bisa dikatakan kurang beruntung.

Petani ampas. Ya, itulah julukan Rein di dalam game karena keberuntungannya yang buruk seperti sampah. Ada saat dia ingin membuktikan kalau dirinya pasti beruntung dengan melakukan gacha 1000x di dalam game, tetapi hasilnya sangat mengecewakan karena semua yang dia dapatkan hanyalah sampah. Mungkin dia hanya tidak beruntung atau sudah dikutuk oleh dewi keberuntungan.

"Sialll! ...lebih baik aku pulang saja."

Wajah Rein terlihat sedih karena dia sangat ingin memainkan game itu, bahkan dia rela kerja part time selama 2 tahun lebih untuk membelinya.

Rein merapikan bukunya kemudian berjalan keluar dari kelas. Rumahnya cukup dekat dengan kampus, hanya dengan 15 menit saja dia sudah sampai di rumahnya.

Di rumah, Rein tinggal berdua bersama adik perempuannya, sedangkan ayah dan ibunya jarang berada di rumah karena urusan pekerjaan.

Keluarga Rein terbilang cukup, setidaknya cukup untuk membiayai kuliah Rein dan sekolah untuk adiknya. Meski begitu mereka adalah keluarga yang harmonis.

"Aku pulang."

Melihat suasana rumah yang sepi dan sunyi Rein menghela napas panjang,

'Sepertinya adik kecilku belum pulang.'

Rein berjalan pelan menuju kamarnya setelah sampai dia langsung melompat ke atas kasur. Setelah beberapa menit beristirahat kemudian dia bangkit dan berjalan menuju komputernya.

"Jadi, apa yang akan ku lakukan dalam beberapa bulan ini. Jika aku terlambat 6 bulan bukankah aku akan jauh tertinggal?"

Rein menghela nafas sambil menggaruk kepalanya. 6 bulan bukanlah waktu yang sebentar bagi pemain game apalagi kalau itu game bertype mmorpg, jika seluruh map sudah dikuasi pemain lama apalagi yang bisa didapatkan olehnya?

"Virtual reality yaa... walaupun aku belum pernah memainkannya tetapi itu dikatakan sebagai tempat dimana seseorang dapat menggerakan tubuh mereka sebagaimana di kehidupan nyata..."

Rein mulai memikirkan apa yang harus dia lakukan dengan membuka forum Exaworld Online.

"Sepertinya aku harus mengikuti berbagai seni beladiri untuk membiasakan diri dengan pertarungan, serta meningkatkan intuisi dan refleks pada tubuhku..."

Rein mengelus dagunga sambil berpikir.

"Baiklah, sudah kuputuskan!"

* * *

Pagi telah tiba dengan sinar cahaya yang menembus tirai jendela mengenai tubuh seorang laki-laki yang sedang tertidur.

Laki-laki itu adalah Rein yang sekrang masih tertidur pulas diatas kasurnya, dan tidak lama kemudian dia mendengar suara yang tidak asing di telinganya.

"kak... Kakak... Ayo bangun... Kenapa sih kakak selalu susah kalau dibangunin."

Sang adik menggoyang-goyangkan tubuh Rein agar segera terbangun dari tidurnya, tetapi Rein masih saja tertidur pulas yang membuat adik merasa sedikit kesal.

"Hmm.. Sebentar. Tunggu 5 menit lagi." Rein berkata sambil menguap lalu kembali melanjutkan tidurnya.

"Kak!, ini sudah jam 10 pagi dan kamu masih saja tidur!?"

"Apa?, baru jam 10 pagi? ini masih waktunya tidur!" Jawab Rein santai dengan matanya yang masih tertutup.

"Kakak, apa kau lupa hari apa ini?"

"Minggu?, benar kan?"

Si adik merasa kesal dan mengepalkan tangan kanannya lalu...

Tokk!

"Aduhhh..."

Kepalan tangan itu mendarat tepat di dahi Rein, dia langsung terbangun dan melihat adiknya yang masih mengangkat tangan kanannya.

"A-Apa? Remi kenapa kamu memukulku!?" Rein memegang dahi dengan kedua tangannya, mata yang tadinya mengantuk kini sudah terbuka lebar.

Dengan agak kesal Remi mengelus tinjunya,

"Hohoho, kakak sepertinya kepalamu butuh beberapa getokan lagi."

"Tidak, aku ingat aku ingat. Kamu ingin pergi ke salon ka-"

Sebelum Rein menyelesaikan kata-katanya tinju remi terbang menuju kepala Rein.

Pakkk!

Rein terpukul lagi, tapi kali ini dia berhasil menangkapnya. Wajar saja, pria macam apa yang jatuh 2 kali pada lubang yang sama. Tentu saja Rein sudah bersiap.

"Sana cepat bersiap! kita harus pergi berbelanja." Remi kesal lalu pergi meninggalkan Rein.

"Iya, pergilah aku ingin mandi dulu!" Rein berteriak ke arah Remi yang telah meninggalkannya lalu dia termenung.

"Kemana perginya adik kecilku yang imut. Apa dia lagi dalam masanya?" Gumamnya lirih lalu menggelengkan kepalanya dan pergi bersiap.

Hari ini adalah hari kepulangan kedua orang tua Rein. Ketika mereka bekerja biasanya pulang 2 Minggu sekali. Orang tua Rein bekerja di perusahaan Swasta di kota tetangga sehingga meraka jarang pulang ke rumah.

Setelah bersiap, Rein melihat Remi sedang menunggu di ruang tamu sambil menonton televisi.

"Lagi lagi Exaworld Online. Apa mereka tidak memiliki berita lain, kenapa di semua channel pada membahas game ini." Remi menggerutu sambil mengganti channel televisi.

"Hmm? Kenapa kamu terganggu?" Rein berjalan menghampirinya.

"Jelaslah, lihat saja semua membahas tentang game, apa mereka tidak memperhatikan masa depan mereka?"

Rein terkejut dengan perkataan Remi,

"Remi, pernahkah kamu bermain game konsol atau game online?"

"Game? Belum sih... Tapi apa gunanya bermain game? itu tidak ada untungnya bagi masa depan kita. Lebih baik kita pergi saja." Remi mematikan televisi lalu beranjak pergi.

Wajar saja Remi begitu, dia merupakan murid teladan dan peringkatnya selalu teratas didalam sekolah, dia sering mengikuti kegiatan sekolah dan tidak pernah terlihat bermain game sekalipun. Di waktu luang dia hanya belajar dan membaca.

"Yasudah ayo pergi.."

Rein berjalan dan menghidupkan sepeda motornya.

"Oh iya Remi, kamu tau tempat tempat seni beladiri disekitar sini?"

"Aku tahu, apa kakak mau ikut beladiri?"

"Hehe, tentu saja berlatih beladiri untuk menghindari getokanmu disetiap pagi."

"Dasar... Kalau begitu lain kali akan kusiram pakai air es saja ya?" Remi memberikan senyum manis pada kakaknya.

"Ehh!?"

Próximo capítulo